Itama Ranoraya Catat Pendapatan Naik 611,6 Persen pada Semester I 2021

PT Itama Ranoraya Tbk membukukan pendapatan sebesar Rp 565,18 miliar pada semester I-2021. Angka ini meningkat 611,6 persen (YoY)

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 07 Agu 2021, 10:53 WIB
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Liputan6.com, Jakarta - PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) mencatat pertumbuhan kinerja keuangan pada semester I 2021 ditopang pendapatan dan laba bersih.

PT Itama Ranoraya Tbk membukukan pendapatan sebesar Rp 565,18 miliar pada semester I-2021. Angka ini meningkat 611,6 persen (YoY) dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 79,4 miliar.

Perolehan laba bersih juga mengalami kenaikan signifikan mencapai 1.271 persen (YoY), dari Rp 3,7 miliar pada semester I-2020 menjadi Rp 50,8 miliar pada semester I-2021.

Kenaikan penjualan perseroan berasal dari penjualan ke segmen ritel (non APBN/APBD) atau non-pemerintah. Kenaikan terjadi baik untuk Alat Kesehatan Non Elektromedik maupun untuk Produk Diagnostik In Vitro. Produk In Vitro tumbuh 613,9 persen dengan produk Antigen Test Covid-19 (Panbio) sebagai penyumbang terbesar untuk kategori Produk In Vitro. S

Sepanjang periode Januari – Juni 2021, penjualan Panbio sudah mencapai 5,5 juta unit atau sudah berada dalam target penjualan pada 2021 sebesar 5 – 10 juta unit. Menyusul kontribusi produk In Vitro berikutnya adalah Reagent, Mesin Apheresis (Plasma Konvalesen) dan alat Rapid Non Covid.

Penjualan alat kesehatan Non Elektromedis yaitu Alat suntik, meskipun belum terlalu besar di semester I-2021 namun naik signifikan sebesar 294,8 persen (YoY). Pada kuartal II tahun ini, perseroan sudah mulai membukukan penjualan untuk produk barunya yaitu Avimac, imunomodulator untuk peningkat imun tubuh.

Direktur Utama PT Itama Ranoraya Tbk, Heru Firdausi Syarif optimis bisa memenuhi target pendapatan dan laba bersih di tahun ini, yang ditargetkan tumbuh dalam kisaran 80 persen - 100 persen.

"Raihan pendapatan dan laba bersih di semester I ini sangat bagus, apalagi peningkatannya di kontribusi dari swasta dan ritel yang memang sesuai dengan rencana atau target kami, Insya Allah kami optimis akan berlanjut di semester II,” kata dia, dalam keterangan tertulis seperti dikutip Sabtu (7/8/2021).

Heru menambahkan, pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlaku sejak 3 Juli 2021 dan berlangsung sampai saat ini telah meningkatkan belanja kesehatan, sehingga berimbas ke permintaan produk-produk kesehatan termasuk produk IRRA.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Fokus Garap Konsumen Non Pemerintah

Ilustrasi vaksin COVID-19 (Source: Pexels/Artem Podres)

Sementara, Direktur Pemasaran PT Itama Ranoraya Tbk Hendry Herman mengungkapkan, IRRA menambah SDM untuk masuk ke segmen non pemerintah/ritel seperti rumah sakit- rumah sakit swasta, Klinik, laboratorium, Apotik-Apotik dan juga melayani pembelian dari masyarakat pada 2021.

"Sampai tahun lalu, pelanggan kita masih didominasi dari instansi pemerintah, atau bersumber dari anggaran pemerintah, makanya kontribusi semester I sangat kecil, di semester II baru mulai masuk pembelian besar,” ujar dia.

Ia menambahkan, sejak kuartal IV 2020, pihaknya mulai fokus masuk ke non-pemerintah/swasta atau dikategorikan ritel.

“Dan hasilnya sangat baik seperti yang sudah terlihat di semester I ini,” ungkap Hendry.

Dari sisi aset hingga paruh pertama 2021  tercatat menjadi Rp 975,1 miliar dibandingkan posisi akhir 2020 sebesar Rp 535,3 miliar.

Kenaikan tersebut, terbesar disumbang oleh naiknya pos persedian yang naik dari Rp 20,1 miliar pada akhir 2020 menjadi Rp 443,9 miliar pada semester I-2021. Kenaikan persediaan tersebut, dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan pada semester II yang secara tahunan selalu paling besar.


Tingkatkan Persediaan Barang

Ilustrasi vaksin corona, vaksin covid-19. Kredit: fernando zhiminaicela via Pixabay

Direktur Keuangan PT Itama Ranoraya Tbk, Pratoto Satno Raharjo menjelaskan, untuk mengantisipasi tingginya permintaan di semester II, perseroan meningkatkan persediaan barang, sehingga proses pendistribusian barang untuk memenuhi pesanan bisa lebih cepat.

”Karena produk kita ini adalah produk-produk kesehatan yang saat ini sedang dibutuhkan, tentu sangat penting untuk memastikan ketersediaan dan kesiapan dalam hal pasokannya,” ujar dia.

Ia menambahkan, pihaknya mendapat fasilitas utang usaha dari para prinsipal untuk melakukan stok/persediaan tersebut, tanpa bunga, jadi tidak ada biaya untuk fasilitas utang usaha tersebut.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 6 Agustus, saham IRRA turun 1,96 persen menjadi Rp 2.000 per saham. Saham IRRA dibuka naik 10 poin ke posisi Rp 2.050 per saham. Saham IRRA berada di level tertinggi Rp 2.60 dan terendah Rp 1.990 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.386 kali dengan volume perdagangan 79.182. Nilai transaksi Rp 16 miliar.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya