Pengolahan Sampah dengan Teknologi Karbonisasi, Apa Itu?

Lewat inisiatif pengolahan sampah dengan teknologi karbonisasi, start up Indonesia berhasil menyabet penghargaan.

oleh Putu Elmira diperbarui 07 Agu 2021, 20:02 WIB
Ilustrasi sampah plastik (dok.unsplash/ Nick Fewings)

Liputan6.com, Jakarta - Pengolahan sampah di Tanah Air tiada henti diupayakan berbagai pihak. Terobosan demi terobosan dalam daur ulang sampah juga bermunculan, termasuk seperti yang dihadirkan oleh start up Indonesia bernama Sampangan.

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Sampangan mengenalkan teknologi karbonisasi dalam pengolahan sampah. Teknologi ini dipatenkan menggunakan pirolisis dan gasifikasi untuk mengubah limbah menjadi produk, seperti media tanam organik untuk campuran pupuk dan penangkap air, serta bio-disinfektan.

Start up ini telah mengolah sekitar 62.500 ton sampah campuran. Pengolahan sampah ini menghasilkan produksi 528 ton pupuk organik dan 400 ribu liter bio-disinfektan.

Lewat inisiasi ini, Sampangan berhasil memenangkan SEED Awards 2021. Penghargaan ini adalah kemitraan global yang dibentuk oleh United Nations Environment Programme (UNEP), United Nations Development Programme (UNDP), dan International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Founder Sampangan Muhammad Fauzal Rizki menyampaikan teknologi pengolahan kian berkembang seiring dengan kebiasaan masyarakat memilah sampah. Namun, masalah baru muncul, ketika masyarakat, dunia usaha, bahkan pemerintah kesulitan menangani pemilahan dan pengangkutan sampah yang berbeda jenis, mulai dari organi, plastik, sampai kaca.

Belum lagi proses pengolahan yang menimbulkan masalah baru, yakni penggunaan incinerator yang berpolusi atau pelepasan gas metana ke udara saat sampah organik diolah sebagai kompos. Bahkan pembuatan karbon aktif memerlukan waktu sekitar lima hari.

"Dengan teknologi karbonisasi yang kami kenalkan, karbon aktif tadi dapat tersedia dalam 30 menit. Kami memulai uji coba sejak 2016, baru kemudian pada 2019, Sampangan hadir menawarkan teknologi karbonisasi, kami sering menyebutnya sebagai the magic box yang bisa memproses semua jenis sampah tanpa dipilah, untuk kemudian diolah menjadi karbon aktif dan disinfektan," kata Fauzal.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Mayoritas Sampah Organik

Ilustrasi sampah makanan. (dok. XAVIER GALIANA / AFP)

Fauzal melanjutkan, sampah plastik sebenarnya hanya berkontribusi pada 10 persen total sampah. Mayoritas mencapai 60--70 persen, terdiri atas sampah organik yang lebih mudah diolah. Sisanya, terdiri dari sampah kaca, logam, termasuk yang bersumber dari barang-barang elektronik.

"Teknologi pirolisis dan gasifikasi Sampangan kemudian mampu memproses sampah-sampah tadi, bahkan tanpa perlu dipisah, secara energy-sustainable dan low commercial cost," lanjutnya.

Dikatakan Fauzal, pihaknya menggunakan radiasi panas, layaknya oven untuk mengubah bentuk sampah-sampah sesuai dengan titik didih masing-masing. Sampah organik pada titik didihnya berubah menjadi karbon aktif dan uap air bersih.

Menurut Fauzal, karbon aktif ini akan digunakan untuk pemupukan. Sampah plastik akan mencair, lalu berubah menjadi gas yang dengan campuran tertentu, akan menjadi crude oil atau biokatalis dan digunakan kembali ke dalam mesin.


Minyak untuk Menggerakan Mesin

Ilustrasi sampah. (dok. Unsplash.com/Jasmin Sessler @open_photo_js)

"Minyak mentah ini memang tidak bisa secara komersial menggantikan bensin atau solar untuk transportasi, sehingga tidak kami arahkan ke sana, tetapi cukup untuk menggerakkan kembali mesin, sehingga kami tidak perlu menggunakan tambahan energi fosil yang tidak ramah lingkungan," tambah Fauzal.

Untuk memulai pertama kali, Fauzal menggunakan pemantik energi yang berasal dari sampah kayu. Selanjutnya, sampah-sampah yang diolah tadi akan menghasilkan panas yang menjadi sumber daya dalam menggerakkan mesin secara terus menerus.

"Bahkan misalnya, di malam hari saat operator harus beristirahat, kami cukup memenuhi mesin dengan sampah dan membiarkannya berproses sampai keesokan hari yang mana hal tersebut menjaga mesin tetap menyala untuk proses berikutnya," ungkapnya.


Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi

Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya