Liputan6.com, Jakarta - Kasus kematian akibat covid-19 di Indonesia masih terbilang tinggi. Pemerintah menyebut, kondisi tersebut terjadi lantaran pasien sudah dalam kondisi kritis saat datang ke rumah sakit.
Menurut dokter estetika Amira Farahnaz, angka kematian akibat covid-19 ini seharusnya dapat ditekan. Asalkan dapat dilakukan terapi dengan tepat kepada para pasien yang terpapar covid-19.
Advertisement
"Terapi untuk pasien covid yang tepat ialah terapi dosis tinggi dari multivitamin," ujar dokter Amira di Jakarta, Sabtu 7 Agustus 2021.
Dia menjelaskan, anggapan yang menyebut akan ada efek samping dari konsumsi vitamin C tidak benar. Karena menurutnya, belum ada penelitian yang menguatkan terkait hal tersebut.
"Setelah meneliti tidak ada efek samping. Tidak ada efek samping gagal ginjal. Enggak perlu takut. Vitamin C tidak bisa ditimbun dalam tubuh. Manusia tidak memproduksi dan menimbun vitamin C. Dia menyerap sesuai kebutuhan setelahnya dibuang," jelas dia.
Dokter Amira mengungkapkan, vitamin C diberikan sebanyak dua kali dalam satu hari dengan sekali minum 1.000 miligram. "Kalau bisa yang tidak bersifat asam. Vitamin C non acidic," imbuhnya.
Selain vitamin C, pasien covid-19 juga dapat menggunakan vitamin D. Dalam vitamin ini, tersimpan kandungan antivirus yang bisa mengaktifkan mekanisme pertahanan tubuh sebagai imuno.
Vitamin D ini, kata dia, juga bisa mencegah peradangan hebat. Selain itu, berfungsi menekan peradangan yang berakibat kepada kematian.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Jintan Hitam
Terapi ketiga adalah dengan mengonsumsi jintan hitam. Kadar pengobatan covid-19 dilakukan sebanyak 80 miligram per kilogram berat badan per hari.
"Biasanya 500 mg. Sekali makan dua kapsul tiga kali sehari. Ini untuk pengobatan. Sedangkan pencegahan, 2 kapsul dua kali sehari," ujarnya.
Habbatussaudah atau biji jintan hitam ini, menurut dokter Amira, menjadi senyawa aktif dalam timokuinon. Dalam penelitian di beberapa negara, kata dia, timokuinon tersebut memiliki ragam manfaat yang diantaranya dapat menurunkan terjadinya kerusakan sel-sel pada organ paru, hati, ginjal dan pembuluh darah.
"Kerusakan ini yang menyebabkan pasien mengalami shock dan ujungnya kematian," ujar dr Amira.
Advertisement