Seniman Bandung Tampilkan Karya Dinamika Film Horor dalam Pameran Seni Rupa Virtual

Seniman asal Bandung, Riar Rizaldi memamerkan karya-karyanya yang bisa disaksikan secara virtual.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Agu 2021, 19:52 WIB
Riar Rizaldi (Dok. Komunitas Salihara)

Liputan6.com, Jakarta - Karya-karya seniman Bandung, Riar Rizaldi ditampilkan Komunitas Salihara Art Center dalam pameran seni rupa virtual Universal Iteration. Karya Rizaldi yang dipamerkan ini berjudul 'Ghost Like Us'.

Dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Minggu (8/8/2021), karya ini bisa diakses dan diapresiasi secara terbuka di situs https://galeri.salihara.org/ hingga 14 Agustus 2021. Riar Rizaldi merupakan sutradara, seniman, musisi, dan kurator muda asal Bandung, yang saat ini tengah menempuh pendidikan doktor di City University, Hong Kong.

Karya-karya Rizaldi berfokus pada hubungan antara kapital dan teknologi, ekstraktivisme, materialitas dan fiksi teoritis. Karya-karyanya telah dipresentasikan di Locarno Film Festival (Swiss), Centre Pompidou Paris (Prancis), BFI Southbank London (Inggris), International Film Festival Rotterdam (Belanda), Guangdong Times Museum (China), Asian Film Archive (Singapura), NTT InterCommunication Center Tokyo (Jepang) dan Galeri Nasional Indonesia.

Karya Ghost Like Us merupakan esai sinematik pendek tentang perubahan politik ekonomi dan teknologi yang mengubah sinema horor Indonesia dikonsumsi dan diproduksi sejak 1970-an. “Sebagai kelanjutan perhelatan Universal Iteration, karya Ghost Like Us menjadi representasi spektrum karya seni media yang tidak hanya mengangkat ragam isu dan narasi, tetapi juga memantik pembicaraan terkait teknologi dan kesadaran internet itu sendiri,” ungkap kurator Universal Iteration, Bob Edrian.

Dalam karya tersebut, nuansa mistik dalam penggambaran hantu-hantu “yang mengganggu” merupakan sebuah alternatif penaklukan kuasa dan pusat. Film-film horor Indonesia yang diproduksi dalam setiap dekade tidak hanya merepresentasikan perkembangan artistik dan teknologi media gambar bergerak, tetapi juga menandai pergeseran-pergeseran pemikiran dan situasi sosial-politik.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sinema Horor

Film horor (dok.Komunitas Salihara)

Sebagai upaya mengkaji implikasi kultural dan politik dalam pendekatan pedesaan terhadap sinema horor di Indonesia, Ghost Like Us menawarkan pendekatan essayistic yang mengkaji dinamika pedesaan-perkotaan dalam sinema horor dari rezim Orde Baru hingga munculnya genre horor terdekonstruksi yang ditemukan di gaya kino-pravda, Misteri Bondowoso.

Berdasarkan kajian tersebut, film-esai ini mengajukan pertanyaan, yang terkenal dengan ungkapan Thomas Elsaesser, “kapan dan di mana sinema?” Menurut relasi antara hauntology (lakuran dari haunting dan ontology), otoritas-otonomi, dan aparatus sinematik. Selain itu, menampilkan refleksi puitis horor, ideologi, evolusi sinema, dan pemikiran sinematik dalam memahami lanskap teknologi media saat ini di Indonesia dan Asia. Ghost Like Us adalah bagian dari Monographs, sebuah rangkaian esai terbaru tentang Sinema Asia yang dikumpulkan oleh Asian Film Archive (AFA).

Riar Rizaldi kerap mengeksplorasi hubungan antara manusia dan teknologi, media dan elektronik konsumer, sirkulasi citra dan intervensi jaringan. Lewat karya-karyanya Riar mempertanyakan tentang gagasan akan temporalitas, politik citra, fiksi-teori, virtualitas dan konsekuensi dari perkembangan teknologi.

 


Peminat Seni Daring

Film horor (dok.Komunitas Salihara)

Sejak dimulai pada Mei 2021, Universal Iteration telah menampilkan karya-karya seni yang sepenuhnya memang diproduksi dan ditujukan untuk diapresiasi para peminat seni secara daring. Pameran virtual ini mengajak kita menikmati pengalaman baru dalam mengapresiasi seni rupa berbasis digital. Sejak dibuka pada Mei 2021, Universal Iteration telah menampilkan karya-karya Blanco Benz Atelier, Natasha Tontey, dan Farhanaz Rupaidha. Dengan presentasi karya per tiga minggu, Universal Iteration masih akan berlanjut hingga November 2021.

“Pemanfaatan teknologi internet hari ini (ditambah dengan kemungkinan akselerasi oleh situasi pandemi COVID-19) membawa aktivitas manusia ke dalam pelebaran ruang dan jejaring yang semakin kompleks. Universal Iteration menawarkan pengalaman mengapresiasi karya-karya seni media melalui layar atau gawai yang terkoneksi internet,” jelas Bob Edrian.

 


infografis perfilman indonesia

Jumlah produksi film Indonesia, berapa banyak? (Liputan6.com/Trie yas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya