Liputan6.com, Jakarta - Olimpiade Tokyo 2020 resmi berakhir, Minggu (8/8/2021). Di tengah ancaman pandemi Covid-19, pesta olahraga termegah di muka bumi ini berjalan lancar dan memberi hiburan fantastis bagi penduduk dunia yang masih terkena krisis kesehatan.
Berbagai rekor tercipta di Tokyo 2020. Cerita-cerita luar biasa pun bermunculan dari sana, salah satunya berupa kehadiran puluhan pasangan saudara yang berkompetisi.
Advertisement
Ada kisah lain yang juga menarik perhatian, yakni hadirnya mantan pesepak bola di cabang olahraga lain. Pada Olimpiade kali ini hadir Lauren Price.
Dia membangun karier sepak bola bersama Cardiff City dan pernah membela berbagai level tim nasional Wales, termasuk untuk senior. Pada saat bersamaan, Price juga menggeluti kickboxing dan merebut berbagai prestasi.
Namun, minatnya berubah usai melihat Nicola Adams merebut medali emas Olimpiade London 2012. Price berpaling ke tinju di usia remaja dan merebut berbagai prestasi.
Tercatat sebagai atlet Wales pertama yang merebut medali di Commonwealth Games pada 2014, Price lalu membawa pulang emas di European Games 2019. Capaian itu berbuah tiket Olimpiade Tokyo 2020.
Atlet berusia 27 tahun tersebut melanjutkan momentum dengan merebut medali emas Tokyo 2020. Turun di kelas menengah, dia mengalahkan wakil Tiongkok Li Qian di final.
Dari Rumania
Price mengikuti jejak beberapa nama lain yang meninggalkan lapangan hijau untuk mencari peruntungan di disiplin lain.
Dari Rumania ada dua atlet. Vintila Cristescu membantu Coltea Brasov menjadi juara liga musim 1927/1928. Cristescu lalu menjajal maraton Olimpiade 1928.
Bondoc Ionescu-Crum sempat membela Venus Bucuresti dan Sportul Studențesc Bucuresti. Dia juga sempat tampil di nomor lompat jauh atletik Olimpiade 1936.
Advertisement
Dikira Imigran Pencari Suaka
Cerita Aleksandar Duric lain lagi. Menggeluti sepak bola sejak usia muda, dia terpilih merepresentasikan Bosnia-Herzegovina yang baru terbentuk untuk berkompetisi di cabor kano Barcelona 1992. Duric menerima proposal itu karena merasa dirinya adalah atlet, walau lama tidak berlatih akibat konflik Yugoslavia.
Akibat minim biaya, Duric harus menempuh jalur darat ketimbang terbang langsung ke Spanyol. Caranya dengan menebeng kendaraan.
Dia hanya membawa surat dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) tanpa mengantongi paspor. Kondisi tersebut menimbulkan masalah saat dia diturunkan di perbatasan Austria menuju Slovenia.
"Polisi tidak percaya saya ingin ikut Olimpiade. Mereka mengira saya imigran pencari suaka. Setelah menghubungi IOC, baru saya bisa masuk. Dari situ akhirnya saya naik pesawat," ungkap Duric, dilansir BBC.
Pensiun di Usia 42 Tahun
Di Barcelona, Duric turun pada nomor C-1 500 meter. Dia harus meminjam peralatan dari atlet Spanyol dan Italia untuk berkompetisi. Duric tersisih di repechage dan kemudian melanjutkan karier sebagai pesepak bola.
Dia melanglang buana, mayoritas di Australia, sebelum berlabuh di Singapura. Durasi tinggal di sana berbuah paspor sehinggga Duric bisa memperkuat timnas pada usia 37 tahun. Dia menjadi kapten dan mencetak 24 gol pada pentas internasional sebelum pensiun di umur 42 tahun.
Advertisement