Liputan6.com, Jakarta - Bentrok antara petani dan penggembala yang dipicu oleh sengketa tanah terjadi di Chad tengah.
22 orang akibat bentrok itu, menurut otoritas setempat.
Advertisement
"Konflik itu dipicu oleh sengketa tanah antara dua komunitas, dengan satu pihak ingin masuk dan pihak lain ingin menghentikan mereka," kata Amina Kodjiana, gubernur provinsi Hadjer-Lamis, seperti dikutip dari AFP, Senin (9/8/2021).
Dia mengatakan bahwa pertempuran, yang pecah pada Sabtu (7/8) terjadi antara penduduk Boulala melawan pengembara Arab di desa Zohana, 200 kilometer (120 mil) timur Ibu Kota Chad, N'Djamena.
18 orang lainnya terluka, katanya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Chad Kerap Melihat Bentrok Antarkomunitas
Kekerasan antar komunitas biasa terjadi di Chad tengah dan selatan, di mana banyak penduduk memiliki senjata.
Ketegangan antara petani lokal yang menetap dan penggembala Arab nomaden di Sahel yang gersang telah memanas selama bertahun-tahun, dan kadang-kadang meletus menjadi bentrokan mematikan.
Sebagian besar kekerasan mengikuti skenario yang sama, yaitu penggembala, kadang-kadang melintasi perbatasan dari Sudan, menggiring ternak mereka ke ladang petani, merusak tanaman dan memicu konfrontasi antara masyarakat.
"Kami telah memenangkan kepala adat dari dua komunitas untuk mengakhiri konflik yang berulang ini secara pasti," kata Kodjiana.
Juru bicara pemerintah Chad, Abdramane Koulamallah mengatakan pasukan dikerahkan untuk "menjaga ketertiban".
Koulamallah mengatakan pihak berwenang bergerak untuk "benar-benar melucuti senjata warga sipil", menambahkan bahwa "para pihak yang berperang telah mendamaikan perbedaan mereka dan ketenangan telah sepenuhnya kembali ke daerah itu."
Advertisement