Singapura Bakal Izinkan Kembali Makan di Tempat, Maksimal 2 Orang per Meja

Pemilik hawker dan kedai kopi di Singapura menantikan izin makan di tempat meski jumlahnya dibatasi hanya dua orang per meja.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 09 Agu 2021, 13:02 WIB
Maxwell Food Centre, salah satu lokasi hawker Singapura. (dok. Instagram @irv_chung/https://www.instagram.com/p/CQ5yE55Dl1X/)

Liputan6.com, Jakarta - Para pengusaha kuliner, khususnya pemilik kedai kopi, restoran, dan hawker Singapura, menantikan pelonggaran kebijakan lockdown pada Selasa, 10 Agustus 2021. Pemerintah setempat berencana mengizinkan kembali makan di tempat meski dibatasi hanya dua orang per meja.

Dikutip dari The Straits Times, Senin (9/8/2021), para pemilik stand hawker menilai keputusan mengizinkan kembali makan di tempat tanpa melihat status vaksinasi adalah langkah yang baik. Pasalnya, pengecekan tersebut akan sulit diterapkan tanpa menambah tenaga kerja atau biaya tambahan.

Pada Jumat, 6 Agustus 2021, Satgas Covid-19 lintas kementerian Singapura mengumumkan bahwa orang akan diperbolehkan makan di tempat dalam kelompok maksimal lima orang, dengan syarat mereka sudah divaksinasi penuh. Sementara, siapa pun boleh makan di hawker dan kedai kopi tanpa melihat status vaksinasi. Hanya saja, jumlahnya dibatasi maksimal dua orang setiap meja. 

"Individu yang belum divaksinasi diperbolehkan makan di hawker dan kedai kopi karena tempat makan itu terbuka dan berventilasi secara alami," demikian pernyataan Kementerian Kesehatan Singapura.

Hong Poh Hin, Ketua Asosiasi Pemilik Bar, Restoran, Kedai Kopi Foochow, yang mewakili sekitar 400 kedai kopi mengatakan, omzet para anggota menurun sekitar 40--50 persen selama pengetatan kembali diberlakukan. Kedai minuman merupakan yang paling terpukul dan kehilangan 90 persen pendapatan dalam dua minggu terakhir.

Maka, ia mengatakan pengumuman untuk dibolehkan kembali makan di tempat sebagai bonus. Pasalnya, banyak pemilik usaha awalnya memperkirakan kebijakan itu baru akan diterapkan di Singapura setelah 18 Agustus 2021.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Berharap Sambil Cemas

Sejumlah orang membeli makanan dari kios-kios di pusat jajanan (hawker) Albert, Singapura, pada 17 Desember 2020. Budaya hawker atau jajanan kaki lima Singapura masuk dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO, menurut pernyataan PM Lee Hsien Loong pada Rabu (16/12) malam. (Xinhua/Then Chih Wey)

Meski berharap, Hong mengatakan para pemilik usaha juga cemas. Mereka berdoa agar tidak terjadi sesuatu yang luar biasa agar rencana izin makan di tempat bisa berjalan. Ia juga tidak berharap orang-orang segera berbondong-bondong kembali ke kedai kopi, melainkan secara perlahan.

Balbir Kaur yang mengelola kedai Pak Kashmiri Delights di Tekka Centre, mengatakan bisnisnya kini sedang bersiap dan ia tak sabar menunggu pelonggaran pembatasan. "Bisnis kami tidak bisa berjalan kecuali kami melihat kumpulan pekerja migran atau pekerja domestik asing yang memang sering mengunjungi Tekka Centre pada hari libur mereka. Orang-orang memilih untuk makan makanan yang panas dan segar daripada dibawa pulang," ia menerangkan.

Hal senada juga diungkapkan Teo Eng Huap yang mengelola kedai Chin Seng Cooked Food. Ia mengatakan pelonggaran itu bisa membantu bisnisnya bertahan dalam beberapa bulan terakhir.

"Sebelum pandemi, pelanggan kami memilih datang dalam kelompok besar, dengan teman-teman atau anggota keluarga lainnya, untuk makan. Karena aturan hanya membolehkan dua orang makan bersama, kami pikir itu tidak akan meningkatkan bisnis kami secara dramatis," ujarnya.

 


Sulit Andalkan Aplikasi

Suasana pusat jajanan (hawker) Tekka, Singapura, pada 17 Desember 2020. Budaya hawker atau jajanan kaki lima Singapura masuk dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO, menurut pernyataan Perdana Menteri Lee Hsien Loong melalui Facebook pada Rabu (16/12) malam. (Xinhua/Then Chih Wey)

Teo yang mengelola kedai bersama istrinya mengatakan pemilik hawker yang lebih tua kesulitan menjangkau konsumennya secara online. Mereka tidak familiar dengan aplikasi pesan antar sehingga mempersulit bisnis.

Sementara itu, Palani Kumar, koki di Restoran Al-Jilani, mengatakan karyawan mulai membeli tambahan suplai sebagai persiapan menyambut lebih banyak konsumen minggu ini. "Sebagai kedai kopi 24 jam, kami bergantung pada pola (pelanggan) reguler yang mungkin bekerja dalam shift yang tidak tetap. Kami berharap mereka kembali setelah pelonggaran," ujarnya.

Tak hanya pengusaha, konsumen juga menantikan kebijakan baru itu. Adrian Lo sudah berencana makan bersama rekannya saat pembatasan dilonggarkan. "Kami sesekali ke kedai kopi untuk takeaway, tapi kami akan lebih nyaman makan di sana dalam kelompok kecil bila sudah bisa dilakukan," ucapnya.


Singapura Masuk Jurang Resesi

Infografis Terhantam Covid-19, Singapura Masuk Jurang Resesi Ekonomi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya