Liputan6.com, Jakarta - Kabar gembira datang dari Taman Nasional Baluran, pada Sabtu, 7 Agustus 2021, jelang Tahun Baru Islam sekaligus peringatan Hari Konservasi Alam Nasional yang jatuh pada 10 Agustus 2021. Seekor anak banteng jawa (Bos javanicus) berjenis kelamin betina lahir dalam keadaan sehat.
Anak banteng jawa itu lahir dari pasangan Tina dan Telepak di Suaka Satwa Banteng (SSB) Taman Nasional Baluran. Bobotnya saat lahir tercatat 19,35 kg dengan panjang badan 60 cm.
Baca Juga
Advertisement
Kelahiran satwa endemik Jawa itu dibantu oleh tim SSB dan dokter hewan. Setelah induknya mendekati proses persalinan, tim segera menghubungi dokter hewan terdekat untuk membantu secara medis.
Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, anak banteng tersebut lahir pada pukul 05.44 WIB. Kepala Balai Taman Nasional Baluran, Pudjiadi mengatakan tim dan dokter hewan terus memantau kesehatan anak banteng itu secara intensif dalam beberapa hari ke depan.
"Harapannya agar banteng kecil itu bisa tumbuh sehat dan normal serta terhindar dari berbagai ancaman gangguan penyakit yang membahayakan," ujar Pudjiadi. Hingga kini anak banteng itu belum dinamai.
Pudjiadi menjelaskan, kelahiran anak banteng pekan lalu menambah jumlah populasi di kandang. Ia berharap populasinya di SSB Taman Nasional Baluran bisa berkembang dengan baik.
"Saat ini jumlah banteng yang ada di SSB Baluran terus bertambah, dan telah menjadi 10 ekor, dua jantan dan delapan betina," kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Terancam Punah
Banteng jawa merupakan satu dari lima spesies banteng yang ada di dunia. Berdasarkan IUCN Red List, banteng jawa dikategorikan sebagai spesies terancam kepunahan. Berdasarkan fakta itu, pemerintah lewat Surat Keputusan Direktur Jenderal KSDAE No. 180/IV-KKH/2015 memasukkan banteng jawa dalam 25 jenis satwa prioritas terancam punah yang dilindungi.
Dalam jurnal berjudul Karakteristik Habitat Banteng (Bos javanicus d'Alton, 1823) di Resort Rowobendo Taman Nasional Alas Purwo yang diterbitkan pada 2011, banteng jawa dengan jumlah populasi lebih dari 50 individu tersebar di tujuh lokasi. Terdiri dari empat di Jawa, yaitu Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo, dan Taman Nasional Meru Betiri. Dua lagi terdapat di Suaka Margasatwa Huai Kha Khaeng dan Suaka Margasatwa Om Koi di Thailand, serta satu di wilayah Modulkiri, Kamboja.
Sementara, populasi banteng dengan jumlah lebih dari 500 individu tidak ditemukan lagi di daerah sebaran alaminya. Salah satu penyebabnya adalah rentan diburu manusia dan ancaman pemangsanya, yaitu ajak (Cuon alpinus), yang membunuh anakan, banteng muda, dan betina yang sedang bunting.
Advertisement
Program Konservasi
Sejak 2012, Baluran menjalankan program konservasi semi alami banteng di SSB yang bekerja sama dengan Taman Safari Indonesia (TSI). Jumlah banteng pada awal program adalah tiga ekor dengan komposisi dua betina dan satu jantan. yaitu sebanyak 3 (tiga) ekor dengan komposisi 2 betina dan 1 jantan.
SSB sebagai keberlanjutan dari program konservasi banteng semi alami yang sudah dilakukan oleh Balai TN Baluran. Pada 2016, jumlah populasi Banteng di kandang sebanyak enam ekor dan terus berkembang biak hampir setiap tahun.
Dalam laporan Balai Taman Nasional Baluran pada Hari Konservasi Badak Jawa, September 2020, disebutkan populasi spesies badak jawa di alam tersisa kurang dari 5.000 ekor. Meski begitu, jumlahnya menunjukkan tren peningkatan. Anakan dari SSB nantinya dilepasliarkan ke alam sebagai 'fresh blood' untuk menjaga variasi genetik populasi di alam tetap terjaga.
Upaya menurunkan ancaman kelestarian banteng di Taman Nasional Baluran seperti perburuan dan penanganan invasive spesies Acacia nilotica seluas 6.000 hektare terus dilakukan pengelola TN Baluran dan mitra untuk memulihkan populasi banteng. Dengan kemampuan reproduksi yang relatif cepat, populasi banteng diyakini segera pulih.
Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban
Advertisement