Sejumlah orang percaya dengan melihat ekspresi seseorang bisa mengetahui apa yang dialaminya. Padahal, dalam sebuah penelitian menunjukkan bukan ekspresi wajah seseorang yang bisa mengungkap kondisi seseorang, melainkan bahasa tubuh.
Para peneliti di Hebrew University of Jerusalem dan New York University serta Princeton University, mengklaim, bahasa tubuh bisa lebih baik dalam memberitahukan pengalaman seseorang baik itu positif atau negatif seperti dilaporkan Medical Xpress, Senin (3/12/2012).
Responden ditunjukkan foto-foto orang yang menjalani kehidupan nyata, pengalaman positif, dan negatif untuk uji di kelompok tes.
Ketika responden melihat foto, para peneliti menemukan penilaian responden mengenai kondisi orang di foto itu tak lebih dari menebak kebetulan.
Dalam sebuah penelitian, para ilmuwan membandingkan ekspresi emosional pemain tenis profesional ketika menang dan kalah. Peneliti mempresentasikan tiga versi foto yang berbeda untuk mengetahui bagaimana responden melihat foto itu. Pada versi pertama, foto itu penuh dengan wajah dan tubuh. Yang kedua, foto memilihi tubuh dengan wajah yang dihapus dan ketiga hanya wajah tanpa tubuh.
Setelah diteliti, peserta ternyata bisa dengan mudah membedakan pemenang dari yang kalah ketika peserta melihat foto seluruh tubuh atau foto tubuh dan tanpa wajah. Namun peserta hanya bisa menebak sembarangan ketika melihat foto wajahnya saja.
Ironisnya, peserta percaya kalau wajah dan bukan tubuhyang mengungkapkan emosi seseorang. Menurut penulis, ini merupakan efek 'ilusi valensi' yang mencerminkan fakta kalau peserta mengatakan ia melihatnya dengan jelas (emosi negatif dan positif) dalam obyektif wajah nondiagnostik.
Para peneliti juga meminta peserta untuk memeriksa lebih lanjut wajah yang nyata secara intens, termasuk wajah yang mengungkapkan kegembiraan, kesenangan, kemenangan, kesedihan, rasa sakit, dan kekalahan.
Dan hasilnya, peserta bisa memberitahu perbedaan situasi yang positif atau negatif. Tapi penelitian ini membingungkan saat melihat ekspresi wajah. Seperti yang diharapkan, ekspresi emosional seseorang tergantung pada bahasa tubuh di foto orang
"Hasil ini menunjukkan ketika emosi menjadi intens, perbedaan antara positif dan negatif mengaburkan ekspresi wajah," kata Dr Hillel Aviezer dari Departemen Psikologi dari Hebrew University.
"Dari sudut pandang praktis klinis, hasilnya bisa membantu para peneliti memahami bagaimana ekspresi tubuh/wajah berinteraksi dalam situasi emosional. Sebagai contoh, individu dengan autisme gagal untuk mengenali ekspresi wajah, tapi mungkin jika dilatih untuk memproses isyarat tubuh yang penting, kinerja mereka secara signifikan bisa meningkat," tambahnya.(MEL/IGW)
Para peneliti di Hebrew University of Jerusalem dan New York University serta Princeton University, mengklaim, bahasa tubuh bisa lebih baik dalam memberitahukan pengalaman seseorang baik itu positif atau negatif seperti dilaporkan Medical Xpress, Senin (3/12/2012).
Responden ditunjukkan foto-foto orang yang menjalani kehidupan nyata, pengalaman positif, dan negatif untuk uji di kelompok tes.
Ketika responden melihat foto, para peneliti menemukan penilaian responden mengenai kondisi orang di foto itu tak lebih dari menebak kebetulan.
Dalam sebuah penelitian, para ilmuwan membandingkan ekspresi emosional pemain tenis profesional ketika menang dan kalah. Peneliti mempresentasikan tiga versi foto yang berbeda untuk mengetahui bagaimana responden melihat foto itu. Pada versi pertama, foto itu penuh dengan wajah dan tubuh. Yang kedua, foto memilihi tubuh dengan wajah yang dihapus dan ketiga hanya wajah tanpa tubuh.
Setelah diteliti, peserta ternyata bisa dengan mudah membedakan pemenang dari yang kalah ketika peserta melihat foto seluruh tubuh atau foto tubuh dan tanpa wajah. Namun peserta hanya bisa menebak sembarangan ketika melihat foto wajahnya saja.
Ironisnya, peserta percaya kalau wajah dan bukan tubuhyang mengungkapkan emosi seseorang. Menurut penulis, ini merupakan efek 'ilusi valensi' yang mencerminkan fakta kalau peserta mengatakan ia melihatnya dengan jelas (emosi negatif dan positif) dalam obyektif wajah nondiagnostik.
Para peneliti juga meminta peserta untuk memeriksa lebih lanjut wajah yang nyata secara intens, termasuk wajah yang mengungkapkan kegembiraan, kesenangan, kemenangan, kesedihan, rasa sakit, dan kekalahan.
Dan hasilnya, peserta bisa memberitahu perbedaan situasi yang positif atau negatif. Tapi penelitian ini membingungkan saat melihat ekspresi wajah. Seperti yang diharapkan, ekspresi emosional seseorang tergantung pada bahasa tubuh di foto orang
"Hasil ini menunjukkan ketika emosi menjadi intens, perbedaan antara positif dan negatif mengaburkan ekspresi wajah," kata Dr Hillel Aviezer dari Departemen Psikologi dari Hebrew University.
"Dari sudut pandang praktis klinis, hasilnya bisa membantu para peneliti memahami bagaimana ekspresi tubuh/wajah berinteraksi dalam situasi emosional. Sebagai contoh, individu dengan autisme gagal untuk mengenali ekspresi wajah, tapi mungkin jika dilatih untuk memproses isyarat tubuh yang penting, kinerja mereka secara signifikan bisa meningkat," tambahnya.(MEL/IGW)