PBB: Kekerasan Terhadap Anak di Afghanistan Meningkat selama Konflik dengan Taliban

PBB melaporkan bahwa terdapat 27 korban anak selama tiga hari.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 10 Agu 2021, 08:29 WIB
Anak-anak Afghanistan bermain saat badai pasir di pinggiran Kabul, Afghanistan (25/8/2020). Sebuah badai pasir hebat melanda Kabul. Badai menyebabkan jarak pandang jadi berkurang. (AP Photo / Rahmat Gul)

Liputan6.com, Jakarta - Sedikitnya 27 anak tewas di Afghanistan dalam tiga hari di tengah pertempuran sengit antara Taliban dan pasukan pemerintah, kata PBB.

Badan anak-anak PBB, Unicef, mengatakan pihaknya terkejut dengan "peningkatan pesat pelanggaran berat terhadap anak-anak".

Mengutip BBC, Selasa (10/8/2021), Taliban telah membuat kemajuan besar di seluruh negeri ketika pasukan asing menarik diri, mengambil enam ibu kota regional sejak Jumat (6/8).

Mereka telah menolak seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata.

Sementara itu, lebih dari 1.000 warga sipil tewas akibat konflik dalam sebulan terakhir.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Unicef ​​mengatakan kekejaman yang dilakukan terhadap anak-anak tumbuh "semakin tinggi dari hari ke hari". 27 kematian tercatat di tiga provinsi - Kandahar, Khost, dan Paktia. 

Sekitar 136 anak juga terluka di daerah ini selama tiga hari terakhir, kata UNICEF.

"Afghanistan telah lama menjadi salah satu tempat terburuk di dunia untuk anak-anak, tetapi dalam beberapa minggu terakhir dan, memang, 72 jam terakhir, itu menjadi jauh lebih buruk," kata Samantha Mort dari Unicef ​​Afghanistan kepada BBC.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kondisi Miris Anak-Anak Afghanistan

Seorang anak laki-laki Afghanistan melihat mobil yang rusak setelah ledakan di Kabul, Afghanistan, Rabu (9/9/2020). Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Tareq Arian mengatakan laporan awal menunjukkan sedikitnya 10 warga sipil tewas dan lebih dari 12 orang lainnya luka-luka. (AP Photo/Rahmat Gul)

Anak-anak telah tewas dan terluka dalam bom pinggir jalan dan dalam baku tembak. 

Seorang ibu mengatakan kepada Unicef bahwa keluarganya sedang tidur selama akhir pekan ketika rumah mereka terkena pecahan peluru, yang memicu kebakaran dan meninggalkan putranya yang berusia 10 tahun dengan "luka bakar yang mengerikan". 

Banyak anak juga tidur di luar setelah rumah mereka hancur.

Unicef ​​telah meminta semua pihak untuk memastikan bahwa anak-anak dilindungi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya