Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken menyampaikan bahwa "umat manusia tidak dapat lagi menunda aksi iklim yang ambisius".
Pernyataan itu Blinken sampaikan setelah rilis laporan penting PBB yang memperingatkan tentang meningkatnya bahaya perubahan iklim.
Advertisement
Laporan yang disusun selama bertahun-tahun itu disetujui oleh 195 negara - menyoroti pemerintah yang ragu-ragu dalam menghadapi semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa perubahan iklim adalah ancaman eksistensial.
"Momen ini membutuhkan para pemimpin dunia, sektor swasta dan individu untuk bertindak bersama-sama dengan urgensi dan melakukan segala yang diperlukan untuk melindungi planet kita," tutur Blinken dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (10/8/2021).
"Kita tidak bisa menunda aksi iklim yang ambisius lebih lama lagi," tambahnya.
Dengan pemanasan hanya 1,1 derajat Celcius sejauh ini, cuaca mematikan yang diperparah oleh perubahan iklim telah melanda dunia musim panas ini, dari gelombang panas yang mencairkan aspal di Kanada hingga kebakaran hutan yang tak dapat dijinakkan di Yunani dan California, AS.
"Kami melihat dampak merugikan dari peristiwa ini pada kehidupan dan mata pencaharian orang-orang di seluruh dunia," tegas Blinken.
"Inilah sebabnya Amerika Serikat telah berkomitmen untuk pengurangan 50-52 persen emisi dari level pada 2005 silam untuk 2030 mendatang dan mengumpulkan seluruh pemerintah federal untuk mengatasi krisis iklim," pungkasnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Langkah Pemerintahan Joe Biden Cegah Perubahan Iklim
Presiden AS Joe Biden telah menyatakan niatnya untuk menjadikan negaranya kembali menjadi pemimpin dalam perang melawan pemanasan global, juga kembali bergabung dengan perjanjian iklim Paris setelah pendahulunya, Donald Trump menarik diri dan menunjuk mantan menteri luar negeri John Kerry sebagai utusan iklimnya.
Pemerintahan Biden juga telah mengumumkan dana sebesar US$5 miliar - uang publik untuk membantu negara bagian dan komunitas lokal di AS dalam bersiap menghadapi bencana besar yang terkait dengan cuaca ekstrem.
Biden juga telah menggembar-gemborkan manfaat lingkungan dari rencananya dengan dana senilai US$1,2 triliun untuk merenovasi infrastruktur AS yang sudah tua, yang siap menjadi undang-undang.
Menurut Gedung Putih, frekuensi peristiwa cuaca ekstrem dan bencana terkait perubahan iklim telah meledak dalam beberapa tahun terakhir.
Diketahui, AS rata-rata mengalami enam bencana besar setiap tahun antara tahun 2000 dan 2009, jumlah itu meningkat menjadi 13 antara periode 2010 dan 2020.
Advertisement