Garuda Indonesia Terlilit Utang, Erick Thohir Diminta Pilih Renegosiasi Ketimbang PKPU

Para karyawan Garuda Indonesia ingin Menteri BUMN Erick Thohir menyelamatkan perseroan dengan memilih opsi renegosiasi ketimbang PKPU.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 10 Agu 2021, 19:45 WIB
Garuda Indonesia bakal membuka rute baru Denpasar-Bali ke Chengdu Tiongkok dengan frekuensi empat kali seminggu dengan pesawat Airbus.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi karyawan, pilot, dan awak kabin PT Garuda Indonesia (Persero) yang terkumpul dalam Serikat Bersam (Sekber) Garuda Indonesia tengah menunggu hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 13 Agustus 2021. Kabar baik dinanti agar bisa menyelamatkan maskapai pelat merah yang tengah terlilit utang.

"Jadi penataan itu kita harapkan terjadi di RUPS tanggal 13 Agustus nanti. Dari sisi itu memang kita sangat berharap, kalau terjadi perubahan, figur-figur yang ada itu orang-orang yang memahami bisnis airlines dan punya integritas yang tinggi," kata Koordinator Sekber Garuda Indonesia Tomy Tampatty kepada Liputan6.com, Selasa (10/8/2021).

Tomy mengatakan, para karyawan Garuda Indonesia juga ingin Menteri BUMN Erick Thohir menyelamatkan perseroan dengan memilih opsi renegosiasi ketimbang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dalam upaya restrukturisasi utang.

"Kami lebih mendukung restrukturisasi itu dilakukan dengan pola renegosiasi tanpa harus melalui jalur hukum PKPU," tegas dia.

Sebab menurutnya, Garuda Indonesia harus siap menerima konsekuensi dipailitkan jika memilih opsi PKPU. Maka dari itu pihak sekber cenderung memilih opsi renegosiasi.

"Tapi kembali lagi, di RUPS nanti kita berharap ada perubahan terbaik bagi Garuda Indonesia," ujar Tomy.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

 


Penataan Bisnis

Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG (dok: GIA)

Lebih lanjut, Tomy juga menghimbau agar perusahaan tidak sembarangan dalam melakukan penataan bisnis ke depan. Dia tak ingin kasus

Terkait penataan bisnis ke depan, ia menghimbau tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan eks Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar saat kontrak pesawat Bombardier CRJ 1000 Ng.

"Itu kan tipe pesawat pribadi, dibeli untuk pesawat komersial agak sulit untuk Indonesia. Karena tipikal orang Indonesia itu belanja.Dia naik CRJ enggak bisa bawa bagasi," ungkapnya.

"Orang akan menghindar (naik Garuda Indonesia). Belum lagi masalah landasan yang tidak banyak landasan yang bisa didarati atau take off oleh CRJ," tukas Tomy.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya