Liputan6.com, Jakarta Kasus COVID-19 per hari di Jepang terus mengalami kenaikan. Penasihat kesehatan senior pemerintah Jepang menyatakan bahwa keputusan untuk membatalkan Paralimpiade Tokyo dapat dibuat minggu ini, kecuali jika infeksi virus corona baru di Jepang dapat dikendalikan.
Olimpiade 2020 yang selesai pada akhir pekan lalu sebelumnya telah dipuji karena penanganan atlet yang baik. Namun kini seperti diberitakan South China Morning Post, Jepang harus menghadapi lonjakan angka infeksi dan tagihan US$15 miliar untuk tagihan Olimpiade, yang merupakan kabar buruk bagi Perdana Menteri Yoshihide Suga, sebab tampaknya acara tersebut tidak banyak membantu dalam menurunkan rate infeksi sesuai persetujuan.
Advertisement
Sementara panel ahli yang dibentuk oleh pemerintahan Suga untuk memandu strategi nasional selama pandemi akan bertemu di Tokyo pada hari Senin untuk membahas risiko yang dihadapi oleh puluhan ribu atlet, petugas, staf pendukung, dan media yang menghadiri Paralimpiade, yang dibuka pada 24 Agustus.
4 ribu kasus per hari
Kazuhiro Tateda, presiden Japan Association of Infectious Diseases dan anggota komite penasihat pemerintah, mengatakan situasinya telah menjadi kritis. “Ini tentu menjadi lebih buruk, baik dalam jumlah infeksi baru maupun penyebaran varian baru penyakit, tetapi juga dari sisi klinis karena tidak ada cukup fasilitas untuk mengobati orang,” katanya.
“Kami selalu mengatakan bahwa 4.000 kasus per hari di Tokyo akan menjadi angka yang mengkhawatirkan, sebagian karena memberikan begitu banyak tekanan pada sisi tanggapan klinis, tetapi ada beberapa model yang memprediksi sebanyak 10.000 kasus baru setiap hari dalam dua minggu ke depan,” tambahnya.
Tateda mengatakan skenario kasus terbaik adalah infeksi baru tetap di bawah 5.000 per hari untuk minggu depan dan kemudian menurun.
Pada hari Minggu kemarin (8/8/2021), pejabat melaporkan 4.066 kasus baru di Tokyo, naik 1.008 dari satu minggu sebelumnya dan lebih dari 4.000 untuk hari kelima berturut-turut. Saat ini ada 151 orang dalam kondisi kritis.
Secara nasional, ada 14.472 kasus baru pada hari Minggu, turun dari rekor 15.753 hari sebelumnya, tetapi total infeksi kini telah melonjak melewati 1 juta. Ada 15.297 korban setelah sembilan kematian lagi dilaporkan.
“Kami akan membahas rekomendasi agar pemerintah mengeluarkan pesan yang lebih kuat kepada orang-orang tentang mengubah perilaku mereka untuk menghentikan penyebaran virus, tetapi jika itu tidak dapat dilakukan dan kami melihat jumlahnya terus meningkat maka rekomendasi kami adalah Paralimpiade akan dibatalkan," kata Tateda.
Advertisement
Varian Delta
Sementara itu, para ahli menyatakan varian Delta yang lebih mudah menular dari penyakit ini sekarang menyumbang lebih dari 90 persen dari semua infeksi, dan banyak penduduk Tokyo gagal mengambil tindakan pencegahan. Meskipun 79 persen penduduk Tokyo telah memiliki setidaknya satu suntikan vaksin dan sekitar 40 persen memiliki dua, kebanyakan dari mereka adalah warga lanjut usia dan infeksi sekarang meningkat di antara orang-orang berusia 40-an dan 50-an.
Meskipun panel ahli pemerintah mengeluarkan serangkaian peringatan dan rekomendasi kepada pemerintah sebelum Olimpiade yang baru saja selesai, tidak semuanya diberlakukan.
“Ini sulit, kami memahami itu, karena ini juga keputusan politik dengan dampak internasional, jadi yang bisa kami lakukan hanyalah membuat rekomendasi berdasarkan situasi medis. Kami tahu ini adalah keputusan yang sulit bagi pemerintah. Tetapi pendapat pribadi saya adalah perlunya mengambil keputusan tentang paralimpiade pada minggu ini karena jumlahnya (infeksi COVID-19) masih meningkat dan banyak dokter mengatakan situasi yang mereka hadapi sangat kritis,” papar Tateda.
Nasib politik Perdana Menteri Suga mungkin juga bergantung pada keputusan dan dampaknya terhadap respons pandemi. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh surat kabar Asahi selama akhir pekan menunjukkan hanya 28 persen publik yang mendukungnya, sementara 60 persen ingin ia diganti.
Politik Suga
Keberhasilan atlet Jepang di Olimpiade dengan mengumpulkan 27 emas dan total 58 medali keduanya yang merupakan rekor bagi negara tuan rumah, tampaknya telah meredam kritik terhadap keputusan untuk mengadakan Olimpiade meskipun ada pandemi. Terlepas dari ketidakpopulerannya, Suga mungkin berusaha bertahan dengan menghubungkan masa depan politiknya dengan kesuksesan acara tersebut. Sebab masa jabatannya sebagai presiden Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa berakhir pada 30 September dan ia harus mengadakan pemilihan sebelum 21 Oktober.
“Saya pikir baik Suga dan LDP telah menggantungkan harapan mereka pada Olimpiade yang sukses dikombinasikan dengan keberhasilan peluncuran vaksin dan penurunan angka infeksi,” kata Hiromi Murakami, seorang profesor ilmu politik di kampus Tokyo, Temple University, dikutip dari scmp.
“Masyarakat senang dengan penampilan para atlet, tetapi mereka menyadari bahwa keberhasilan itu tidak ada hubungannya dengan para politisi. Orang-orang masih sangat tidak senang dengan kurangnya kebijakan untuk menghentikan pandemi selama 18 bulan terakhir, penundaan vaksin dan tidak ada visi kedepannya harus bagaimana dari sini. Ini adalah kegagalan di mata hampir semua orang, sejauh yang saya tahu,” tambahnya.
Namun, partai tetap setia kepada Suga dan tidak ada penerus yang jelas, karena calon penantangnya terlalu muda, terlalu tidak berpengalaman atau terlalu tidak populer di dalam partai, kata Murakami.
Ada peluang emas bagi oposisi untuk bersatu tetapi Murakami mengatakan mereka masih terlalu terpecah untuk menghadapi tantangan serius. “Orang-orang kecewa dan dukungan untuk LDP dan Suga akan menurun dalam pemilihan, tetapi tidak jelas berapa banyak dan apakah itu akan cukup bagi oposisi untuk mengambil keuntungan,” katanya.
Advertisement