Liputan6.com, Jakarta - Greta Thunberg muncul di sampul majalah Vogue Skandinavia edisi perdana. Dalam kesempatan itu, aktivis lingkungan itu mengkritik industri fesyen karena hingga saat ini belum melakukan sesuatu yang berarti untuk menekan dampak bisnisnya terhadap krisis iklim.
Nominator Nobel tiga kali itu menyebut bahwa fast-fashion industry berdampak negatif yang luar biasa terhadap lingkungan. Thunberg juga menekankan bagaimana industri itu sangat mengeksploitasi tenaga kerjanya.
Baca Juga
Advertisement
"Industri fesyen adalah kontributor terbesar terkait darurat iklim dan ekologi, tidak terhitung dampaknya pada tenaga kerja dan komunitas yang dieksploitasi di seluruh dunia agar yang lain bisa menikmati fast fashion yang kebanyakan akhirnya hanya sekali pakai," cuitnya lewat Twitter sembari mencantumkan link Vogue, dikutip dari Now This News, Selasa (10/8/2021).
Ia berpendapat, pelaku industri fesyen yang menyebut diri menerapkan prinsip keberlanjutan, tak lebih dari gimmick promosi. Menurut dia, industri fesyen hanya menghamburkan banyak uang untuk membuat pencitraan sebagai produsen yang 'berkelanjutan, etis, hijau, iklim netral, dan adil'.
"Jelasnya, ini tidak lebih dari sekadar green washing. Anda tak bisa tidak untuk memproduksi fesyen secara massal atau mengonsumsi 'secara berkelanjutan' di kondisi dunia yang sudah kepalang terbentuk saat ini. Ini salah satu dari banyak alasan mengapa kita butuh perubahan sistem," sambung perempuan berusia 18 tahun itu.
Greenwashing adalah istilah bagi perusahaan yang menyesatkan konsumennya agar percaya bahwa produk atau bisnis mereka aman untuk lingkungan, tanpa bukti nyata sebagai pendukung. Hal ini jelas merugikan untuk upaya penyelamatan lingkungan.
"Bila Anda membeli fast fashion, artinya anda berkontribusi untuk industri dan mendorong mereka untuk memperluas (bisnis) dan mendorong mereka untuk melanjutkan proses yang berbahaya itu," sambung Greta dalam wawancara tersebut.
"Tentu aku paham bahwa untuk sebagian orang, fesyen adalah bagian besar tentang bagaimana mereka ingin mengekspresikan diri dan identitas mereka," ia menambahkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bandingkan dengan Pandemi
Potret Greta untuk edisi pertama itu diambil oleh konservasionis Swedia dan duo seniman Alexandrov Klum. Ia digambarkan sedang duduk di bawah pohon yang berada di sebuah hutan bersama seekor kuda.
Thunberg menggunakan mantel berwarna perpaduan orange dan kuning pucat atau mirip dengan warna kulit buah persik. Penampilannya dilengkapi dengan gaun tipis berwarna kuning dan putih, sedangkan rambut panjangnya hanya digerai.
Dalam majalah tersebut, Thunberg mengaku sudah tiga tahun terakhir tidak pernah membeli sesuatu yang benar-benar baru. Kebanyak yang dipakainya adalah pinjaman dari kenalannya. Vogue mendeskripsikan bagaimana busana yang dipakai gadis Swedia itu benar-benar sudah usang dan penuh tambalan.
Hasil wawancara Thunberg itu dipublikasikan sehari sebelum Panel Antar-Pemerintah untuk Perubahan Iklim PBB (IPCC) merilis laporan setebal hampir 3.000 halaman. Kesimpulan dalam laporan itu menyatakan bahwa suhu Bumi naik lebih cepat dari prediksi awal. PBB menyebut itu sebagai 'kode merah untuk kemanusiaan'.
"Laporan ini menjelaskan pada kita bahwa perubahan iklim belakangan ini meluas, cepat, dan intensif, belum pernah terjadi dalam ribuan tahun," kata Wakil Ketua IPCC Ko Berret, penasihat iklim senior untuk Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS.
Para ilmuwan dalam beberapa tahun terakhir selalu memperingatkan tentang krisis iklim yang mendorong meningkatnya cuaca ekstrem terjadi di seluruh dunia. Badai tropis, angin topan, kebakaran hutan hebat, dan perubahan musim, semuanya terhubung dengan krisis iklim ini.
Sayang, kebanyakan manusia tidak merespons situasinya seperti cara mereka menghadapi pandemi Covid-19. Hal inilah yang dianggap menyedihkan oleh Thunberg. "Pandemi ini menunjukkan kita satu hal bahwa krisis iklim tidak pernah ditangani sebagai krisis," ucap dia.
Advertisement
Ajak Buat Perubahan
Dilansir dari CNN, Selasa, 10 Agustus 2021, awal mula Thunberg dikenal dunia pada 2018, setelah dia bolos sekolah pada usia 15 tahun. Dia sengaja bolos dari sekolah untuk memprotes pemerintah agar mengurangi emisi karbon, dengan duduk di halaman Parlemen Swedia.
Sejak saat itu, dia segera melakukan perubahan gerakan iklim bagi remaja. Di usianya yang kini menginjak 18 tahun, Thunberg menjadi salah satu aktivis lingkungan remaja yang paling dipandang oleh dunia.
Thunberg mendesak para pemimpin dunia, termasuk AS, untuk membuat perubahan besar sevara sistemik. Ia sendiri berusaha disiplin menerapkan gaya hidup berkelanjutan. Selain tidak membeli pakaian, Thunberg adalah seorang vegan, pengguna transportasi umum, dan tidak terbang dengan pesawat.
"Kami melakukan ini untuk memengaruhi orang-orang di sekitar kami, kami ingin mengirimkan sinyal yang jelas bahwa kita menghadapi situasi darurat dan ketika kalian dalam situasi darurat, kalian mengubah perilaku," ucapnya.
Thunberg menegaskan setiap individu penting dalam upaya memperbaiki krisis iklim, bukan semata kepada politikus atau mereka yang berkuasa. "Semakin banyak aku menghabiskan waktu berbicara dengan orang-orang, traveling, membaca, dan mengalami, semakin aku yakin perubahan akan terjadi dari bawah ke atas," kata dia.
"Dan ketika aku bicara tentang bawah ke atas, tidak berarti, kita - lewat kekuatan kita sebagai konsumen dapat membuat perubahan yang diperlukan. Tapi sebagai warga demokratis dan pemilih dan anggota keluarga, teman-teman, kami menggunakan kekuatan kami untuk membuat perubahan dan menekan mereka yang berkuasa." (Gabriella Ajeng Larasati)
Waspada Cuaca Ekstrem di Indonesia
Advertisement