Liputan6.com, Jakarta Cendekiawan Muslim Yudi Latif mengatakan, dua proklamator RI Sukarno dan Mohammad Hatta adalah sosok yang saling melengkapi dan mempunyai peran besar bagi Islam dan kebangsaan.
Hal ini disampaikannya saat menjadi pembicara dalam talk show Pekan Bung Hatta yang diadakan oleh BKNP PDIP, pada Selasa (10/8/2021) melalui virtual.
Advertisement
"Bung Karno dan Bung Hatta itu ibarat sepasang sayap garuda Indonesia yang saling melengkapi satu sama lain. Termasuk di dalam ekspresi keagamaan keduanya yang kelak memainkan peran besar di dalam mencari cara rekonsiliasi dalam hubungan antara keislaman dan kebangsaan," kata Yudi.
Terkait sosok Bung Hatta, mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini melihat sosok yang tak mengancam dari luar, namun membawa berkah. Sehingga ekspresi keagamaan yang dibawah olehnya seperti diibaratkan garam bukan gincu.
"Kalau gincu, orang tahu dari kejauhan warna gincunya tapi tidak bisa merasakan. Tapi kalau garam, orang tidak bisa melihat seperti apa keagamaan kita, tapi rasa dan manfaatnya bisa dirasakan oleh semua orang," ungkap Yudi.
Menurutnya, Hatta dikenal sebagai seorang yang berkeyakinan keagamaan kuat, namun tetap bisa memiliki pergaulan yang luas tanpa pandang bulu. Dirinya bisa bergaul denagn siapapun.
Latar belakang keagamaan yang kuat itulah yang menjadikan Hatta semacam jembatan penghubung antar berbagai identitas dalam mendamaikan konflik yang terjadi kala itu," kata Yudi.
Tetap Santai
Yudi menceritakan bagimana saat Hatta masih menjadi mahasiswa belanda, dia pernah ditawari temannya untuk memesan minuman beralkohol tapi menolaknya.
Hatta tetap berpegang teguh pada keyakinannya untuk hanya memesan air es, meskipun harga es di Eropa cukup mahal.
"Hal ini menandakan betapa Hatta sangat memegang prinsip keyakinannya namun tetap rileks menghadapi perbedaan," kata dia.
Advertisement