Liputan6.com, Jakarta - Oknum tenaga kesehatan (nakes) berinisial EO diduga menyuntikan vaksin kosong kepada pasien di Pluit, Jakarta Utara. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban menyarankan agar calon penerima vaksin Covid-19 memperhatikan beberapa hal sebelum vaksinator mulai menyuntikan vaksin.
Pertama, Zubairi meminta calon penerima vaksin agar memastikan vaksinator mengeluarkan vaksin dari dalam botol tepat di depan mereka.
Advertisement
"Untuk memastikan Anda divaksinasi dengan benar, perhatikan tahapan-tahapan ini, vaksin harus dikeluarkan dari botol di depan penerima vaksin," tulisnya lewat akun Instagram pribadi dikutip pada Kamis (12/8/2021).
Selanjutnya agar nakes menunjukkan dosis sebelum menyuntik. Menurut Zubairi, jika memungkinkan, calon penerima vaksin harus melihat apakah nakes itu benar-benar memasukkan vaksin.
"Minta diperlihatkan jarum suntik kosong setelah penyuntikan," katanya.
Sebelumnya polisi telah menetapkan EO sebagai tersangka dalam kasus pemberian suntikan kosong vaksin Covid-19 ke salah seorang remaja berinisial BLP di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Di hari yang sama, EO mengaku telah menyuntikan 599 orang di sentra vaksinasi.
"Memang menurut awal yang bersangkutan sudah memvaksin hari itu sekitar 599 orang, dan dia merasa lalai dia tidak periksa lagi," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus, Selasa, 10 Agustus 2021.
Selidiki Motif
Yusri mengatakan, penyidik Satreskrim Metro Jakarta Utara masih mempelajari motif dari EO memberikan vaksin kosong. Penyidik pun akan memanggil sejumlah ahli yang berkompeten termasuk dari organisasi perawat.
"Kami sedang mendalami sudah masuk tahap penyidikan. Termasuk kalau teman-teman menanyakan motifnya apa, apakah ada motif lain," kata Yusri.
Yusri belum bisa memastika apakah EO memberi suntik kosong karena kelelahan. Namun, menurutnya, sebagai relawan vaksinator, EO tidak bekerja setiap hari dan mendapatkan libur bergantian dengan vaksinator yang lain.
"Yang bersangkutan memang tidak bilang setiap hari (jadi vaksinator), karena yang bersangkutan bekerja di salah satu klinik yang memang kalau dia tidak bekerja juga tidak melakukan kegiatan vaksinator masyarakat. Jadi tidak setiap hari dia nyuntik," beber Yusri.
Advertisement