Inflasi AS Tak Setinggi yang Diprediksi, Rupiah Menguat

Rupiah dibuka di angka 14.395 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 12 Agu 2021, 10:40 WIB
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Kamis ini. Rupiah berpotensi terus menguat setelah data inflasi AS terbaru tidak setinggi yang diperkirakan.

Mengutip Bloomberg, Kamis (12/8/2021), rupiah dibuka di angka 14.395 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.382 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus menguat ke level 14.378 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.378 per dolar AS hingga 14.395 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,34 persen.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis berpotensi menguat setelah data inflasi AS terbaru tak sesuai ekspektasi.

Rupiah dibuka menguat 3 poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.380 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.383 per dolar AS.

"Rupiah mungkin bisa menguat terhadap dolar AS hari ini setelah data indikator inflasi AS, indeks harga konsumen, semalam menunjukkan kenaikan inflasi tidak setinggi ekspektasi semula," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan indeks harga konsumen (IHK) meningkat 0,5 persen secara bulanan (mom) pada Juli dibandingkan Juni 0,9 persen (mom) dan merupakan penurunan terbesar inflasi dalam 15 bulan.

"Hasil data tersebut menyingkirkan sementara isu tapering atau pengetatan moneter sehingga dolar AS melemah terhadap nilai tukar lainnya," ujar Ariston.

Meskipun demikian, lanjutnya, tingkat inflasi di AS masih tinggi di kisaran 5 persen, di atas target The Fed di kisaran 2 persen.

Menurut Ariston, isu tapering berpeluang kembali lagi bila data-data ekonomi AS terus menunjukkan perbaikan di tengah pandemi.

"Di sisi lain, kekhawatiran pasar terhadap pandemi masih berpeluang menahan penguatan nilai tukar aset berisiko," katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Efek Kasus Covid-19

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Terkait pandemi, jumlah kasus harian COVID-19 di Tanah Air pada Rabu (11/8/2021) mencapai 30.625 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 3,75 juta kasus.

Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 bertambah 1.579 kasus sehingga totalnya mencapai 112.198 kasus.

Sementara itu, sebanyak 3,21 juta orang telah dinyatakan sembuh sehingga total kasus aktif COVID-19 mencapai 426.170 kasus.

Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi menguat ke area Rp14.350 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp14.440 per dolar AS.

Pada Selasa (10/8/2021) lalu, rupiah ditutup terkoreksi 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.383 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.363 per dolar AS.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya