Liputan6.com, Beijing - China melaporkan kasus infeksi pneumonia antraks pada seorang warga di Chengdei, Provinsi Hebei.
Dikutip dari laman Global Times, Kamis (12/8/2021), pasien tersebut diketahui memiliki riwayat kontak dengan sapi dan domba, dan produk yang berasal dari hewan tersebut.
Advertisement
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CDC China) mengatakan bahwa pasien sudah dilarikan ke fasilitas medis di Beijing dengan menggunakan ambulans selama empat hari, setelah menunjukkan gejala.
Pasien kemudian menjalani karantina dan perawatan.
Penyakit antraks, disebut sangat mematikan jika tidak ditangani dengan benar.
Bacillus anthracis, patogen penyebab antraks, dikembangkan menjadi senjata biokimia dan digunakan pada abad ke-20.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sekilas Soal Penyakit Antraks
Menurut sebuah artikel yang diterbitkan di Science Focus, yang merujuk pada sebuah jurnal dari Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong, Jepang menggunakan antraks sebagai senjata biokimia dalam Perang Dunia II.
Antraks lazim di antara sapi dan domba.
Penyakit itu menginfeksi manusia setelah mereka bersentuhan dengan hewan yang sakit atau produk yang terkontaminasi.
Menurut CDC China, 95 persen dari kasus yang dilaporkan, adalah kontak kulit, yang dapat menyebabkan lecet dan nekrosis kulit.
Infeksi antraks yang paling berbahaya adalah pneumonia antraks, ketika seorang pasien menghirup debu yang mengandung Bacillus anthracis dan terinfeksi.
Seseorang yang terinfeksi bisa terkena antraks usus setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi, biasanya daging, dan akan mengalami gejala seperti mual, muntah dan diare.
Antraks dapat ditularkan langsung antar manusia tetapi tidak menular seperti flu atau COVID-19.
Bacillus anthracis adalah bakteri dan obat yang ampuh untuk melawan virus itu adalah antibiotik.
Advertisement