Kebakaran Besar Terjadi di Banyak Penjuru Dunia, Terkait Perubahan Iklim?

Kebakaran besar yang terjadi di California, Turki, Siberia, Amazon lebih parah. Mengapa?

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Agu 2021, 18:35 WIB
Ilustrasi kebakaran hutan (Rob Griffith / AFP PHOTO)

Liputan6.com, Jakarta - Gelombang udara panas dan kebakaran hutan sedang menimbulkan kekhawatiran akhir-akhir ini. Pasalnya, banyak kebakaran hutan terjadi di seluruh dunia. Bahkan sebagian Eropa dan Amerika Utara mengalami musim kebakaran terburuk yang pernah ada. Kebakaran hutan dan perubahan iklim saling berkaitan satu sama lain. Bagaimana pun, keduanya tidak lepas dari aktivitas manusia.

Jadi, bagaimana kebakaran hutan baru-baru ini dengan tahun-tahun sebelumnya?

Inilah keadaan kebakaran hutan parah di California, Turki, Siberia, Amazon yang dilansir dari laman BBC, Kamis (12/8/2021)

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


California Sangat Terpukul

Kebakaran di California tahun 2018 (wikimedia commons)

Bagian barat AS telah mengalami suhu panas yang memecahkan rekor tahun ini. Bersamaan dengan masa kekeringan yang parah telah memicu serangkaian kebakaran hutan besar.

Hingga saat ini di California, lahan hektar sebesar 2 kali lebih banyak dari rata-rata 5 tahun lalu telah hangus karena kabakaran hutan.

Dr Susan Prichard dari School of Environmental and Forest Sciences di University of Washington, mengatakan, “Kami sekarang mengalami kebakaran-kebarakan besar di California yang kami takuti disusul gelombang panas yang memecahkan rekor.

“Mempertimbangkan bahwa kebakaran hutan California telah terjadi sepanjang November dalam beberapa tahun terakhir, saya khawatir kita mungkin akan menghadapi musim kebakaran yang memecahkan rekor lainnya.”

Di seluruh Amerika Serikat, lebih dari 3,5 juta hektar telah terbakar sepanjang tahun 2021.

Angka tersebut 1 juta lebih banyak daripada musim kebakaran tahun 2020 lalu, yang berakhir sebagai musim paling merusak dalam catatan.

Hektar-hektar yang terbakar di seluruh AS tahun 2021 sejauh ini berada dibawah rata-ratra 10 tahun, dengan beberapa negara bagian lain tidak separah California.

Namun, para ahli memperingatkan hal ini masih sangat dini untuk menyebutnya tampak seperti musim kebakaran yang sangat kering dan panjang.

Perubahan iklim meningkatkan risiko cuaca panas nan kering yang memungkinkan akan memicu kebakaran hutan.

“Cuaca kebakaran yang ekstrim termasuk peningkatan petir dan angin kencang juga lebih umum terjadi mengikuti perubahan iklim,” ujar Dr Prichard.


Kebakaran Turki, yang Terburuk Dalam Sejarahnya

Kebakaran Turki pada 21 Juli 2021 dilihat dari luar angkasa (wikimedia commons)

Kebakaran hutan Turki telah dilabeli yang terburuk dalam sejarah oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Sekitar 175.000 hektar telah terbakar sepanjang tahun 2021, menurut Sistem Informasi Kebakaran Hutan Eropa.

Angka tersebut 8 kali lebih besar dibandingkan rata-rata sepanjang tahun 2008-2020.

Dr Yusuf Serengil, dari Fakultas Kehutanan di Universitas Istanbul, mengatakan “Ini adalah tahun yang sangat buruk di seluruh wilayah Mediterania. Kami percaya bahwa (peristiwa) ini disebabkan oleh panas diatas rata-rata pada bulan Juli di wilayah tersebut.”

Pihak berwenang Turki dikritik karena lengah oleh kebakaran baru-baru ini dan tidak memiliki cukup banyak pesawat  untuk membantu mengatasinya.

Mereka akhirnya mendapat bantuan dari Prancis, Spanyol, dan beberapa negara lain yang memberikan dukungan jalur udara.

Yunani juga mengalami kebakaran hutan yang memecahkan rekor, dengan 12 kali lipat lahan yang terbakar daripada rata-rata.

Sebagian besar kerusakan ini disebabkan oleh kebakaran hutan di pulau Evia, Yunani. Lebih dari 2.000 orang dievakuasi lewat jalur laut.

Ada pula kebakaran hutan aktif di wilayah Peloponnese, di antara kota Kalamata dan Patras.


Hutan Siberia Terbakar

Kebakaran Siberia di dalam Lingkaran Arktik di Republik Sakha pada 19 Mei 2020 (wikimedia commons)

Asap tebal dari kebakaran hutan telah menyelimuti sebagian besar Siberia. Satelit telah melacaknya terbawa hingga ke Lingkaran Arktik dan sekitarnya.

Kebakaran Siberia terjadi setiap musim panas, dimulai dari selatan – di sekitar perbatasan Cina, batasan Mongolia – sebelum secara bertahap bergerak ke utara menuju Lingkar Arktik yang terpencil, dimana api sulit dijangkau.

Musim kebakaran kali ini telah memperlihatkan asap dari Siberia yang mencapai Kutub Utara untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Dan ada tanda-tanda lain mereka akan semakin parah selama beberapa dekade terakhir (2011-2020) lebih dari 2 kali lipat daripada sebelumnya, menurut data dari Sukachev Forest Institute.

Republik Sakha (atau Yakutia) di timur laut juga telah menghadapi kebakaran hebat sejak pertengahan Juni. Jenis api dengan intensitas tinggi ini mengeluarkan lebih banyak karbon dioksida.

Volume karbon yang dilepasan oleh kebakaran di Sakha tahun ini jauh melebihi beberapa tahun terakhir. Namun, beberapa daerah tetangga belum mengalami musim yang buruk.

Para ilmuwan mengatakan bahwa kondisi yang lebih hangat dan kering di bagian utara Siberia meningkatkan risiko kebakaran. Perubahan iklim yang disebabkan manusia adalah faktor kunci dalam aktivitas kebakaran yang lebih ektrem.

Sebuah penelitian menebukan rekor gelombang udara panas 2020 di Siberia tidak mungkin terjadi tanpa adanya perubahan iklim.


Apa yang Terjadi di Amazon?

Deteksi kebakaran hutan Amazon (wikimedia commons)

Amazon Brasil diawasi dengan ketat karena deforestasi dan kebakaran yang terkait dengan pertanian mengancam ekosistem yang berharga. Ini masih awal musim kebakaran tahunan negara itu. Puncaknya berada pada bulan Agustus dan September.

Sejauh ini, area yang terbakar kurang dari tahun lalu, menurut data satelit yang dianalisis oleh Dr Michelle Kalamandeen, seorang ahli ekologi tropis.

Namun, Cerrado, padang rumput atau sabana luas yang digunakan untuk bercocok tanam, dan beternak terkena dampak kebakaran yang lebih parah.

Pada 2020, kebakaran sangat merusak terjadi di tepi selatan Amazon, seperti di Mato Grosso dan Pará. Di sini hutan bertemu dengan sabana yang rawan kebakaran.

Kondisi saat ini dan prakira hujan menunjukkan kekeringan lainnya, yang berarti “kita dapat melihat kebakaran besar lagi di wilayah ini,” ujar Kátia Fernandes, Asisten Profesor di Universitas Arkansas dan pemimpin tema kebakaran dan kekeringan untuk proyek SERVIR-Amazonia.

Di bagian lain dari hutan hujan Brasil – dan di Peru dan Bolivia – musin yang lebih “rata-rata” diperkirakan terjadi. Secara keseluruhan, prakiraan menunjukkan iklim akan kurang kondusif untuk jenis kebakaran yang terlihat di tahun 2020.

Aktivitas manusia seperti penggundulan hutan juga menimbulkan risiko kebakaran besar.

Tingkat deforestasi tinggi, dapat menjadi bahan bakar terjadinya kebakaran saat cuaca lebih kering.

Di samping dampak aktivitas manusia, dampak perubahan iklim di Amazon signifikan, kata Profesor Fernandes.

“Kami telah melihat bukti bahwa musim kemarau jadi lebih panjang, dan kekeringan parah terjadi lebih sering karena variabilitas alam yang diperburuk oleh perubahan iklim.”

 

Reporter: Ielyfia Prasetio

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya