Liputan6.com, Kabul - Dalam waktu 90 hari, kelompok Taliban kemungkinan besar dapat mengambil Kabul, ibu kota Afghanistan. Mengutip pendapat intelijen AS dari Reuters dan Washington Post, jangka tersebut lebih cepat dari yang diperkirakan semula di tengah penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Dikutip dari Al Jazeera pada Kamis, 12 Agustus 2021, Taliban berhasil merebut sembilan ibu kota provinsi di Afghanistan sejak Jumat kemarin. Hal ini menjadi kemajuan militer yang dahsyat. Menurut seorang pejabat yang mengetahui penilaian tersebut kepada Reuters menyatakan Taliban mampu mengisolasi Kabul dalam 30 hari.
Advertisement
Seorang pejabat AS yang namanya tidak bisa disebutkan mengatakan kepada Washington Post bahwa "semuanya bergerak ke arah yang salah."
Sementara Presiden Joe Biden mengatakan dia tidak menyesali keputusan untuk menarik pasukan Amerika keluar dari Afghanistan. Biden menekankan bahwa pasukan Afghanistan harus berjuang untuk bangsa mereka.
“Lihat, kami menghabiskan lebih dari satu triliun dolar selama 20 tahun terahir. Kami melatih dan melengkapi peralatan modern lebih dari 300.000 pasukan Afghanistan. Para pemimpin Afghanistan harus bersatu. Kami kehilangan ribuan personel Amerika yang gugur.” tegas Biden pada konferensi pers pada hari Selasa.
Dugaan Kabul bisa jatuh ke tangan Taliban begitu cepat ternyata lebih buruk dari yang ditakutkan sebelumnya. Penilaian intelijen sebelumnya pada bulan Juni yang diungkapkan oleh beberapa media AS, memperingatkan bahwa ibu kota Afghanistan bisa diisolasi oleh kelompok itu dalam enam bulan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
AS Terus Mendukung Afghanistan
Sebuah koalisi internasional pimpinan AS menginvasi Afghanistan pada tahun 2001 sebagai tanggapan atas serangan 9/11 di New York dan Washington. Taliban yang menguasai Kabul pada saat itu, telah menyembunyikan Osama bin Laden, pemimpin al-Qaeda.
Pasukan Amerika dan sekutu dengan cepat menguasai Kabul dan kota-kota besar lainnya. Mereka juga harus berjuang selama dua dekade untuk mengalahkan pemberontakan oleh pejuang Taliban.
Awal tahun ini, Biden berjanji untuk menarik semua pasukan tempur AS dari negara itu pada akhir Agustus untuk mengakhiri apa yang telah menjadi perang terpanjang AS.
Pada hari Selasa, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan Biden harus membuat "pilihan sulit" atas nama rakyat Amerika.
"Kami pergi ke Afghanistan untuk memberikan keadilan kepada mereka yang menyerang kami pada 11 September, untuk mengganggu teroris yang ingin menggunakan Afghanistan sebagai tempat yang aman untuk menyerang Amerika Serikat. Kami mencapai tujuan itu beberapa tahun yang lalu,” beber Psaki.
Di samping itu, Washington telah berjanji untuk terus mendukung pasukan Afganistan dengan serangan udara dan dukungan logistik, Walaupun tidak jelas seberapa terlibat militer AS dalam upaya baru-baru ini untuk melawan kemajuan Taliban.
“Saya akan bersikeras untuk terus menjaga komitmen yang kami buat untuk memberikan dukungan udara jarak dekat, memastikan bahwa angkatan udara mereka berfungsi dan dapat dioperasikan, memasok pasukan mereka dengan makanan dan peralatan, dan membayar semua gaji mereka. Tapi mereka pasti ingin bertarung," pungkas Biden.
Reporter: Bunga Ruth
Advertisement