Penyakit Mata Degenerasi Makula Sebabkan 1,8 Juta Kebutaan Global pada 2020

Salah satu penyakit mata yang dapat menghilangkan penglihatan dengan cepat adalah Age-Related Macular Degeneration (AMD) atau dikenal pula dengan degenerasi makula.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 13 Agu 2021, 13:00 WIB
Ilustrasi penyakit mata Age-Related Macular Degeneration (AMD). Credit: pexels.com/Rane

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu penyakit mata yang dapat menghilangkan penglihatan dengan cepat adalah Age-Related Macular Degeneration (AMD) atau dikenal pula dengan degenerasi makula.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa AMD adalah salah satu penyebab kebutaan terbesar secara global. Pada 2020, terdapat 1,8 juta kasus kebutaan global yang disebabkan oleh AMD.

Penyakit AMD menyerang makula, area pusat retina yang terletak di belakang mata. Makula berperan penting dalam penglihatan sentral dan membedakan detail saat membaca, menulis hingga melihat wajah seseorang. 90 persen dari kasus kehilangan penglihatan berat pada pasien AMD, disebabkan oleh Wet AMD.

Menurut dokter spesialis mata sekaligus anggota European Society of Retina Specialists (EURETINA), Elvioza, Wet AMD adalah kondisi lebih lanjut dari AMD. Kondisi ini ditandai adanya proses neovaskularisasi, di mana pembuluh darah baru mulai terbentuk di belakang retina.

Namun, pembuluh darah tersebut sangat halus, serta rentan bocor cairan dan darah hingga masuk ke lapisan makula. Gangguan tersebut membentuk jaringan parut yang menghambat fungsi sel retina. Penyakit ini merupakan penyebab utama kehilangan penglihatan yang parah dan kebutaan pada pasien AMD di atas usia 65 tahun, serta memengaruhi 20 juta orang di seluruh dunia.


Bersifat Progresif

Elvioza menambahkan, penyakit mata Wet AMD muncul seiring bertambahnya usia. Penyakit ini akan semakin parah siring bertambahnya waktu atau berdifat progresif.

Umumnya, Wet AMD diderita oleh kelompok lanjut usia (lansia) berumur 50 tahun ke atas. Selain usia, penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko lain yakni merokok, diet yang buruk, serta riwayat keluarga dengan AMD.

Pada pasien dengan Wet AMD, umumnya yang dirasakan pada penglihatannya adalah distorsi, buram dan ada bintik hitam. Apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, dapat mengakibatkan kebutaan pada pasien.

“Sayangnya, banyak pasien yang baru memeriksakan matanya setelah kondisinya memburuk. Untuk itu, penting mengenali gejala awal Wet AMD sehingga pemeriksaan dini dapat segera dilakukan,” jelas Elvioza, dalam seminar daring Novartis Indonesia, Kamis (12/8/2021).


Terapi Wet AMD

Saat ini, terapi yang tersedia bagi pasien Wet AMD di Indonesia bukan bertujuan untuk menyembuhkan, tapi memperlambat progresivitasnya, lanjut Elvioza.

“Pengobatan Wet AMD merupakan terapi jangka panjang. Bagi dokter, mengontrol cairan retina sangat penting untuk mengendalikan perkembangan penyakit dan memperbaiki kondisi penglihatan.”

Berdasarkan pedoman penanganan Wet AMD di Indonesia, beberapa terapi yang dapat digunakan meliputi laser fotokoagulasi, terapi fotodinamik, dan anti-VEGF.

 


Infografis Tahapan Pendaftaran Vaksinasi COVID-19 untuk Lansia

Infografis Tahapan Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya