Liputan6.com, Jakarta Ketika Reebok sedang naik daun di pasar dan sedang menjalankan kerja sama dengan NBA dan NFL, Adidas membelinya seharga USD 3,8 miliar Rp 54,6 triliun. Namun sayang, nilai merek tersebut kini merosot jauh hingga hanya USD 2,5 miliar (35,9 triliun).
Kesepakatan penjualan dikabarkan akan berlangsung pada kuartal pertama tahun 2021. Penjualan yang dilakukan Adidas dikabarkan sebagian besar akan dibayar secara tunai. Nilai harga jual yang lebih rendah dari harga asli disebut terjadi akibat penurunan harga investasi.
Advertisement
Melansir dari CNN Business, Jumat (13/08/2021), Adidas diketahui melakukan kesepakatan penjualan Reebok bersama Authentic Brands Group.
Awalnya, alasan Reebok dibeli untuk membantunya bersaing dengan Nike di pasar dalam negeri, tetapi merek itu dirundung penjualan dan kerugian yang terus bertambah.
Mengutip dari Financial Times, Direktur Pelaksana Global Data Neil Saunders mengatakan Adidas telah berhasil mengembalikan Reebok menuju keuntungan.
“Reebok mungkin jauh kurang berhasil dalam membangun merek yang mampu mencuri pangsa dan merebut hati dan pikiran konsumen,” jelas Saunders.
Meskipun demikian, selama akuisisi yang telah berlangsung selama ini, Reebok menyumbang sebesar 7 persen dari penjualan Adidas pada akhir 2020. Padahal menurut laporan keuangan, pada 2010, penjualan merek sempat turun sekitar 18 persen.
Profil Pembeli Reebok
Sebagai perusahaan yang akan go public musim panas ini, mengutip dari Insider, Authentic Brands telah meraup keuntungan dari merek yang telah bangkrut seperti Brooks Brothers, Aéropostale, dan Forever 21 dalam beberapa tahun terakhir.
“Dengan perubahan kepemilikan ini, kami percaya ini (Reebok) akan berada di posisi yang tepat untuk kesepakatan jangka panjang,” tambah kepala eksekutif Adidas Kasper Rorsted saat mengumumkan penjualannya.
Salah satu faktor dari penjualan ini karena berasal dari kurangnya kejelasan tentang apa target yang diinginkan Adidas oleh Reebok.
Akibat dari ketidakpastian tersebut membuat kedua perusahaan tidak dilihat sebagai merek yang cocok untuk para atlet ataupun yang ingin mencari mode/gaya olahraga.
Oleh karena itu, karena sudah dilakukan perubahan kepemilikan, Saunders justru memprediksi bahwa Authentic Brands bisa memperkuat posisinya sebagai perusahaan ritel utama di Amerika.
Adapun nantinya Reebok dapat memanfaatkan momentum ini untuk kembali meningkatkan penjualannya.
“Jika tidak terlalu berfokus pada persaingannya (dengan Nike), perubahan strategi konsumen di tokonya sendiri bisa lebih kuat dengan menjangkau pengecer luar,” tutup Saunders.
Reporter: Caroline Saskia
Advertisement