Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang terjadi lebih dari satu tahun lamanya mengharuskan aktivitas belajar siswa dilakukan dari jarak jauh melalui dukungan internet.
Bagi mereka yang tinggal di wilayah dengan cakupan internet baik, tentu belajar online bisa dilakukan dengan lebih mudah. Namun tidak demikian dengan sejumlah pelajar di Bengkulu, khususnya para pelajar di Kecamatan Kinal, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu.
Baca Juga
Advertisement
Para pelajar di Kecamatan Kinal, Bengkulu ini harus menempuh perjalanan cukup jauh dari rumah untuk mendapatkan akses internet.
Menurut seorang warga setempat, Tomi Defantri, dari ke-12 desa yang ada di Kecamatan Kinal, hanya satu desa yang terkover jaringan internet, lokasinya pun di pinggir sungai Kinal dan dekat dengan pemakaman.
Oleh karenanya, para pelajar dan warga setempat sengaja datang ke desa bernama Lembah Jawi ini untuk bisa mengakses telekomunikasi, mulai dari SMS, telepon, hingga sinyal internet.
"Dari awal pandemi hingga saat ini, internetnya sama, tidak bisa diakses dari Kecamatan Kinal. Di satu kecamatan, 12 desa belum ada akses internetnya sehingga kalau siswa ingin mencari bahan untuk tugas sekolah harus ke pinggir sungai," kata Tomi, dihubungi Tekno Liputan6.com, Jumat (13/8/2021).
Tomi mengatakan, lokasi pinggir sungai yang kebagian sinyal ini terletak di desa pertama dari ke-12 desa Kecamatan Kinal yang jaraknya 5 jam dari Kota Bengkulu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
5 Jam dari Bengkulu
Menurutnya, meski berjarak 5 jam dari Kota Bengkulu dan kondisi jalan yang sudah cukup baik, di wilayah Kecamatan Kinal sama sekali belum ada tower telekomunikasi. Oleh karenanya, para pelajar kesulitan belajar online dan warga pun sulit berkomunikasi dengan keluarganya di luar Kinal.
"Kalau mau telepon harus ke bawah, ke Lembah Jawi. Desa kedua, ketiga, dan seterusnya pun tidak terkover sinyal sama sekali," tuturnya.
Padahal menurut informasi dari Tomi, di Kecamatan Kinal ada beberapa SD, satu SMP, dan satu SMA dengan jumlah siswa lebih dari 100 orang. Namun karena minimnya sinyal telekomunikasi dan internet, siswa harus berjalan ke pinggir sungai Kinal untuk bisa belajar online.
Sementara itu, seorang orang tua siswa, Toherwan, yang merupakan warga Desa Gedung Wani, mengatakan, setiap hari ada banyak siswa yang menyari sinyal di pinggir sungai.
"Setiap hari dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00 WIB di tepi Sungai Kinal selalu ramai pelajar mencari sinyal karena di Kecamatan Kinal sinyal internet sangat sulit," katanya.
Ia menjelaskan, selama pandemi Covid-19 para siswa belajar secara online berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Advertisement
Harapan Warga Setempat
Namun karena kondisi internet yang sulit membuat pelajar harus mencari titik yang dijangkau internet, seperti dikatakan oleh Tomi, salah satu titiknya adalah di tepi Sungai Kinal.
"Menurut informasi yang kami terima sudah ada pengusulan untuk tower di Kecamatan Kinal tapi sampai saat ini belum ada tindak lanjut," katanya.
Toherwan pun berharap pemerintah daerah dapat memperhatikan kondisi tersebut dan memprioritaskan kebutuhan jaringan internet di Kecamatan Kinal karena internet sudah menjadi kebutuhan vital bagi para pelajar selama sekolah berlangsung secara daring.
"Seharusnya koneksi internet di setiap daerah sudah terpenuhi secara merata, mengingat selama masa pandemi Covid-19 banyak yang membutuhkan konseksi internet yang baik," kata Tomi.
Tomi pun merasa prihatin melihat para pelajar di desanya kesulitan belajar dan mendapatkan sinyal internet untuk sekolah online.
(Tin/Ysl)