Studi: Terbiasa Pakai Headphone dengan Volume Lebih dari 50 Persen Tingkatkan Risiko Terkena Demensia

Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko Anda terkena demensia di kemudian hari

oleh Sulung Lahitani diperbarui 13 Agu 2021, 14:04 WIB
Ilustrasi/copyright pexels.com

Liputan6.com, Jakarta Penting untuk mendengarkan apa yang dikatakan dokter untuk menjaga kesehatan. Dalam banyak kasus, nasihat yang baik melibatkan menghindari sesuatu yang berlebihan, apakah itu makanan, minuman, atau bahkan aktivitas tertentu.

Menurut penelitian baru, ada satu kebiasaan sehari-hari yang mungkin tidak Anda anggap berlebihan namun menaikkan risiko Anda terkena demensia. Kebiasaan tersebut yakni mendengarkan musik terlalu keras dengan headphone.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 


Penelitiannya

Ilustrasi telinga bermasalah. (Dok. Karlyukav/ Freepik)

Sebuah analisis baru-baru ini oleh Acoustical Society of America memperingatkan orang-orang dengan paparan tingkat kebisingan 70 desibel atau lebih yang berkepanjangan, dapat menempatkan diri mereka pada risiko masalah pendengaran di kemudian hari. Menurut EatingWell, tingkat kebisingan tersebut biasa digunakan pada headphone saat mendengarkan musik dengan volume lebih dari 50 persen.

Dengan pemikiran tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa sekitar setengah dari semua anak, remaja, dan dewasa muda antara usia 12 dan 35 menempatkan diri mereka pada risiko gangguan pendengaran.

 


Hubungan gangguan pendengaran dengan risiko demensia

Ilustrasi demensia. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Sayangnya, penelitian telah menunjukkan bahwa memiliki kemampuan pendengaran yang berkurang menempatkan orang pada risiko lebih tinggi terkena demensia di kemudian hari.

Satu studi 2011 yang diterbitkan di JAMA Neurology menemukan bahwa dari 639 peserta yang diuji selama rata-rata 12 tahun, mereka yang mengalami gangguan pendengaran ringan dua kali lebih mungkin menunjukkan tanda-tanda penurunan kognitif dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki pendengaran; gangguan pendengaran sedang meningkatkan risiko tiga kali lipat; dan diagnosis gangguan pendengaran yang parah membuat seseorang lima kali lebih mungkin didiagnosis dengan demensia.

 


Gangguan pendengaran memengaruhi area otak tertentu

Ilustrasi tentang otak dan kecerdasan. (Sumber Pixabay)

Para peneliti percaya hubungan antara demensia dan gangguan pendengaran adalah akibat langsung dari kurangnya stimulus, dengan studi pencitraan menunjukkan bahwa otak Anda dapat mulai berjuang setelah berhenti menerima masukan dari telinga Anda seperti biasanya.

"Kerusakan alat pendengaran perifer dari waktu ke waktu menurunkan input ke pusat pendengaran utama di otak," ujar Ana H. Kim, MD, direktur penelitian otologi di departemen otolaryngology-head & neck surgery di Columbia University Herbert and Florence Irving Medical Center di New York kepada Healthline.

Akhirnya, pusat pendengaran utama di otak melemah. "Ini kemudian menciptakan lingkaran setan penurunan kapasitas pendengaran, memburuknya fungsi eksekutif, dan peningkatan risiko demensia," jelas Kim.

Dia juga menambahkan bahwa mereka yang mengalami gangguan pendengaran cenderung mengisolasi diri secara sosial begitu komunikasi menjadi sulit, yang juga meningkatkan risiko penurunan kognitif.

 


Sebagian besar gangguan pendengaran dapat dihindari

Ilustrasi Mendengarkan Musik Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Faktanya, gangguan pendengaran yang berkaitan dengan usia bukanlah peristiwa biologis karena merupakan hasil dari faktor eksternal.

"Komunitas medis dan audiologi, serta masyarakat umum, tidak mengerti bahwa gangguan pendengaran yang signifikan bukanlah bagian dari penuaan normal yang sehat, tetapi sebagian besar merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan," kata Daniel Fink, MD, ketua dewan The Quiet Koalisi kepada Healthline.

"Kita harus bisa mendengar dengan baik sampai usia tua, sesuatu yang umumnya tidak benar dalam masyarakat industri."

Fink menjelaskan bahwa teknologi baru membuat generasi muda lebih mungkin untuk secara tidak sengaja merusak telinga mereka pada tingkat yang mengkhawatirkan.

"Khususnya untuk anak muda…penggunaan sistem audio pribadi adalah sumber utama paparan kebisingan di waktu senggang. [Ketika] mereka mencapai usia paruh baya, mungkin di awal hingga pertengahan 40-an, pendengaran mereka akan sama sulitnya dengan kakek-nenek mereka sekarang yang berusia 70-an dan 80-an," kata Fink.


Lindungi telinga Anda dengan beberapa alat dan taktik sederhana

Ilustrasi Mendengarkan Musik Credit: pexels.com/Andrea

Selain memastikan untuk tidak memutar nada dengan volume maksimal di headphone, ada cara lain untuk melindungi diri Anda dari efek paparan kebisingan.

Beberapa perangkat gawai telah menawarkan kemampuan untuk membantu menentukan lingkungan yang terlalu bising atau bahkan saat volume yang Anda gunakan melewati batas yang dapat diterima dengan aman.

Selain itu, menurut Harvard Health, yang terbaik adalah membawa penyumbat telinga atau headphone peredam bising ke konser, acara olahraga, dan perayaan lain di mana suara keras sering terdengar. Dan pastikan Anda beristirahat setelah sesi mendengarkan yang lama dengan headphone Anda.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya