Liputan6.com, Jakarta - Peringatan Hari Pramuka ke-60 jatuh hari ini, Sabtu (14/8/2021). Sementara para Pramuka berusaha tetap relevan dengan kondisi sekarang, termasuk turun tangan membantu penanggulangan COVID-19 sebagaimana dikabarkan di situs web mereka, gerakannya tidak pernah lepas dari kemampuan bertahan hidup.
Ya, semangat ini tentu sudah Anda dengar selama bertahun-tahun. Di antara banyak kemampuan bertahan hidup di alam liar yang diasah melalui gerakan ini, berikut beberapa di antaranya yang bisa dijadikan catatan.
Baca Juga
Advertisement
1. Hati-Hati Saat Menggunakan Benda Tajam
Kapan pun Anda menggunakan pisau, gergaji, kapak, atau benda berbilah lain, meski ujungnya cukup tumpul, pastikan untuk tidak melukai diri Anda sendiri, catat The Survival Mom. Pasalnya, telah banyak Pramuka melukai diri sendiri saat memotong kayu bakar, bahkan ketika mengotak-atik pisau saku mereka.
"Ini mungkin terdengar seperti konsep keamanan yang sangat sederhana, tapi dalam situasi bertahan hidup, luka yang terinfeksi atau luka besar bisa jadi kesalahan terburuk dalam hidup Anda," catat pihaknya.
2. Strategi STOP
Pramuka menyarankan strategi STOP dalam situasi bertahan hidup. Panik dan berkeliaran tanpa rencana bukanlah cara yang ingin Anda tempuh. STOP sendiri merupakan singkatan dari STOP (Berhenti), Think (Berpikir), Observe (Memperhatikan), dan Plan (Merencanakan), lapor Off the Grid News.
Berhenti merupakan langkah pertama, supaya bisa berpikir dengan lebih baik. Pengamatan yang tajam terhadap lingkungan akan membantu Anda menilai prospek dalam menemukan jalan kembali atau menetap sebaik mungkin. Memiliki rencana yang pasti dapat memberi Anda kepercayaan diri dan tujuan saat bekerja secara metodis untuk bertahan hidup.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3. Ingat Waktu
Orang-orang, terutama yang kurang berpengalaman di alam bebas, cenderung meremehkan perhitungan waktu saat siang hari. Aturan praktisnya, pukul tiga sore menandakan sudah saatnya Anda memilih tempat berkemah dan menyalakan api.
Mendirikan tenda dalam gelap bukanlah hal yang menyenangkan, apalagi memasak. Faktanya, menunggu sampai matahari terbenam dapat menciptakan lingkungan yang berpotensi berbahaya, di mana kesalahan dan cedera dapat dengan mudah terjadi.
4. Api Besar Bukan Berarti Lebih Baik
Dalam situasi bertahan hidup, Anda perlu mempertimbangkan dengan cermat seberapa besar api yang Anda butuhkan. Tidak banyak orang memahami bahwa mengumpulkan kayu bakar juga berarti pengeluaran energi yang serius.
Selain itu, api berukuran kecil hingga sedang lebih mudah dinyalakan saat waktunya tidur. Jika bisa digunakan merebus air, memasak makanan, dan tetap hangat, api itu sudah cukup besar.
Advertisement
5. Segera Bersihkan
Mencuci piring sesegera mungkin adalah keterampilan bertahan hidup yang tidak kalah serius. Meninggalkan piring dan makanan semalaman meningkatkan kemungkinan bakteri berbahaya tumbuh, entah di makanan, permukaan piring, maupun peralatan makan Anda. Belum lagi aroma makanan yang bisa menarik satwa liar.
6. Perhatikan Pertukaran Udara di Dalam Tenda
Semakin banyak aliran udara yang dapat Anda buat, semakin baik, terlepas dari seberapa panas atau dingin suhu di luar. Jelas saat kemarau, angin sepoi-sepoi yang masuk melalui tenda akan membuat Anda lebih sejuk. Yang sulit dipercaya adalah ventilasi tempat berlindung Anda saat udara lebih dingin.
Sangat menggoda untuk berpikir bahwa Anda dapat menghemat panas dengan lebih baik dengan menjaga semuanya tertutup rapat, tapi sebenarnya tidak begitu. Sepanjang malam, napas dan panas tubuh Anda akan mengembun, membuat bagian dalam tenda basah, dan karenanya jadi lebih dingin.
Bangun dalam keadaan lembap dan basah bukanlah cara yang menyenangkan untuk memulai hari. Di samping, kelembapan itu bisa berarti awal dari hipotermia.
Infografis Cara Kelola Masker COVID-19 Bekas Pakai
Advertisement