Liputan6.com, Washington D.C - Seorang warga bernama Stephen Feehily, di New Orleans, Louisiana - sebuah daerah sebagaimana banyak wilayah selatan Amerika Serikat lainnya, memiliki keraguan sangat tinggi terhadap vaksinasi COVID 19.
Kini, Stephen dan istrinya mengungkap, bahwa mereka menyesal dengan pilihan mereka untuk tidak divaksinasi - sementara kedua putranya masih terlalu kecil untuk divaksinasi, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (14/8/2021).
Advertisement
"Saya akui saya membuat kesalahan," kata Feehily kepada VOA.
"Saya tidak ingin ini terjadi pada istri, diri saya sendiri, atau siapa saja. Ini benar-benar mengerikan. Saya ingin secepat mungkin mendapatkan vaksin itu," ungkapnya.
Perubahan sikap ini terjadi setelah Stephen, istri, dan putranya yang paling kecil, dites positif COVID-19 ketika mereka berlibur bulan lalu.
Feehily mengungkapkan hal itu paling menyakitkan untuk ia ketahui.
Selain kehilangan cita rasa dan daya penciuman, Feehily mengungkap dirinya juga kesulitan bernapas dan hingga kini belum pulih sepenuhnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Louisiana Berada di Urutan Teratas Jumlah Per Kapita Kasus Baru COVID-19 di AS
Setphen menderita demam, mengigil kedinginan dan istrinya harus sendirian pergi ke gawat darurat karena harus mengantar putra mereka dirawat.
Kisah keluarga Feehily itu menjadi tren yang semakin bertambah di wilayah selatan AS di mana rendahnya tingkat vaksinasi mengakibatkan infeksi COVID-19 varian delta yang lebih tinggi.
Di Amerika Serikat, tingkat vaksinasi Louisiana paling rendah, dengan hanya 38% penduduk yang sudah divaksinasi.
Hal ini juga menjelaskan situasi Virus Corona di Louisiana, yang memimpin dalam jumlah per kapita infeksi baru COVID-19 di AS.
Pejabat negara bagian AS tersebut menyatakan rawat inap rumah sakit akibat COVID-19 meningkat 124% dari dua pekan yang lalu dan kematian meningkat hingga 221%.
Advertisement