Liputan6.com, Jakarta - Situasi pandemi Covid-19 yang membatasi berbagai lini usaha juga memukul sektor UMKM. Banyak yang terpaksa gulung tikar akibat tak kuat menghadapi tantangan bisnis yang serba tak pasti. Tapi, masih ada pula pemilik UMKM yang mampu bertahan setelah beradaptasi dan berinovasi.
Adaptasi dan inovasi yang dimaksud adalah bertransformasi ke ranah digital. Pasalnya, konsumen yang tak leluasa ke mana-mana kini mengandalkan dunia maya untuk memenuhi berbagai keperluan. Maka itu, menguasai keterampilan digital marketing menjadi kebutuhan utama saat ini.
Baca Juga
Advertisement
Sejak Juli 2015, Google memfasilitasi UMKM dengan pelatihan digital marketing lewat dua program utama, yakni Gapura Digital dan Women Will. Lebih dari dua juta pemilik UMKM sudah dijangkau dalam pelatihan tersebut, didominasi peserta dari Pulau Jawa. Mereka belajar mengoptimalkan berbagai tools yang disediakan platform itu untuk mengembangkan bisnis.
"Kami percaya semangat belajar orang Indonesia tinggi banget, apalagi di masa ini, daya juangnya lebih tinggi lagi," kata Dora Songco, Product Marketing Manager Google Indonesia dalam Grow With Google, Kamis, 12 Agustus 2021.
Survei untuk melihat efektivitas pelatihan pun digelar pada April--Juni 2021 dengan melibatkan lembaga survei Kantar. Responden yang dilibatkan sebanyak 1.571 orang, yakni para peserta pelatihan. Dari survei tersebut didapat bahwa lebih dari 50 persen peserta terlibat dalam pelatihan untuk menjaga bisnis mereka tetap berjalan di masa pandemi.
"UMKM harus berubah. Karena pandemi, UMKM dipaksa harus jalankan bisnis dan interaksi dengan klien dan pelanggan secara online," sambung dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fesyen Tergeser
Setelah pelatihan, mereka menyadari bahwa kelas-kelas pelatihan bisnis, termasuk pemasaran digital, sangat penting bagi kelangsungan usaha. Delapan dari 10 pemilik UMKM mengaku melihat peningkatan dalam jumlah pelanggan setelah eksistensi mereka secara online diperbarui.
"26 persen yang ikuti (pelatihan), mampu bertahan di masa pandemi. 22 persen melihat dampak positif terhadap keuangan dan peningkatan pendapatan. Tapi, ini baru awal karena baru setelah beberapa bulan mengikuti kelas," kata Dora, menekankan bahwa bertahan yang dimaksud adalah tetap melanjutkan usahanya.
Sejauh ini, UMKM bidang kuliner masih mendominasi dalam pelatihan tersebut, diikuti dengan mereka yang bergerak sebagai peritel. Posisi berikutnya adalah pengusaha produk kriya.
"Sebenarnya enggak banyak berubah dari sebelumnya, hanya saja dulu fesyen yang di peringkat ketiga," sambung Dora.
Ia menyatakan peserta UMKM yang terlibat tidak dibatasi hanya pada produsen atau penjual produk lokal saja. Meski demikian, ia mengaku 70 persen produk mereka adalah produksi lokal, dengan mayoritas peserta adalah produsen.
Advertisement
Pengusaha Perempuan Menonjol
Dalam Google Impact Research 2021 juga ditemukan hal menarik lainnya, yakni soal ketangguhan para pengusaha perempuan. Satu dari tiga bisnis yang dijalankan perempuan disebut bisa bertahan selama pandemi. Kemudian, tujuh dari 10 pemilik UMKM yang berpartisipasi dalam pelatihan adalah perempuan.
"Dalam hal kemampuan bertahan, perempuan jauh lebih besar resiliensnya," imbuh Dora.
Terkait hal ini, Rensina, pemilik galeri tenun Alekot, menyebut hal itu tak terlepas dari keinginan membantu sekelilingnya. Ia mengaku para mitra, yang mayoritas ibu-ibu penenun, menjadi kekuatannya untuk bertahan.
"Kalau saya sendiri, yang ngerasain ini banyak. Jadi, saya berjualan atau berusaha dengan bagaimana kita sama-sama bisa hidup, enggak hanya profit," ujarnya.
Pendapat senada diungkapkan oleh Novia Paramitha yang memiliki usaha KAMI Handycraft. Sempat mengaku tak memiliki pemasukan sama sekali di awal pandemi, ia berusaha bertahan agar tetap bisa memberi pendapatan kepada para pekerjanya.
"Saya enggak mikir jauh-jauh, yang penting bisa bertahan," ucapnya.
Nasib Dunia Usaha Diterpa Corona
Advertisement