Aspal Sirkuit Mandalika Terbaik di Dunia, Kalahkan Sepang

Aspal yang digunakan untuk lintasan Sirkuit Mandalika menggunakan aspal terbaru Stone Mastic Asphalt (SMA).

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Agu 2021, 14:30 WIB
Foto aerial perkembangan pembangunan Sirkuit Jalan Raya Mandalika yang berada di dalam Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kamis (14/1/2021). Mandalika Grand Prix Association (MGPA) mengabarkan perkembangan pembangunan Sirkuit sudah mencapai 42,98 persen. (foto dok MGPA)

Liputan6.com, Jakarta - Aspal yang digunakan untuk lintasan Sirkuit Internasional Mandalika menggunakan aspal terbaru Stone Mastic Asphalt (SMA). Aspal di Sirkuit Mandalika ini merupakan yang terbaik di dunia bahkan mengalahkan sirkuit Sepang, Malaysia.

Direktur Konstruksi dan Pengembangan Mandalika Grand Prix Association (MGPA) Dwianto Eko Winaryo menjelaskan, tidak semua sirkuit di dunia menggunakan aspal jenis SMA. Karena produknya baru keluar di 2015.

"Yang sudah itu baru Silverstone, Dubai, dan Philip Iland. Sepang pun belum karena dibangun 2012 pada saat itu belum ada aspal seperti ini (Mandalika,red)," ujarnya dikutip dari Antara, Senin (16/8/2021).

Stone Mastic Asphalt merupakan bahan campuran aspal dan digunakan untuk melapisi permukaan atas aspal. Lapisan aspal ini diperuntukkan demi memperkuat struktur lapisan permukaan lintasan agar tetap kuat dengan prinsip kontak stone by stone untuk memperkuat struktur lapisan. 

"Ini type aspal yang memiliki daya penetrasi tinggi atau Penetration Grade (PG) 82. Dan PG 82 ini baru keluar 2014-2015, sehingga tidak semua sirkuit di dunia menggunakan aspal ini," ujarnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Keunggulan

Sirkuit Mandalika adalah sirkuit balap bertaraf internasional yang terletak di Mandalika di Desa Kuta, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Terdapat beberapa keunggulan memakai aspal Stone Mastic Asphalt ini. Salah satunya pebalap tidak mudah tergelincir saat kondisi hujan. Hal ini akan mengurangi risiko pengendara terjatuh saat melintas di trek basah.

Untuk mendukung penggunaan SMA ini, pihaknya mendatangkan batu Tau agregat kasar dari Palu, Sulawesi Tengah. Di mana batu Palu terkenal dengan kekerasannya.

"Tapi untuk aspal lapisan bawah kita menggunakan batu dari Lombok Utara dan Lombok Timur," ujarnya.

Untuk mendatangkan batu dari Palu, dilakukan secara bertahap, tahap pertama 4.000 ton dan tahap ketiga 3.000 ton, sehingga semuanya 7.000 ton.

Selain itu, pihaknya juga mendatangkan Additives Cellulose Fiber dari Jerman untuk bisa merekatkan batu dan aspal serta Limestone filler yang berasal dari Ponorogo dan Probolinggo, Jawa Timur.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya