BNI Catat Rasio Dana Murah Tertinggi dalam 10 Tahun Terakhir

Laba bersih BNI meningkat 12,8 persen secara YoY atau sebesar Rp 5,0 triliun pada semester I -2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Agu 2021, 14:39 WIB
BNI rilis laporan keuangan semester I 2021 (Dok: BNI)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia Tbk/BNI (BBNI) mencatat rasio dana murah atau current accound and saving account (CASA) mencapai 69,6 persen. Pencapain itu tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini sebesar Rp 450,1 triliun.

Dana murah tumbuh 11,5 persen year on year (YoY) dibandingkan periode sama tahun lalu. Hal ini tersebut juga menopang Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 4,5 persen YoY atau sebesar Rp 646,6 triliun. Pertumbuhan DPK ini menjadi penyangga pertumbuhan aset sebesar 5 persen YoY atau mencapai Rp 875,1 triliun.

Pertumbuhan aset yang didominasi oleh dana murah ini merupakan salah satu pencapaian transformasi digital yang gencar dilakukan perseroan dan telah mulai menunjukkan hasil. 70 persen dari CASA yang dihimpun merupakan kontribusi dari kinerja BNI Direct dan BNI mobile banking, dua dari tiga produk champion BNI dalam digitalisasi layanan perbankan.

BNI pun menghasilkan pre-provisioning operating profit (PPOP) yang terus tumbuh dalam lima kuartal terakhir. Pada semester I 2021 mencapai puncak dengan pertumbuhan 24,4 persen secara year on year (YoY) atau sebesar Rp 16,1 triliun.

PPOP yang solid tersebut ditopang oleh kuatnya pertumbuhan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 18,2 persen secara YoY atau mencapai Rp 19,3 triliun. Demikian mengutip dari keterangan tertulis, Senin (16/8/2021).

Ini merupakan dampak dari pertumbuhan kredit sebesar 4,5 persen secara YoY, sehingga total kredit BNI mencapai    Rp 569,7 triliun pada posisi Juni 2021. 

PPOP juga didukung oleh pertumbuhan Pendapatan Non Bunga sebesar 19,2 persen secara YoY atau Rp 6,8 triliun, yang dihasilkan dari Fee Based Income yang kuat, baik dari: (i) Pengelolaan Rekening dan Kartu Debit, (ii) ATM dan kanal layanan elektronik, (iii) Trade Finance, serta (iv) Marketable Securities.

Laba bersih meningkat 12,8 persen secara YoY atau sebesar Rp 5,0 triliun pada semester I -2021, menyusul pencadangan yang terus diperkuat menjadi 215,3 persen sebagai antisipasi dalam menghadapi potensi risiko kredit ke depan.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Penyaluran Kredit

(Foto:@BNI)

BNI mencatatkan penyaluran kredit yang sehat dengan didominasi oleh sektor-sektor usaha prospektif dengan risiko rendah, baik pada segmen Business Banking maupun Consumer Banking.

Kredit pada Segmen Business Banking mencapai Rp 475,6 triliun atau tumbuh 3,5 persen secara YoY. Pertumbuhan tertinggi berada pada segmen small business sebesar 20,6 persen YoY dengan baki debet mencapai Rp 91 triliun, diikuti Corporate Private sebesar 7,9 persen YoY dengan Baki Debet mencapai Rp 179,1 triliun.

Adapun kredit pada segmen Consumer Banking mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,4 persen secara YoY atau mencapai Rp 92,8 triliun.

Kredit Tanpa Agunan yang berbasis payroll mencatat pertumbuhan 19,6 persen secara YoY atau sebesar Rp 32,7 triliun, dan disusul oleh kredit pemilikan rumah yang tumbuh 6,3 persen YoY atau Rp 47,6 triliun. Pertumbuhan kredit consumer juga dapat mengindikasikan mulai bergairahnya konsumsi masyarakat yang menopang pertumbuhan PDB Nasional.

Sejalan dengan mandat pemegang saham kepada perseroan untuk fokus menjadi bank dengan kapabilitas internasional yang unggul, selama semester I  2021 juga tercermin dari kontribusi bisnis terkait pada pendapatan perseroan.

Fee Based Income yang bersumber dari surat berharga tercatat tumbuh 115,4 persen YoY atau mencapai Rp 1 triliun. Begitu juga dengan Fee Based Income yang bersumber dari layanan Trade Finance, tumbuh 20,4 persen YoY atau mencapai Rp 732 miliar.

 


Tranformasi Digital

(Foto:@BNI)

Transformasi digital yang dilakukan oleh Perseroan memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh sebagian besar bank yang kini tengah berusaha memasuki dunia perbankan digital. BNI mengkombinasikan dua dunia pada layanan perbankan yang saat ini ada, yaitu Konvensional Bank dan industri Financial Technology.

BNI sebagai bank konvensional kini memiliki akses ke public funding, memiliki nasabah loyal, telah mengembangkan produk dan jasa keuangan, setiap simpanan dijamin sesuai dengan aturan Lembaga Penjamin Simpanan  (LPS), dan memiliki ruang untuk terus menurunkan cost of fund, dimana pada Kuartal 2 – 2021 menjadi 1,6 persen.

Di sisi lain, BNI juga berkolaborasi dengan Fintech yang tangkas dalam beradaptasi terhadap perubahan baru, menguasai ekosistem berbasis online, mampu beroperasi dengan biaya yang efisien dan dapat diautomatisasi, serta sangat akrab dengan layanan yang diharapkan oleh kaum milenial.

Perpaduan tersebut menjadikan BNI sebagai pemimpin dalam layanan ekosistem perbankan terbuka atau API. Hingga Juni 2021 sudah membuahkan 283 jenis layanan, atau terbanyak dibandingkan bank – bank lain, dan digunakan oleh 3.000 klien, termasuk Perusahaan Fintech maupun E-commerce.

Selain BNI Open API, BNI juga mengembangkan Layanan Cash Management melalui BNI Direct, serta Financial Supply Chain Management yang sama – sama dapat digunakan untuk melayani nasabah perusahaan, bisnis, fintech dan e-commerce.

Layanan digital unggulan ini banyak disukai karena memberikan manfaat pengelolaan keuangan yang lengkap, mulai dari payment management; collection management; liquidity management; hingga penyajian informasi rekening, dan pelaporan.

Ragam manfaat ini mendorong pertumbuhan jumlah pengguna sebesar 16,4 persen year on year atau sebanyak 68.229 perusahaan pada Juni 2021, nilai transaksi yang meningkat 10,8 persen year on year atau senilai Rp 2.030 triliun, dan jumlah transaksi yang juga tumbuh 175,6 persen year on year menjadi sebanyak 214 juta transaksi.

Produk digital unggulan lainnya adalah BNI Mobile Banking yang tumbuh sangat pesat menjadi layanan pilihan utama nasabah ritel.

Indikasinya terlihat pada jumlah pengguna yang meningkat 56,8 persen YoY atau sebanyak 9,29 juta menyusul pandemi yang mendorong orang untuk membatasi aktivitasnya di luar rumah, work from home, serta bertransaksi secara online.

Demikian juga dengan nilai transaksi yang meningkat 31,8 persen YoY atau sebesar Rp 287 triliun. Begitu juga dengan jumlah transaksi yang meningkat 54,2 persen YoY atau sebanyak 204 juta transaksi.


Dorong UKM Mendunia

BNI rilis laporan keuangan semester I 2021 (Dok: BNI)

BNI mendapatkan amanat dari Kementerian BUMN untuk menjadi bank internasional asal  Indonesia yang dapat mendorong pelaku usaha dalam negeri mengakses pasar global  melalui penguatan peran kantor–kantor cabang luar negeri.

BNI juga menyiapkan sebuah  solusi terintegrasi bagi pelaku UMKM dengan membentuk Xpora, yang dapat dijadikan  sebagai sarana bagi UMKM untuk naik kelas tahap demi tahap mulai dari menjadi produktif (Go Productive),  lalu sanggup memanfaatkan fasilitas digital (Go Digital), hingga siap untuk menembus  pasar internasional (Go Global).

Dengan pola pembinaan yang lengkap tersebut, Xpora diharapkan akan menjadi solusi dari hambatan – hambatan (debottlenecking) yang selama ini dialami oleh UMKM, yang sedang merintis usaha atau yang sedang memperluas pasar ke luar negeri. Xpora juga disiapkan untuk memberikan solusi keuangan yang terintegrasi, lengkap, dan akan menjadi terobosan unik pertama di Indonesia. 

 Xpora akan menjadi Orkestrator Ekosistem UMKM yang akan mempertemukan UMKM di dalam negeri dengan calon buyer internasional.

BNI menyiapkan Xpora di tujuh kota dengan memaksimalkan lokasi – lokasi terbaik di kantor cabang BNI, yaitu di Jakarta, Solo, Bandung, Denpasar, Surabaya, Medan, dan  Makassar.

 

 


Sinyal Perbaikan

Paparan publik kinerja keuangan BNI pada Senin, 16 Agustus 2021 (Foto: Liputan6.com/Pipit Ika Ramadhani)

Perseroan menangkap sinyal optimisme kuat yang menumbuhkan kepercayaan  bisnis ke depan. Oleh karena itu, Perseroan telah mengagendakan program pembelian kembali saham (buyback) pada periode 22 Juli 2021-21 Oktober 2021, yang merefleksikan penguatan kondisi fundamental imbas program transformasi yang dijalankan. 

Fundamental bisnis Perseroan terefleksikan pada Pertama, Transformasi Digital yang Progresif dengan aplikasi mobile banking yang paling maju, open banking services yang kaya fitur dan paling diminati perusahaan.

Kedua, efisiensi yang sehat, ditunjukkan oleh berlanjutnya penurunan cost of fund hingga menjadi kedua terendah di industri serta disiplin pada pengelolaan biaya – biaya operating.

Ketiga, Kualitas Aset yang semakin membaik, ditunjukkan oleh konsistensi perbaikan LaR dari 28 persen pada Juni 2020 menjadi 25,8 persen  pada Juni 2021.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya