Hadapi Pandemi COVID-19, Kemenkes Siapkan 6 Pilar Transformasi Sistem Kesehatan

Menghadapi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, Kemenkes siapkan 6 pilar transformasi sistem kesehatan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 16 Agu 2021, 20:50 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memimpin rapat membahas program prioritas Kemenkes RI tahun 2022 di Kabupaten Badung, Rabu, 20 Mei 2021. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Dalam menghadapi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, Kementerian Kesehatan menyiapkan 6 pilar transformasi sistem kesehatan. Upaya tersebut demi mempersiapkan sistem kesehatan yang lebih baik di masa depan bila pandemi kembali terjadi.

Menurut Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, pandemi memberikan pengalaman yang berharga. Bahwa sistem kesehatan yang kita bangun membutuhkan transformasi.

"Oleh karena itu, kita akan melakukan transformasi di sistem kesehatan. Ada 6 pilar transformasi yang kita lakukan," terang Budi Gunadi saat konferensi pers Nota Keuangan dan RUU APBN 2022 pada Senin, 16 Agustus 2021.

Pertama, transformasi layanan primer. Layanan primer fokus menciptakan orang sehat, bukan menyembuhkan orang sakit. Dalam hal ini, memperkuat promotif dan preventif.

Kedua, transformasi pada layanan sekunder, yang mana semua rumah sakit dan fasilitas kesehatan bisa memberikan layanan terbaik dan terstandar di seluruh pelosok Nusantara. Sasaran pun bagi semua warga Indonesia, baik kaya, miskin maupun di kota besar atau kota kecil.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua


Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan

Seorang paramedis terduduk di salah satu kursi di RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/6/2021). Tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) RSUD Kota Bogor saat ini mencapai 73 persen. (merdeka.com/Arie Basuki)

Ketiga, transformasi pada sistem kesehatan. Yakni sistem ketahanan kesehatan untuk memastikan bila pandemi terjadi, sistem rantai dingin (cold chain) terpenuhi.

"Kita juga ingin memastikan sumber daya kesehatan, ada yang sifatnya fix dan variabel. Sama seperti tenaga cadangan. Kita mempersiapkan tenaga cadangan kesehatan, kalau perang terhadap virus ini masih terjadi kembali di masa yang akan datang," jelas Budi Gunadi Sadikin.

Keempat, sistem pembiayaan kesehatan. Artinya, biaya kesehatan yang dikeluarkan negara itu efektif dan efisien digunakan.

"Untuk sektor kesehatan Rp 490 triliun. Nah, bagaimana uang yang dikeluarkan pemerintah daerah melalui BPJS Kesehatan, asuransi, dan individu itu benar-benar secara efektif bisa menuju pembangunan sistem kesehatan paling baik dan efisien," lanjut Menkes Budi.


Transformasi Sumber Daya Kesehatan

Paramedis merawat pasien COVID-19 di Ruang ICU RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/6/2021). Tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) RSUD Kota Bogor saat ini mencapai 73 persen. (merdeka.com/Arie Basuki)

Kelima, transformasi sumber daya kesehatan. Seluruh tenaga kesehatan, baik dokter, perawat dan tenaga pendukung lain jumlahnya cukup. Kualitasnya pun memadai.

"Dan juga mereka terdistribusi secara merata untuk melayani semua rakyat kita dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas ke Rote," jelas Budi Gunadi Sadikin.

Keenam, transformasi teknologi kesehatan, baik teknologi informasi maupun bioteknologi. Diharapkan ke depannya menjadi batu lompatan sebagai investment.

"Ya, batu lompatan terhadap bagaimana ketersediaan obat-obatan, alat kesehatan, alat medis, dan layanan kesehatan untuk memberikan yang terbaik bagi rakyat kita," ucap Menkes Budi Gunadi.


Infografis Cek Fakta: Waspada Terpapar Hoaks Vaksin Covid-19

Infografis Cek Fakta: Waspada Terpapar Hoaks Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya