Harga Minyak Tertekan Usai Rilis Data Penjualan Ritel China yang Melambat

Harga minyak sempat turun lebih dari 3 persen di awal sesi setelah data menunjukkan output pabrik China dan pertumbuhan penjualan ritel melambat tajam.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 17 Agu 2021, 09:00 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia mengalami tekanan pada perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Hal ini terjadi karena organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) dan sekutunya percaya pasar tidak membutuhkan lebih banyak pasokan minyak.

Mengutip CNBC, Selasa (17/8/2021), harga minyak mentah Brent turun USD 1,08 atau 1,5 persen pada USD 69,51 per barel setelah sebelumnya jatuh ke USD 68,14 per barel.

Sedangkan harga minyak AS turun USD 1,15 atau 1,7 persen menjadi USD 67,29 per barel setelah mencapai posisi terendah USD 65,73 per barel.

Harga minyak sempat turun lebih dari 3 persen di awal sesi setelah data menunjukkan output pabrik China dan pertumbuhan penjualan ritel melambat tajam pada Juli, meleset dari ekspektasi. Hal ini terjadi karena banjir dan wabah baru Covid-19 mengganggu aktivitas bisnis.

Pemrosesan minyak mentah di China yang merupakan importir minyak terbesar dunia pada bulan lalu juga turun ke level terendah sejak Mei 2020 karena penyulingan memangkas produksi untuk menghadapi kuota yang lebih ketat.

Namun, harga minyak sedikit rebound setelah sumber dari OPEC mengatakan tidak perlu melepaskan lebih banyak minyak meskipun ada tekanan AS untuk menambah pasokan guna mengendalikan kenaikan harga minyak.

OPEC dan sekutunya setuju pada Juli untuk meningkatkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari mulai Agustus hingga pengurangan produksi minyak saat ini sebesar 5,8 juta barel per hari sepenuhnya dihapus.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pertamina Kapalkan 350 Ribu Barel Minyak dari Blok Rokan

Proses alih kelola Wilayah Kerja (WK) Rokan di Provinsi Riau dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) telah mencapai 99,5 persen.

Sebelumnya, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) melakukan pengapalan perdana minyak mentah sebanyak 350 ribu barel untuk diolah di kilang milik BUMN tersebut, dari Dermaga Dumai, Riau, yang merupakan terminal utama untuk lifting minyak mentah di Wilayah Kerja (WK) Rokan.

Direktur Utama PHR Jaffee Arizon Suardin menjelaskan pengapalan minyak mentah dilakukan dua kapal secara bersamaan pada Sabtu (14/8/2021) lalu.

Pengapalan pertama berupa Sumatran Light Crude dengan volume mencapai 199.777 barel, menggunakan kapal tanker MT Bull Damai 1 dengan tujuan kilang Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap.

Sedangkan pengapalan kedua berupa Duri Crude, dengan volume 150.386 barel menggunakan kapal tanker MT Amarin Indah, dengan tujuan kilang Pertamina RU VI Balongan.

Ia mengatakan pengapalan perdana minyak mentah ini menunjukkan bahwa alih kelola WK Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PHR pada 9 Agustus lalu telah berjalan dengan lancar.

"Pengapalan untuk penggunaan domestik ini juga merupakan wujud dukungan terhadap pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri," ujar Jaffee.

Sumatran Light Crude (SLC) adalah minyak mentah yang diproduksi dari lapangan-lapangan seperti Minas, Bangko, Bekasap, dan Kotabatak. SLC memiliki karakteristik minyak ringan dengan kadar belerang rendah.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya