Anosmia atau Hilangnya Daya Penciuman Pasien COVID-19 dan Cara Penyembuhannya

Anosmia adalah kondisi pasien COVID-19 kehilangan daya penciuman, dan berikut cara penyembuhannya

oleh Mina Megawati diperbarui 19 Agu 2021, 08:00 WIB
Anosmia atau kehilangan indra penciuman menjadi salah satu gejala Covid-19. Simak cara mengatasinya di sini. (FOTO: Unsplash.com/Elly Johnson).

Liputan6.com, Jakarta - Anosmia atau kehilangan daya penciuman merupakan salah satu gejala yang hinggap pada pasien COVID-19.

Namun, perlu diketahui juga bahwa anosmia tidak melulu berkaitan dengan COVID-19 yang disebabkan Virus Corona.

Anosmia pada pasien COVID-19 biasanya terjadi tanpa disertai dengan sumbatan. Selain itu, hilangnya daya penciuman juga dapat disebabkan flu, cidera kepala, rinosinusistis, rhinitis, alergi, serta gangguan lain yang berhubungan dengan saraf penciuman, tapi tidak separah pada kondisi ketika terpapar virus Corona

Pusat Pengendalian Penyakit di Amerika Serikat (CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai memasukan anosmia sebagai salah satu gejala COVID-19 pada April 2020. CDC bahkan menyebut anosmia sebagai the key marker.

Perlu digarisbawahi bahwa anosmia bukan diagnosis yang memastikan seseorang pasti terpapar virus Corona atau SARS-CoV-2. Guna memastikannya harus ditegakkan melalui tes usap atau swab test PCR.

Anosmia pada pasien COVID-19 dapat timbul karena rusaknya sel-sel penyangga saraf penciuman, serta sel-sel saraf itu sendiri.

Seiring dengan sembuhnya pasien dari paparan virus Corona, indera penciuman juga akan berangsur membaik dalam kurun 10 sampai 14 hari. Ini pun sangat terkait dengan respons tubuh masing-masing pasien.

Beberapa ciri-ciri anosmia pada pasien COVID-19:

1. Gejala lebih khas dibanding batuk, demam, nyeri kepala, dan diare.

2. Waktu penyembuhan antara tujuh hingga delapan hari. Namun, pada kondisi Persisten Anosmia, diperkirakan sembuh dalam 30 hari (durasi lebih lama pada penderita usia dewasa 20 hingga 39).

3. Regresi Epitel Olkaftorius berkisar antara enam hingga delapan minggu.

 


Masalah yang Ditimbulkan Akibat Anosmia Berkepanjangan

Masalah yang mungkin ditimbulkan akibat persisten anosmia.

Persisten Anosmia (Anosmia yang lebih lama > satu bulan) seringkali menimbulkan ketakutan bagi penderitanya. Hal ini disebabkan karena beberapa hal:

1. Kesulitan saat memasak atau mencicipi makanan (terutama pada kondisi yang disertai hilangnya gangguan pengecapan).

2. Menurunnya nafsu makan. Ini bisa menyebabkan gangguan gizi.

3. Masalah psikologis dan emosi.

Sebab, tidak bisa melakukan kegiatan, profesi, dan fungsi sosial seperti sebelumnya. Seperti mereka yang berkerja di bagian makan dan minuman, pramugari yang harus peka dengan kondisi penumpang dan area kabin pesawat, peracik parfum, barista, dan lainnya yang terkait langsung dengan indera penciuman dan pengecap.

4. Merasa tidak aman dan kesepian. Sebab, penciuman berperan dalam perlindungan diri dari bahasa asap atau api, gas atau bahan kimia berbahaya lainnya.

 


Cara Memulihkan dari Anosmia

1. Penyembuhan COVID-19

Serangan virus Corona melumpuhkan dan melemahkan saraf-saraf dalam tubuh. Saat virus teratasi, anosmia juga berangsur pulih.

2. Latihan Fungsi Penciuman (Olfactory Functional Training)

Bisa menggunakan bahan alami seperti lemon (citronellal), cengkeh (eugenol), mawar (phenyl ethyl alcohol), dan Eucalyptus (eucalyptol).

Langkah-langkahnya:

- Hirup masing-masing selama 20 detik

- Bayangkan bentuk objek tersebut atau kaitkan dengan memori

- Beri nilai satu sampai 10

- Lakukan selama 12 hingga 56 minggu

- Dapat dilakukan dengan mengganti jenis odoran

- Dapat menggunakan minyak esensial atau sumber odoran (pewangi) asli

Latihan ini sangat dianjurkan pada gangguan penciuman yang persisten. Tidak memiliki efek samping, mudah dilakukan dan efektif. Namun, pasien harus konsisten dan menyediakan waktu.

3. Pemberian INCS (Intra Nasal Corticosteroid)

INCS telah lama digunakan sebagai terapi gangguan penciuman terkait dengan hidung dan sinus paranasal. Ini dapat meningkatkan fungsi penciuman dengan menghambat inflamasi di celah olfactory.

Pemberian INCS tidak memberikan perbedaan efek terapi yang signifikan dibandingkan dengan latihan penciuman saja. INCS terutama diberikan bila masih terdapat gejala pada hidung seperti hidung tersumbat, bersin, maupun pilek.

4. Cuci Hidung

Cuci hidung adalah suatu metode yang sederhana dan murah dengan cara membilas rongga hidung menggunakan larutan garam.

Larutan garam yang digunakan umumnya larutan isotonis seperti NaCl0 9 persen.

Cuci hidung dapat memerbaiki fungsi pelindung mukosa dengan meningkatkan kemampuan mukosa hidung untuk melawan efek agen infeksius, mediator inflamasi, dan iritan.

Tidak ada risiko yang ditimbulkan dari cuci hidung. Belum ada penelitian yang menyebutkan cuci hidung memperburuk kondisi infeksi saluran nafas bawah.

Namun, beberapa jenis senyawa (zinc gluconate and sinus surfactant) bila digunakan dalam larutan pencuci hidung terbukti dapat memperburuk anosmia.


Contoh Kasus

Contoh Perbedaan Kondisi dari Dua Sample Penderita COVID-19

Contoh Pasien 1

Gino Andrias, 40 tahun berprofesi sebagai pegawai swasta. Berawal dari hilangnya kemampuan penghidu mendorong Gino untuk melakukan swab test. Dia dinyatakan positif COVID-19 pada tanggal 8 Agustus 2021 lalu.

Saat ini dia sedang menjalani isolasi mandiri. Kondisi indra pengecapnya dalam kondisi baik, dia masih bisa merasakan berbagai jenis rasa makanan. Setiap hari Gino aktif melatih indra penciumannya dengan menghirup aroma kopi, minyak kayu putih.

Contoh Pasien 2

Ibu Putu, seorang tenaga kesehatan berusia sekitar empat puluhan. Hasil swab test menyatakan dirinya positif COVID-19 pada awal Juli 2021. Berawal dari hilangnya kemampuan indra pengecap yang kemudian mendorongnnya melakukan swab test.

Anosmia baru dialaminya sekitar tiga atau empat hari setelah dinyatakan positif. Selama masa isoman, Ibu Putu kerap melatih indra penciumannya dengan menggunakan minyak kayu putih, minyak peppermint, rebusan rempah yang terdiri dari sereh, jahe, kunyit (yang beraroma kuat).

Ini dilakukannya untuk merangsang indra penciuman sekaligus pengecapnya. Kondisi indra penghidunya berangsur membaik dua minggu setelah dinyatakan positif. Namun, indra pengecap masih belum pulih seutuhnya. Meskipun sudah hamper dua minggu berlalu sejak dinyatakan negatif melalui swab test pada akhir Juli 2021.

Dari dua contoh tersebut membuktikan bahwa kondisi Anosmia tiap pasien COVID-19 berbeda-beda. Tergantung pada seberapa berat dampak virus menyerang sel saraf mereka.

Melaksanakan Hygiene THT (Tangan, Hidung, Tidur) sebagai upaya promotif menjaga kesehatan diri dan meningkatkan sistem imun serta sebagai upaya preventif mencegah infeksi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya