Liputan6.com, Jakarta - Seorang turis berstatus mahasiswa berusia 22 tahun dari Inggris mengaku terjebak di Kabul setelah terbang ke Afghanistan, kini ia telah berada di Dubai, Uni Emirat Arab. Miles Routledge, mahasiswa fisika di Universitas Loughborough, dilaporkan terbang ke Afghanistan pada Jumat 13 Agustus 2021 dari Turki dengan penerbangan dijadwalkan keluar dari Kabul pada 19 Agustus 2021.
Dalam unggahan terbaru di akun Facebooknya, Selasa, 17 Agustus 2021, Routledge mengungkapkan bahwa ia sudah berada di Dubai, Uni Emirat Arab. Dalam video itu, ia tampak bersama berada di dalam kerumunan dalam pesawat.
Advertisement
"Akhir yang bahagia: mendarat di Dubai berkat orang-orang brilian di tentara Inggris. Semua aman!" tulisnya sebagai keterangan video.
Melansir laman euronews, Selasa, 17 Agustus 2021, dia awalnya memesan perjalanan pada Mei 2021, meskipun ada saran dari Kantor Luar Negeri Inggris yang memperingatkan agar tidak bepergian ke negara itu. Bulan ini Routledge mengetahui bahwa dia tidak dapat mengembalikan uang perjalanannya, jadi memutuskan untuk melakukan penerbangan sesuai rencana, percaya bahwa dia akan dapat pergi sebelum Taliban merebut Kabul.
Namun, serangan Taliban yang sedang berlangsung telah bergerak lebih cepat dari yang diperkirakan, dengan Kabul jatuh ke tangan kelompok pemberontak kemarin, 15 Agustus 2021. Routledge mendapati dirinya tidak dapat terbang ke luar kota.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bermain-main di Afghanistan
Kata dia, tak ada orang yang meyakinkannya untuk tidak terbaik ke Kabul, tapi ia percaya risiko. Bagi dia terbang ke sana merupakan pertaruhan dan menyadari pilihannya tersebut salah.
Mengapa Miles Routledge pergi ke Afghanistan? “Saya agak berpikir, negara mana yang paling menyenangkan yang bisa saya kunjungi yang tidak membosankan, seperti di dalamnya, ada beberapa kegembiraan di sana dan itu berbeda,” katanya. “Saya tidak ingin pergi ke London atau bahkan Spanyol."
“Saya mencari di Google sepuluh negara paling berbahaya di dunia, dan kemudian saya menggunakannya sebagai daftar belanja. Di atas adalah Afghanistan. Saya mengirim pesan kepada beberapa orang, menonton beberapa video YouTube dan berpikir 'ini baik-baik saja!' Saya pikir karena Inggris dan AS masih ada (di sana), itu pasti cukup aman. Saya pikir‘ bermain-main di Afghanistan ... kedengarannya bagus!” ungkapnya.
Advertisement
Wisatawan Bencana
Sebelumnya, Miles Routledge diyakini berada di rumah persembunyian PBB di Kabul bersama 50 warga asing lainnya. Dia mengatakan kompleks itu dikelola oleh tentara Turki dan Inggris.
Pria berusia 22 tahun itu sempat mengatakan bahwa dia berdoa kira-kira setiap 20 menit dan terus memakai salib. Rupanya, Routledge telah menghubungi kedutaan Inggris dan pejabat pemerintah untuk meminta bantuan, tetapi belum berhasil menghubungi siapa pun. Kantor Luar Negeri Inggris belum menanggapi pertanyaan kami tentang hal ini.
Universitasnya juga memberikan dukungan. Dalam sebuah pernyataan kepada Euronews Travel, juru bicara dari Universitas Loughborough mengatakan, “Kami mengetahui laporan bahwa salah satu mahasiswa kami saat ini berada di Afghanistan. Kami berhubungan dengan mahasswa dan telah menawarkan dukungan kami dan terus memantau situasi dengan cermat."
Ini bukan pertama kalinya Routledge melakukan perjalanan ke suatu tempat yang berbahaya. Dia sebelumnya mengunjungi Chernobyl pada 2019, membual secara online bahwa dia menyuap seorang penjaga keamanan untuk membiarkannya menyimpan masker gas yang telah dia curi.
Dia mengklaim bahwa dia kemudian menjual barang itu secara online lebih besar dari biaya perjalanannya. Meskipun perjalanan pria berusia 22 tahun itu menarik perhatian banyak orang di internet, dia juga mendapat banyak kritik, dengan beberapa mencapnya sebagai 'wisatawan bencana'.
Infografis Taliban Rebut Kabul, Afghanistan Genting
Advertisement