Liputan6.com, Jakarta - Twitter dan Facebook tampaknya punya langkah berbeda dalam menyikapi kembalinya Taliban ke pemerintahan Afghanistan.
Dalam sebuah pernyataan yang diperoleh Mediaite, Twitter tidak secara tegas menjawab apakah mereka akan melarang perwakilan Taliban untuk menggunakan media sosial itu.
Baca Juga
Advertisement
Media sosial berlogo burung biru itu hanya menyebut bahwa mereka akan "terus secara proaktif menegakkan" aturan yang melarang "menjunjung kekerasan, manipulasi platform, dan spam."
"Prioritas utama Twitter adalah menjaga orang tetap aman, dan kami tetap waspada," kata mereka seperti dikutip dari New York Post, Rabu (18/8/2021).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Juru Bicara Taliban Gunakan Twitter
Dua juru bicara Taliban sendiri diketahui memiliki akun Twitter yang tidak terverifikasi.
Yang pertama adalah Zabihullah Mujahid, yang telah memiliki lebih dari 310 ribu pengikut. Dalam cuitan terbarunya Selasa sore, ia mengumumkan konferensi pers para pimpinan Taliban.
Sementara, juru bicara lainnya, Qari Yousaf Ahmadi, memiliki lebih dari 63 ribu pengikut.
Di sisi lain, Facebook menegaskan bahwa mereka akan melarang semua akun yang memuji, mendukung, atau mewakili Taliban di semua platform-nya, termasuk Instagram.
"Kami telah melarang mereka dari layanan kami di bawah kebijakan organisasi berbahaya kami," kata Juru Bicara Facebook.
Advertisement
Facebook Tegas Larang Konten Taliban
WhatsApp pun akan mengambil tindakan jika kelompok atau individu yang disanksi ada di aplikasi pesan tersebut, meski mereka mengaku "tidak memiliki akses ke konten obrolan pribadi orang-orang."
Facebook mengatakan bahwa tim ahli Afghanistan "yang merupakan penutur asli Dari dan Pashto serta memiliki pengetahuan tentang konteks lokal" sedang memantau perkembangan.
"Facebook tidak membuat keputusan tentang pemerintah yang diakui di negara tertentu, tetapi menghormati otoritas komunitas internasional dalam membuat keputusan ini," kata mereka.
"Terlepas dari siapa yang memegang kekuasaan, kami akan mengambil tindakan yang sesuai terhadap akun dan konten yang melanggar aturan kami," tambahnya seperti mengutip Sky News.
Youtube juga mengatakan bahwa mereka akan "mengakhiri" akun apa pun yang diyakini dioperasikan oleh Taliban. Sementara TikTok menyebut akan menghapus konten yang mendukung atau memuji organisasi itu.
(Dio/Isk)
Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan
Advertisement