Liputan6.com, Jakarta - CEO Krispy Kreme, Michael Tattersfield optimistis dalam menjalankan strategi pertumbuhan perseroan. Akan tetapi, perseroan menekankan disiplin sepanjang waktu.
Dilansir dari CNBC, Rabu (18/8/2021), pernyataan itu menyusul laporan keuangan perusahaan pada kuartal kedua tahun ini. Pendapatan per saham turun 13 sen dari perkiraan analis sebesar 1 sen.
Advertisement
Sementara pendapatan tercatat USD 349 juta atau sekitar Rp 5,0 triliun (kurs Rp 14,394 per USD), melampaui perkiraan analis USD 333 juta, menurut Refinitiv. Saham Krispy Kremenaik sekitar 2,5 persen dalam perdagangan yang diperpanjang.
Pendapatan kuartalan itu naik 42,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020, yang masih dalam masa awal pandemi.Krispy Kreme juga menerbitkan panduan pada 2021, dan menyebutkan upaya mengantisipasi pertumbuhan pendapatan organik 10 persen-12 persen.
"Ada banyak cara untuk tumbuh. Kami hanya berada di 30 negara. Model kami, dari toko teater itu dan titik akses dan memastikan Anda bisa mendapatkan donat segar," kata Tattersfield.
“Kami telah membuktikannya di multi-benua, dan sekarang ini benar-benar disiplin itu menghasilkan pertumbuhan tidak hanya di AS, tetapi juga negara baru lainnya," ia menambahkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Krispy Kreme Kembali ke Bursa Saham
Krispy Kreme kembali ke bursa saham pada 1 Juli, setelah diambil alih oleh JAB Holding pada 2016. Selama perusahaan pertama kali diperdagangkan secara publik, ada beberapa kekhawatiran di awal 2000-an bahwa ia memperluas jejak tokonya terlalu cepat.
Tattersfield mengatakan, Krispy Kreme berfokus untuk melanjutkan evolusinya menjadi model penjualan multi-channel yang tidak terlalu bergantung pada jejak toko mandiri yang melimpah dan hanya mengirimkan donat yang baru dibuat ke berbagai jenis gerai.
Advertisement