Hidup Lama dengan COVID-19, Kemenkes Fokus di 2 Strategi pada 2022

Perkiraan hidup lama dengan COVID-19, Kemenkes akan lebih banyak fokus di 2 strategi dalam upaya pengendalian tahun 2022.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 18 Agu 2021, 20:00 WIB
Petugas PPSU Kelurahan Bukit Duri menyelesaikan mural bertema Covid-19 di Jakarta, Selasa (11/8/2020). Mural tersebut untuk mengingatkan warga agar selalu waspada dengan Covid-19 dan mencegahnya dengan 3M (Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta COVID-19 diperkirakan hidup lama, Kementerian Kesehatan akan bergerak lebih banyak fokus pada dua strategi dalam upaya pengendalian tahun 2022. Fokus tersebut khususnya di sektor hulu, yakni bagaimana upaya kita bisa hidup berdampingan dengan COVID-19.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, dua strategi yang dimaksud adalah perubahan perilaku dan deteksi. Upaya deteksi mencakup pemeriksaan dan pelacakan kontak.

"Di tahun 2022 nanti, fokus kami akan lebih banyak ke strategi yang di hulu. Bagaimana kita menerapkan protokol kesehatan dibantu dengan teknologi informasi. Ini untuk memastikan bahwa aspek kesehatan dan ekonomi bisa berjalan bareng," ungkap Budi Gunadi saat konferensi pers Nota Keuangan dan RUU APBN 2022, ditulis Rabu (18/8/2021).

"Lalu bagaimana kehidupan kita sehari-hari di sisi ekonomi bisa sama normalnya dengan kehidupan kita sehari-hari di sisi kesehatan, tanpa takut yang satu akan menimpa yang lain."

Strategi deteksi akan terus digencarkan. Ketika testing ada yang terkonfirmasi COVID-19, petugas kesehatan akan cepat melacak dan mengisolasi.

"Itu akan menjadi bagian kita sehari-hari di tahun depan. Kami sejak sekarang juga sudah melakukan fokus aktivitas atau programnya lebih banyak ke sisi hulu. Hal ini supaya menjadi bagian normal dari kehidupan kita sehari-hari," terang Budi Gunadi.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua


Kendalikan Pandemi dengan Tekan Laju Penularan

Mahasiswa melukis mural bertemakan sosialisasi pencegahan Covid-19 di kolong jalan tol dalam kota, Kebun Nanas, Jakarta, Jumat (4/12/2020). Kegiatan membuat mural ini dalam rangka mengkampanyekan pola hidup sehat 3m. (merdeka.com/Arie Basuki)

Indonesia dan dunia bertarung melawan pandemi COVIDd-19 selama 18 bulan, target mengatasi pandemi pun bagaimana mengurangi laju penularan agar jumlah orang yang tertular tidak melebihi sistem kesehatan.

Apalagi, menurut Budi Gunadi Sadikin, pandemi COVID-29 tidak akan hilang dengan cepat. Berubah menjadi endemi, bahkan bisa 5 tahun, 10 tahun atau lebih lama dari itu.

"Jadi, fokus kita tidak langsung menghapus (menghilangkan) pandemi, tapi bagaimana kita bisa mengendalikan pandemi dengan memastikan bahwa laju penularannya selalu dibawa kapasitas dari layanan kesehatan kita.

"Strategi menangani pandemi, yakni pertama kita harus melakukan perubahan perilaku atau protokol kesehatan, sering juga disebut 3M. Kedua, kita harus melakukan deteksi dengan baik, yaitu testing, lacak dan isolasi."

Strategi ketiga adalah vaksinasi, yang bertujuan mengurangi laju penularan. Ketiga strategi ini yang diarahkan kepada orang sehat.

"Diharapkan kita pakai masker, menjaga jarak. Ini akan sangat mengurangi laju penularan. Kalau memakai masker bisa mengurangi laju penularan sampai 95 persen lebih," lanjut Menkes Budi.


Lacak Kontak COVID-19

Tenaga kesehatan melakukan kegiatan tes swab massal di Puskesmas Ciganjur, Jakarta, Kamis (7/1/2020). Lonjakan kasus virus corona berpotensi terjadinya krisis tenaga kesehatan (nakes) karena banyak yang tertular dan gugur saat menangani pasien Covid-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Untuk strategi deteksi, Budi Gunadi Sadikin melanjutkan, agar kita bisa isolasi sehingga bisa mengurangi laju penularan. Pelacakan kontak minimal 15 target untuk setiap orang kasus konfirmasi COVID-19.

Dalam hal vaksinasi, Indonesia sudah berhasil memeroleh akses dan kontrak untuk memenuhi kebutuhan 208 juta rakyat Indonesia. Kedatangan vaksin COVID-19 bertahap, bahkan bulan Agustus sekitar 70 juta dosis yang datang.

"September rencananya bisa 80 juta dosis yang datang, sehingga kita tahu bahwa kegiatan vaksinasi akan jauh lebih tinggi lebih berat di bulan-bulan ini dibandingkan dengan 7 bulan yang pertama ya," pungkas Menkes Budi.

"Strategi perubahan perilaku, deteksi, dan vaksinasi akan terus berjalan sampai pandemi ini berubah menjadi endemi. Jadi, mohon jangan mengendorkan protokol kesehatan. Ini tetap dibutuhkan walaupun kasus sudah menurun."

Selain ketiga strategi di atas, Kemenkes juga menyiapkan rumah sakit. Untuk persiapan ini merupakan strategi di hilir.

"Ketika sudah sampai pada rumah sakit, ini menunjukkan bahwa strategi perubahan perilaku, deteksi, dan vaksinasi kurang disiplin. Karena kan kita masih siapkan obat-obatannya, tenaga kesehatan. Ini adalah strategi terakhir yang tentukan, apakah pasiennya bisa selamat atau tidak," pungkas Budi Gunadi.


Infografis Jangan Jenuh 6M Meski Sudah Vaksinasi

Infografis Jangan Jenuh 6M Meski Sudah Vaksinasi (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya