4 Janji Taliban untuk Kaum Perempuan Setelah Berhasil Kuasai Afghanistan

Janji-janji Taliban untuk perempuan dalam menguasai Afghanistan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 18 Agu 2021, 16:06 WIB
Pejuang Taliban berpatroli di sepanjang jalan di Kabul (17/8/2021). Taliban bergerak untuk segera memulai kembali ibu kota Afghanistan setelah pengambilalihan Kabul n dan menyuruh staf pemerintah untuk kembali bekerja. (AFP/Wakil Kohsar)

Liputan6.com, Kabul - Dalam konferensi pers pertama Taliban sejak mengambil alih Afghanistan pada Minggu (15/8), seorang juru bicara mengatakan perempuan akan bebas bekerja tetapi memberikan sedikit detail tentang aturan dan batasan lainnya.

Zabihullah Mujahid mengulangi bahwa semua warga Afghanistan harus hidup "dalam kerangka Islam".

Melansir BBC, Rabu (18/8/2021), kelompok hak asasi khawatir bahwa kebebasan perempuan bisa terkikis di bawah Taliban.

Kelompok militan Taliban memperkenalkan atau mendukung hukuman sesuai dengan interpretasi ketat mereka terhadap sistem hukum Islam, hukum Syariah, ketika mereka menguasai Afghanistan antara tahun 1996 dan 2001.

Ketika itu, wanita harus mengenakan burqa yang menutupi semua, dan Taliban juga tidak menyetujui anak perempuan berusia 10 tahun ke atas pergi ke sekolah. 

Namun, dalam pengambilalihan kekuasaannya kali ini, Taliban memberikan pendekatan yang berbeda.

Berikut adalah sejumlah janji yang diberikan untuk warga Afghanistan, terutama kaum perempuan:

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


1. Perempuan Boleh Belajar dan Bekerja

Foto perempuan Afghanistan, Jahantab Ahmadi yang tengah ikut ujian kedokteran viral di dunia maya dan menarik perhatian media asing (Yahya Erfan/AFP PHOTO via Merdeka.com)

Dalam jumpa pers hari Selasa, Mujahid mengajukan beberapa pertanyaan dari media internasional tentang seperti apa hak-hak perempuan di bawah pemerintahan Taliban.

"Kami akan mengizinkan perempuan untuk bekerja dan belajar dalam kerangka kerja kami," katanya. 

"Perempuan akan sangat aktif dalam masyarakat kita."

Namun dia tidak menjelaskan lebih lanjut ketika ditanya tentang aturan berpakaian dan peran apa yang dapat dimiliki wanita dalam angkatan kerja negara itu. 


2. Perempuan Boleh Bergabung dalam Pemerintahan

Seniman Afghanistan menggambar mural pada pagar Kementerian Urusan Perempuan saat memperingati Hari Perempuan Internasional di Kabul, Jumat (8/3). (AP Photo/Rahmat Gul)

Taliban mengumumkan amnesti umum di seluruh Afghanistan dan mengatakan ingin perempuan bergabung dengan pemerintahnya.

Analis mengatakan kelompok itu menjalankan kampanye dengan cara yang canggih dalam upaya untuk memenangkan hati dan pikiran warga Afghanistan dan masyarakat internasional.

Pesan dari penguasa baru telah diterima dengan perasaan campur aduk di Afghanistan. 

"Saya tidak percaya apa yang mereka katakan," kata seorang wanita di Kabul yang menyaksikan Mujahid berbicara di televisi kepada BBC.

"Itu tipu muslihat dan kami dibujuk keluar untuk dihukum. Saya menolak untuk belajar atau bekerja di bawah hukum mereka," kata yang lain.


3. Burqa Tak Lagi Diwajibkan

Sejumlah perempuan yang mengenakan niqab menyimak sidang Parlemen Denmark di Kopenhagen, Denmark (31/5). Keputusan pelarangan tersebut disahkan dalam voting di parlemen pada Kamis 31 Mei 2018. (Mads Claus Rasmussen / Ritzau Scanpix / AFP)

Taliban memberikan indikasi pertama sejak kembali berkuasa bahwa mereka tidak akan mewajibkan burqa bagi wanita seperti yang mereka lakukan ketika mereka terakhir memerintah Afghanistan.

Kala itu, di bawah aturan garis keras militan 1996-2001, sekolah-sekolah perempuan ditutup, perempuan dilarang bepergian dan bekerja, dan perempuan dipaksa mengenakan burqa yang menutupi semua di depan umum.

"Burqa bukan satu-satunya jilbab (jilbab) yang (dapat) diamati, ada berbagai jenis jilbab tidak terbatas pada burqa," Suhail Shaheen, juru bicara kantor politik kelompok itu di Doha, mengatakan kepada Sky News Inggris.

Burqa adalah pakaian yang menutupi seluruh kepala dan tubuh, dan hanya memiliki celah untuk bagian mata. Namun, Shaheen tidak merinci jenis jilbab lain yang dianggap dapat diterima oleh Taliban.


4. Jamin Hak Perempuan Terpenuhi

Perempuan Afghanistan, Sitara Wafadar yang menyamar sebagai laki-laki saat bekerja di pabrik batu bata di Provinsi Nangarhar, 11 Maret 2018. Kadang-kadang ia menutupi rambutnya dengan syal demi menyembunyikan jenis kelamin aslinya (NOORULLAH SHIRZADA/AFP)

Juru bicara Taliban lainnya membahas masalah yang sama, yakni hak perempuan.

"Isu perempuan adalah isu yang sangat penting. Imarah Islam [Afghanistan] percaya bahwa kami memiliki hak bagi perempuan dalam Islam," kata juru bicara itu. 

"Perempuan kami adalah Muslim, mereka menerima aturan Islam. Jika mereka terus hidup sesuai dengan Syariah, kami akan bahagia, mereka akan bahagia," tambah juru bicara itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya