Liputan6.com, Kabul - Taliban kembali menguasai ibu kota Afghanistan, Kabul pada Minggu 15 Agustus 2021. Kelompok militan itu juga menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan setelah ditinggal pergi Presiden Ashraf Ghani.
Sang presiden kabur dan diduga berlindung di Tajikistan, negara pecahan Uni Soviet yang berbatasan dengan Afghanistan.
Advertisement
Presiden Ashraf mengakui kemenangan Taliban. Juru bicara Taliban pun klaim perang telah berakhir dan siap berdialog.
Namun, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak semua pihak menahan diri.
Sebelum kembali menguasai Afghanistan, sejumlah aksi brutal pernah dilakukan Taliban. Mulai dari penghancuran situs hingga pembunuhan. Dikutip dari berbagai sumber, berikut selengkapnya:
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Hancurkan Patung Buddha
Pada Maret 2001, Taliban meledakkan dua patung Buddha yang monumental di Lembah Bamiyan, Afghanistan.
Pernah menjadi salah satu patung tertinggi di dunia, Bamiyan Buddha kuno hilang dari dunia selamanya, berubah menjadi serpihan melalui aksi brutal Taliban, demikian dikutip dari indianexpress.
Dua dekade kemudian, pada hari peringatan pemusnahan, Bamiyan Buddha telah dihidupkan kembali dalam bentuk proyeksi 3D dalam sebuah acara yang disebut “A Night With Buddha”.
Bamiyan terletak di pegunungan tinggi Hindu Kush di dataran tinggi tengah Afghanistan. Lembah, yang terletak di sepanjang garis Sungai Bamiyan, dulunya merupakan bagian integral dari Jalur Sutra, menyediakan jalan bagi tidak hanya pedagang, tetapi juga budaya, agama, dan bahasa.
Advertisement
2. Aksi Kejam Taliban Terhadap Perempuan
Serangan terhadap status perempuan dimulai segera setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di Kabul. Taliban menutup universitas wanita dan memaksa hampir semua wanita berhenti dari pekerjaan mereka, menutup sumber bakat dan keahlian penting bagi negara. Ini membatasi akses ke perawatan medis untuk wanita, secara brutal memberlakukan aturan berpakaian yang ketat, dan membatasi kemampuan wanita untuk bergerak di sekitar kota.
Taliban melakukan tindakan kekerasan yang mengerikan terhadap perempuan, termasuk pemerkosaan, penculikan, dan pernikahan paksa. Beberapa keluarga terpaksa mengirim putri mereka ke Pakistan atau Iran untuk melindungi mereka.
Wanita Afghanistan yang hidup di bawah Taliban sebenarnya memiliki dunia kerja yang tertutup bagi mereka. Terpaksa berhenti dari pekerjaan mereka sebagai guru, dokter, perawat, dan pekerja administrasi ketika Taliban mengambil alih, perempuan hanya bisa bekerja dalam keadaan yang sangat terbatas. Aset yang luar biasa hilang dari masyarakat yang sangat membutuhkan profesional terlatih.
Sebanyak 50.000 wanita, yang kehilangan suami dan kerabat laki-laki lainnya selama perang saudara Afghanistan yang panjang, tidak memiliki sumber pendapatan. Banyak yang terpaksa menjual semua harta benda mereka dan mengemis di jalanan, atau lebih buruk lagi, untuk memberi makan keluarga mereka.
3. Pembunuhan Bocah 8 Tahun
Pada Juni 2011, Taliban menculik bocah 8 tahun dari seorang perwira polisi di Afghanistan selatan, mencekiknya dengan selendang dan membuang tubuhnya ke sungai.
Hal ini dilakukan oleh Taliban sebagai pembalasan nyata atas penolakan sang ayah -- yang merupakan polisi -- saat diminta untuk memberikan sebuah truk.
Pembunuhan bocah itu dikonfirmasi oleh polisi setempat dan pejabat pemerintah, serta kepala Komisi Hak Asasi Manusia Independen Afghanistan, yang menyebutnya sebagai bagian dari pola pembunuhan Taliban terhadap anak-anak.
Ayah anak laki-laki itu adalah Mohammed Daoud (36), sopir komandan polisi setempat di Distrik Gereshk di Provinsi Helmand.
PBB kala itu melaporkan bahwa Taliban dan kelompok antipemerintah lainnya bertanggung jawab atas sekitar 80 persen kematian warga sipil di Afghanistan.
Advertisement
4. Bunuh Pilot AU Afghanistan
Seorang pilot Angkatan Udara Afghanistan tewas akibat serangan bom di Kabul pada Sabtu (7/8) waktu setempat.
Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Dikutip dari Channel News Asia, pilot Aghanistan, bernama Hamidullah Azimi, tewas ketika bom yang dipasang di pesawatnya meledak, menurut pejabat setempat.
Lima warga sipil juga terluka akibat ledakan itu.
Komandan Angkatan Udara Afghanistan, Abdul Fatah Eshaqzai, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Azimi dilatih untuk menerbangkan helikopter UH-60 Black Hawk buatan Amerika Serikat dan telah bertugas di militer negaranya selama hampir empat tahun.
Dia telah pindah ke Kabul bersama keluarganya setahun lalu karena ancaman keamanan, tambah Eshaqzai.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Muhajid mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Taliban melakukan serangan itu.
Taliban telah mengkonfirmasi sebuah program yang menargetkan pilot Afghanistan yang dilatih AS "dihilangkan".
Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan
Advertisement