Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan yang pesat industri hasil produk tembakau lainnya (HPTL) terus memacu para pelaku usaha untuk berinovasi. Salah satunya dengan mulai memanfaatkan bahan baku lokal untuk memproduksi nikotin cair sebagai bahan utama liquid vape.
Menariknya, nikotin cair yang diproduksi tersebut berasal dari limbah tembakau berupa sisa daun dan batang tembakau. Salah satu perusahaan lokal yang memproduksi nikotin cair dengan memanfaatkan limbah tembakau adalah Tabacaroma.
Advertisement
Manajer Tabacaroma, Frans Sigid mengatakan, pihaknya mulai menggunakan limbah tembakau dari bahan baku lokal pada 2019. Penggunaan limbah tersebut dilakukan untuk memaksimalkan hasil pertanian tembakau di dalam negeri yang selama ini tidak termanfaatkan.
Tidak hanya itu, pemanfaatan limbah tembakau tersebut juga tidak menimbulkan persaingan antara rokok dan HPTL sehingga pemenuhan kebutuhan bahan bakunya dapat berjalan beriringan.
“Bahan bakunya berasal dari sisa daun tembakau, atau batang sisa dari proses perajangan tembakau untuk pasokan pabrik rokok. Sehingga industri HPTL tidak menganggu pasokan pabrik rokok,” ujar Frans, seperti dikutip, Rabu (18/8).
Dia menjelaskan, pihaknya mulai memanfaatkan bahan baku lokal didasari konteks Indonesia sebagai salah satu penghasil tembakau terbesar di dunia dengan produksi pada kisaran 150 ribu ton per tahun. Pemanfaatan limbah ini juga menunjukkan peluang bahwa industri HPTL dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi petani.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) bertajuk “Studi Permintaan Bahan Baku Ekstrak dan Esens Tembakau di Indonesia” disebutkan satu liter nikotin cair dapat dihasilkan dari 20 kilogram daun tembakau, atau dari 500 - 1.000 kilogram batang tembakau.
Meski demikian Frans mengaku saat ini masih terdapat tantangan dalam menggunakan limbah tembakau sebagai bahan baku nikotin cair, terutama mengenai yield yang dihasilkan.
“Teknologi ekstraksi nikotin ini cukup kompleks, tidak asal diekstrak. Teknologi kunci kami yaitu bagaimana bisa mengisolasi nikotin yang jumlahnya kecil agar yield yang dihasilkan 0,3 - 0,5 per ton material,” jelas Frans.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Butuh Dukungan Regulasi
Frans berharap, pemanfaatan bahan baku lokal ini dapat dilakukan secara masif oleh pelaku usaha HPTL lainnya agar teknologinya dapat dikembangkan bersama dan ekosistemnya berjalan dengan baik. Untuk itu dukungan pemerintah berupa regulasi khusus industri HPTL sangat diperlukan.
Dengan berkembangnya industri ini, maka diharapkan dampaknya akan sangat besar bagi perekonomian, dan juga berpotensi menambah kesejahteraan para petani. Mereka bisa mendapatkan tambahan penghasilan, mengingat limbah tembakau selama ini tidak memiliki nilai ekonomi.
Selain itu bagi produsen HPTL dengan sumber bahan baku dalam negeri, produk mereka bisa lebih kompetitif di pasar internasional, dan potensi kontribusi produsen bagi pendapatan negara dari ekspor nikotin cair bisa lebih besar lagi.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Garindra Kartasasmita mengatakan, sejatinya kebutuhan pasokan bahan baku industri HPTL nasional sebanyak 7-9 ton nikotin cair per tahun bisa dipenuhi dengan memanfaatkan limbah pertanian tembakau. Sebagian produsen bahkan telah memiliki standar kualitas setara nikotin cair impor, dalam pemanfaatan bahan baku lokal ini.
“Karena kita produksi di Indonesia dan bahan baku di sini sangat berlimpah, tentu peluang pengembangan industri HPTL nasional ini masih sangat besar. Petani juga bisa mendapat penghasilan tambahan dengan menjual limbah tembakau ke pelaku usaha HPTL,” ujar Garin, yang juga merupakan Direktur PT Nikotin Karya Bangsa, salah satu produsen nikotin cair yang sudah menggunakan bahan baku lokal.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Soeseno turut menyambut baik pemanfaatan bahan baku lokal oleh industri HPTL nasional. Ia berharap agar pemerintah dapat turut berperan mendorong industri sekaligus memberikan dukungan kepada petani guna menopang keberlangsungan industri HPTL ini.
“Pemerintah harus melakukan pemetaan, posisi petani dalam ekosistem tersebut. Kemudian juga perlu diberikan sejumlah fasilitas penunjang pada skala petani bukan industri. Misalnya mesin penyulingan sederhana seperti industri minyak nilam di Aceh,” kata Soeseno.
Advertisement