Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak kembali turun sekitar 1 persen pada perdagangan Rabu setelah penurunan empat hari berturut-turut. Penurunan harga minyak ini karena investor tetap khawatir tentang prospek permintaan bahan bakar karena kasus COVID-19 melonjak di seluruh dunia dan meningkatnya penguatan dolar AS.
Dikutip dari CNBC, harga minyak mentah Brent turun 80 sen atau 1,16 persen ke USD 68,23 per barel. Sedangkan harga minyak mentah WTI AS turun USD 1,13 atau 1,7 persen menjadi USD 65,46 per barel.
Advertisement
Nilai tukar dolar AS naik 0,1 persen dan mencapai level tertinggi sejak April. Harga minyak mentah turun sering menguatnya dolar karena komoditas tersebut dihargai dalam dolar. Ketika mata uang AS menguat, membuat minyak lebih mahal bagi pembeli asing.
Pasar minyak telah mengalami pelemahan beberapa hari karena meningkatnya infeksi yang disebabkan oleh varian Delta dari virus corona baik di Amerika Serikat maupun di seluruh dunia.
Beberapa negara telah memberlakukan kembali pembatasan perjalanan dan lalu lintas udara telah melunak dalam beberapa pekan terakhir.
Pasar dibantu oleh penarikan lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah AS, yang turun 3,2 juta barel pekan lalu menjadi 435,5 juta barel, terendah sejak Januari 2020.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Stok BBM
Namun, stok BBM naik moderat, yang membuat pasar tidak bergerak naik, mengingat kekhawatiran yang berkelanjutan tentang virus corona.
"Pasar sedang terseret ke bawah akibat peningkatan persediaan bensin yang mengecewakan saat kami memasuki akhir pekan Hari Buruh," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston, Texas, mengacu pada hari libur AS 6 September.
Rata-rata empat minggu dari keseluruhan produk AS yang dipasok ke pasar - ukuran permintaan - adalah 20,8 juta barel per hari, sejalan dengan tingkat pra-coronavirus dari 2019.
Produk bensin yang dipasok adalah 9,5 juta barel per hari, hanya 1 persen di bawah level 2019. Permintaan bahan bakar AS terus meningkat sepanjang tahun karena konsumen telah melanjutkan aktivitas dengan tingkat vaksinasi yang meningkat.
Advertisement