Liputan6.com, Abu Dhabi - Presiden Ashraf Ghani meninggalkan Afghanistan saat Taliban merambah ke ibu kota Kabul pada 15 Agustus 2021. Ia meninggalkan rakyatnya yang sedang kewalahan melawan kelompok militan tersebut.
"Ashraf Ghani telah berlindung di Uni Emirat Arab (UEA)," kata negara Teluk itu dilansir dari BBC, Kamis (19/08/2021).
Advertisement
Kementerian luar negeri UEA mengatakan negara itu menyambut Ghani dan keluarganya dengan alasan kemanusiaan.
Dalam pidato video pada hari Rabu, Ghani membantah melarikan diri dan mengatakan ia pergi untuk mencegah apa yang digambarkan sebagai bencana besar.
"Untuk saat ini, saya berada di UEA agar pertumpahan darah dan kekacauan dihentikan," ujar Ghani.
Ia juga mengatakan sedang dalam pembicaraan untuk kembali ke Afghanistan.
Sebelumnya terdapat desas-desus bahwa Ashraf Ghani meninggalkan Afghanistan dengan membawa sejumlah uang yang banyak. Namun, hal tersebut dibantahnya. Ia mengatakan bahwa itu adalah kebohongan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tuai Kritikan dari Banyak Kalangan
Pria berusia 72 tahun itu telah menghadapi kritik keras dari politisi Afghanistan karena tindakannya yang meninggalkan warga dan negaranya dalam kekacauan.
“Tuhan akan meminta pertanggungjawabannya dan bangsa juga akan menghakimi,” kata Abdullah, Ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional Afghanistan.
Presiden AS, Joe Biden juga mengkritik pemerintah Afghanistan karena melarikan diri dalam pidatonya pada hari Senin.
Tidak hanya itu, Wakil Menteri Luar Negeri AS, Wendy Sherman mengatakan kepada wartawan bahwa Ghani bukan lagi seorang tokoh di Afghanistan.
Dalam pidato videonya, yang disiarkan langsung di Facebook, Ghani mengatakan ia dievakuasi oleh tim keamanannya dari istana kepresidenan. Berdasarkan laporannya, bahkan ia tidak bisa memakai sepatunya.
"Peristiwa berlangsung dengan cepat. Saya ingin merundingkan pemerintah inklusif dengan Taliban," katanya, seraya menambahkan bahwa ia mendukung pembicaraan antara Taliban dan mantan pejabat dari pemerintahannya.
Advertisement
UEA Tempat Berlindung yang Aman
Ini bukan pertama kalinya UEA menyediakan tempat yang aman bagi para pemimpin yang digulingkan dari negara lain.
Pada 1990-an, Perdana Menteri Pakistan, Benazir Bhutto menjadikan Dubai rumah barunya sebelum kemudian kembali berkuasa.
Wartawan Keamanan BBC, Frank Gardner mengatakan bahwa UEA, yang menampung sejumlah besar pekerja tamu Afghanistan dan Pakistan, tidak ingin wilayahnya digunakan sebagai platform politik.
Ashraf Ghani mulai menjabat pada 2014 dan terpilih kembali pada Februari 2020. Ia menepis kekhawatiran akan kemenangan militer Taliban. "Ini bukan Vietnam. Pemerintah tidak runtuh," katanya.
Reporter: Cindy Damara