10 Negara Paling Bahaya untuk Wanita, Ada Diskriminasi hingga Pemerkosaan

Di beberapa negara tertentu, wanita masih sering mengalami diskriminasi dan kekerasan.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Agu 2021, 19:10 WIB
Sejumlah orang yang tergabung dalam beberapa aktivis membawa spanduk saat menggelar aksi unjuk rasa dikawasan Patung Kuda, Jakarta, Rabu (8/3). Peserta aksi menyuarakan penolakan terhadap diskriminasi dan sistem patriarki. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Di seluruh dunia, perempuan menderita diskriminasi dan segala jenis kekerasan, seperti pemerkosaan, kekerasan seksual, pengangguran, dan kurangnya akses ke peluang kepemimpinan. 

Perempuan lebih rentan terhadap diskriminasi, ketidaksetaraan gender, dan stereotip daripada laki-laki. 

Menurut PBB, sekitar 87.000 wanita dibunuh secara global oleh orang-orang terdekat mereka, dengan jumlah rata-rata enam wanita terbunuh per jam.

Women, Peace, and Security (WPS) Index mengukur dan memberi peringkat kesejahteraan wanita di semua negara di dunia. Ini diterbitkan oleh Georgetown University’s Institute for Women, Peace and Security and The Peace Research Institute Oslo (PRIO). Indeks ini menggunakan 3 dimensi dasar inklusi, keadilan dan keamanan untuk mewakili kesejahteraan perempuan di seluruh negara di dunia. Dimensi ini diukur dengan bantuan 11 indikator untuk menghasilkan skor untuk setiap negara.

Skor 1 adalah skor terbaik pada Indeks ini. Menurut indeks WPS terbaru, Norwegia menempati urutan pertama dengan skor 0,904 sedangkan Yaman menempati urutan terakhir dengan skor hanya 0,351. Amerika Serikat menempati peringkat 19 dalam daftar dengan skor 0,851. India, negara yang menduduki peringkat nomor 1 dalam daftar negara paling berbahaya di dunia yang diterbitkan oleh Thomas Reuters Foundation pada tahun 2018, memegang peringkat 133 pada Indeks ini.

Dilansir dari World Atlas, Jumat (20/08/2021), berikut ini adalah negara paling berisiko bagi wanita, berdasarkan WPS Index 2019-2020:

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 
 
2 dari 7 halaman

1. Yaman - 0,351

Dua orang wanita berjalan melewati puing-puing gedung yang runtuh di kompleks kepresidenan, di Sanaa, Yaman (7/5). Jet tempur koalisi yang dipimpin Arab Saudi melancarkan serangan udara ke istana kepresidenan Yaman. (AP Photo/Hani Mohammed)

Yaman adalah negara paling berbahaya bagi perempuan. Negara Timur Tengah merupakan masyarakat patriarki yang menjadikan perempuan sebagai subjek dari segala bentuk diskriminasi, termasuk stereotip negatif, ketimpangan ekonomi, dan sistem hukum yang diskriminatif. 

Pada 2017, perempuan di Yaman tidak memiliki sebagian besar hak budaya, sosial, dan ekonomi. Mereka tidak diperbolehkan untuk menggunakan hak sipil dan politik secara penuh. 

Perempuan juga menjadi korban dari undang-undang yang diskriminatif. Misalnya, seorang wanita berhak atas setengah dari jumlah yang akan dikompensasikan oleh seorang pria sebagai uang darah.

Kemudian, undang-undang tersebut mengekspos gadis dibawah umur untuk pernikahan dini, melarang perempuan meninggalkan rumah mereka tanpa izin suami, dan mengizinkan laki-laki untuk berhubungan seks dengan istri mereka kapan pun mereka mau, tanpa memberikan hak yang sama kepada para istri. 

Karena pernikahan dini dan bentuk-bentuk diskriminasi lainnya, anak perempuan lebih kecil kemungkinannya untuk bersekolah dibandingkan anak laki-laki. Krisis saat ini di negara itu semakin memperburuk kondisi perempuan Yaman. 

3 dari 7 halaman

2. Afghanistan - 0,373

Polisi Afghanistan, Marzia Amiri berpose saat penyelidikan pembunuhan di Distrik Karukh, Provinsi Herat, Jumat (2/2). Marzia satu-satunya polisi wanita investigasi di Herat yang bertanggung jawab atas berbagai kasus besar. (AFP PHOTO/HOSHANG HASHIMI)

Afghanistan termasuk salah satu negara paling berbahaya bagi perempuan setelah penggulingan Taliban 20 tahun silam. Kini jutaan wanita di Afghanistan harus mengalami kejadian serupa di tahun ini saat Taliban mengambil alih Kabul.

Di bawah rezim Taliban, pendidikan untuk perempuan dilarang. Meskipun perempuan memperoleh kebebasan di bawah rezim saat ini, tetap saja tidak aman bagi mereka. 

Sebagian besar perempuan mengalami pelecehan, 90% dari perempuan mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), berdasarkan laporan WHO tahun 2015. 

KDRT meliputi pembunuhan, kekerasan fisik, psikologis, dan kekerasan verbal. 

Untuk anak perempuan, kebebasan bergeraknya dibatasi di bawah kekuasaan ayahnya. Sementara itu, perempuan dewasa di bawah suaminya. 

Hanya sedikit perempuan yang bisa bekerja di negara itu, setidaknya kurang dari 20% dari angkatan kerja. Lalu, sebagian besar dari mereka dibayar lebih rendah daripada laki-laki yang melakukan pekerjaan yang sama. 

4 dari 7 halaman

3. Suriah - 0,416

Seorang wanita berjalan melewati lokasi pemboman pemerintah Suriah di Desa Maasaran, Distrik Maaret al-Numan, Provinsi Idlib, Selasa (17/12/2019). Ribuan warga Maaret al-Numan telah melarikan diri dalam beberapa hari terakhir di tengah serangan udara dan penembakan yang intens. (Abdulaziz KETAZ/AFP)

Perempuan di Suriah, baik anak-anak maupun dewasa harus menghadapi segala macam tantangan dalam kehidupan sehari-hari mereka, dengan orang-orang di bagian utara dan timur laut mengalami ancaman serius dari perang Suriah.

Perempuan Suriah adalah target pasukan keamanan dan ekstremis yang melanggar dan melucuti hak-hak mereka. Negara ini memiliki peringkat buruk untuk hak-hak reproduksi, kekerasan gender, KDRT dan inklusi ekonomi. 

Pemerintah Suriah telah menahan lebih dari 3.000 wanita dalam kondisi yang lebih buruk, dengan sebagian besar tahanan wanita ditolak akses ke perawatan medis. 

Beberapa wanita dan anak perempuan telah ditahan sebagai sandera karena kerabat laki-laki mereka tidak dapat ditemukan. 

Kelompok ekstremis seperti Jabhat al-Nusra dan ISIS merusak kebebasan dan hak anak perempuan dan wanita dengan memaksa mereka mengenakan jilbab dan abaya serta menghukum mereka yang tidak mematuhi aturan berpakaian. 

5 dari 7 halaman

4. Pakistan - 0,460

Sejumlah wanita berbelanja untuk Idul Fitri mendatang yang menandai akhir bulan suci puasa Ramadhan di Karachi, Pakistan, Rabu (5/5/2021). Pembatasan baru juga termasuk penutupan semua resor wisata, pantai, hotel, restoran, pusat perbelanjaan, taman, dan tempat umum lainnya. (AP Photo/Fareed Khan)

Perempuan di Pakistan menghadapi risiko dari praktik tradisional, agama, dan budaya serta kekerasan dan diskriminasi dalam rumah tangga. 

Kekerasan terhadap perempuan termasuk kekerasan seksual dan kekerasan fisik, kebanyakan dilakukan oleh pasangan intim. 

Lebih dari 70% wanita di Pakistan menderita akibat KDRT, dengan lebih dari 5.000 meninggal setiap tahun akibat kekerasan tersebut. 

Pada 2017, negara ini mencatat 746 pembunuhan demi kehormatan, di aman perempuan dibunuh karena dianggap membawa aib keluarga. 

Lalu, perempuan non-Muslim sering diculik, dianiaya, dipaksa menjadi Muslim, dan kemudian dinikahkan. 

Dari negara-negara Asia Selatan, perempuan Pakistan adalah yang paling didiskriminasi dan memiliki akses paling sedikit ke ponsel. Kemudian, hanya 7% wanita yang memiliki rekening bank dibandingkan dengan 35% pria.

6 dari 7 halaman

5. Sudan Selatan - 0,479

Seorang wanita memegang anaknya yang terkena penyakit gizi burutk di sebuah klinik di Lankien, Sudan Selatan, (8/4). Menurut MSF, Kekurangan gizi didaerah sudan selatan sudah mencapai batas kritis. (Albert Gonzalez Farran / cds / AFP)

Sudan Selatan juga termasuk negara paling berbahaya di Afrika bagi perempuan, dengan situasi konflik yang mengekspos gender perempuan ke segala bentuk kejahatan. 

Perang telah menggusur jutaan orang Sudan Selatan, terutama wanita dan anak-anak, membuat mereka terancam kelaparan dan bahaya lainnya. 

Negara terbaru yang rapuh di Afrika ini merupakan hal yang umum dalam kekerasan intim tertinggi di dunia sebesar 47%. 

Anak perempuan dan wanita menjadi sasaran kekerasan tingkat tinggi dan memiliki sarana yang terbatas untuk menangani kejahatan terhadap mereka. 

Kekerasan terhadap perempuan menjadi lebih nyata di tengah perang saudara yang sedang berlangsung, pemerkosaan digunakan sebagai senjata perang. Beberapa wanita telah diculik, diperkosa, dan dipaksa menjadi budak.

7 dari 7 halaman

Selanjutnya

6. Irak - 0,490

7. Republik Demokratik Kongo (DRC) - 0,512

8. Republik Afrika Tengah (CAR) - 0,513

9. Mali - 0,539

10. Libya -0,546

 

Reporter: Cindy Damara

 
 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya