Para Ahli Khawatirkan Lonjakan COVID-19 di Inggris Setelah Jeda Musim Panas

Para ahli membeberkan kekhawatiran mereka tentang kasus COVID-19 di Inggris yang kemungkinan melonjak setelah jeda musim panas.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Agu 2021, 11:21 WIB
Seorang pasien didorong di atas troli di luar Rumah Sakit Royal London saat lockdown nasional ketiga, London, Inggris, 12 Januari 2021. Lebih dari 81.000 orang di Inggris tewas akibat COVID-19. (AP Photo/Matt Dunham)

Liputan6.com, London - Ketika Inggris menikmati jeda musim panas, ketika masih ada kasus COVID-19, perhatian terhadap negara berada pada berakhirnya pembatasan terkait pandemi.

Para ilmuwan memperingatkan warga Inggris agar tidak lengah, dengan mengatakan bahwa tingkat infeksi yang tinggi di antara masyarakat kemungkinan akan menyebabkan lonjakan kasus pada musim gugur di negara itu, seperti dikutip dari laman Associated Press, Jumat (20/8/2021).

Hal itu dikarenakan penyebaran COVID-19 varian delta, yang sekarang dominan di seluruh Inggris.

Vaksin juga disebut kurang efektif terhadap varian Delta, yang berarti Inggris perlu mencapai tingkat vaksinasi yang jauh lebih tinggi jika ingin menekan kasus infeksi.

Diketahui, sekitar 60% dari populasi Inggris telah divaksinasi lengkap.

"Jika Anda akan bergantung pada vaksin, oke, maka vaksinasi semua orang," kata Ravi Gupta, seorang profesor Universitas Cambridge yang melakukan beberapa studi perintis tentang varian delta.

"Tetapi mereka baru memvaksinasi setengah populasi dan melonggarkan pembatasan. Ini adalah resep untuk ... hal-hal yang tidak berjalan baik dalam beberapa bulan ke depan," sebutnya.

Meskipun ada lonjakan infeksi COVID-19 pada awal musim panas, pemerintah Inggris pada 19 Juli mencabut sebagian besar pembatasa aktivitas sosial dan bisnis.

Perdana Menteri Boris Johnson menyebut momen itu sebagai "Hari Kebebasan," dengan mengatakan program vaksinasi di Inggris yang berhasil berarti orang-orang jauh lebih kecil kemungkinannya untuk sakit parah atau meninggal akibat COVID-19.

Tetapi setelah penurunan infeksi baru yang dikonfirmasi setelah 19 Juli, kenaikan kasus terjadi - rata-rata sekitar 25.000 per hari - lebih dari 10 kali lebih tinggi daripada yang dilaporkan pada awal Mei 2021.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Risiko Penularan COVID-19 Varian Delta pada Orang yang Sudah Divaksinasi

Para penumpang naik kereta Bawah Tanah Jubilee Line di Stasiun Canning Town selama jam sibuk di London, Inggris, 12 Januari 2021. Inggris sedang menerapkan lockdown nasional ketiga untuk mengekang penyebaran virus corona COVID-19. (Victoria Jones/PA via AP)

Profesor Julian Tang, seorang ahli penyakit pernapasan di University of Leicester, khawatir tingkat infeksi di antara warga Inggris sebenarnya lebih tinggi dari yang diperkirakan.

"Faktor manusia" - seperti penurunan tes sekarang karena sekolah diliburkan dan orang-orang yang menghindari tes karena mereka tidak ingin melewatkan liburan musim panas mereka - dapat berarti bahwa infeksi baru sedang terjadi dan akan meningkat dengan cepat pada bulan September, kata Tang.

Tang berpendapat bahwa masalah itu dikarenakan berkurangnya penekanan pemerintah pada langkah-langkah social distancing sejak berakhirnya lockdown.

"Virus tidak akan hilang kecuali Anda memvaksinasi semua orang, termasuk anak-anak,"  jelas Tang.

"Jadi saya pikir ada terlalu banyak pesan optimis, terlalu percaya diri, dan orang-orang salah paham bahwa Anda bisa keluar dan melakukan segalanya — jangan pakai masker, pergi dan nikmati pesta barbekyu, bersenang-senang di dalam ruangan. Tapi kemudian ketika Anda ingin menarik diri dari itu, orang tidak ingin melakukannya karena mereka memiliki rasa kebebasan dan mereka tidak mempercayai Anda lagi," pungkasnya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid mengatakanbahwa peluncuran vaksin telah menciptakan "dinding pertahanan" yang telah "secara besar-besaran mengurangi" rawat inap dan kematian akibat COVID-19.

Pemerintah Inggris kini sedang mempertimbangkan untuk menawarkan suntikan booster vaksin COVID-19 kepada kelompok yang paling rentan mulai awal September 2021.

Profesor Andrew Pollard, direktur Oxford Vaccine Group, mengatakan kepada anggota parlemen Inggris bahwa dengan varian delta yang bisa menginfeksi orang yang sudah divaksinasi, siapa pun yang tidak divaksinasi kemungkinan akan, pada titik tertentu, terpapar dengan virus.

"Kami tahu dengan sangat jelas bahwa varian Virus Corona saat ini, varian delta, masih akan menginfeksi orang yang sudah divaksinasi dan itu berarti bahwa siapa pun yang masih belum divaksinasi, pada titik tertentu, akan bertemu virus itu," kata Pollard.

"Saya pikir kita berada dalam situasi di mana kekebalan kelompok tidak memungkinkan karena masih menginfeksi individu yang divaksinasi," ungkap Pollard. Ditambahkannya, "Dan saya menduga bahwa apa yang akan dikeluarkan virus selanjutnya adalah varian yang, mungkin, lebih baik dalam menularkan pada populasi yang divaksinasi."

Itu berarti Inggris harus belajar hidup dengan COVID-19, menyesuaikan diri dengan situasi di mana virus selalu ada, sebutnya.

Namun, profesor Gupta, dari Cambridge Institute of Therapeutic Immunology and Infectious Disease memperingatkan hal itu bukan berarti wakti yang tepat untuk merayakan kebebasan dari COVID-19 di Inggris.

"Kita akan melihat kenaikan pada bulan September dengan proporsi yang sama dengan apa yang baru saja kita lihat, jika tidak lebih buruk. Saya pikir," imbuh Gupta.

"Itulah mengapa semua optimisme ini salah tempat sekarang," ujarnya.


Infografis 7 Tips Cegah Klaster Keluarga COVID-19

Infografis 7 Tips Cegah Klaster Keluarga COVID-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya