Vaksin Sinovac Terbukti Efektif untuk Varian Delta, Masih Ragu Vaksinasi?

Vaksin Sinovac yang tergolong vaksin inaktif terbukti efektif melawan Varian Delta

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 20 Agu 2021, 13:13 WIB
Seorang dokter bersiap untuk memberikan vaksin virus corona COVID-19 Sinovac di klinik vaksinasi massal darurat di lapangan sepak bola di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (6/7/2021). Indonesia tengah memerangi gelombang infeksi baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. (JUNI KRISWANTO/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Studi di China menemukan bahwa vaksin Sinovac dan Sinopharm yang tergolong vaksin inaktif efektif untuk melawan varian Delta.

Hasil yang menyebut vaksin Sinovac ampuh melawan varian Delta terdapat dalam dua penelitian, yaitu:

1. Effectiveness of Inactivated COVID-19 Vaccines Against COVID-19 Pneumonia and Severe Illness Caused by the B.1.617.2 (Delta) Variant: Evidence from an Outbreak in Guangdong, China.

2. Efficacy of Inactivated SARS-CoV-2 Vaccines Against the Delta Variant Infection in Guangzhou: A Test-Negative Case-Control Real-World Study.

Kedua penelitian ini dilakukan guna menjawab berbagai keraguan yang ada terkait efektivitas dan efikasi vaksin Sinovac dan Sinopharm untuk virus Corona varian Delta.


Keraguan Sebelumnya

Ahli Epidemiologi di Griffith University Australia, Dicky Budiman pada Juli 2021 menyampaikan bahwa pada tingkat tertentu vaksin Sinovac memiliki keefektifan terhadap varian Delta.

“Kami masih melihat banyak (petugas kesehatan) bertahan hidup dan memiliki gejala ringan. Ini memberi kami keyakinan bahwa sampai tingkat tertentu Sinovac memiliki keefektifan terhadap varian baru, itulah sebabnya kami merekomendasikan orang untuk mendapatkannya,” kata Dicky yang bekerja sama dengan LaporCovid-19 mengutip South China Morning Post, Jumat (20/8/2021).

Salah satu pendiri LaporCovid-19, Irma Hidayana, mengatakan, diperlukan lebih banyak verifikasi data karena perbedaan regional. Namun, sebagian besar kematian terjadi di daerah yang juga memiliki tingkat vaksinasi yang tinggi untuk petugas kesehatan.

Sayangnya, pada Rabu (7/7), ilmuwan utama dalam uji coba vaksin Sinovac China di Indonesia, Novilia Sjafri Bachtiar, telah meninggal karena dugaan infeksi COVID-19.


Menurut Data dari Chili

Sementara data Real-World Effectiveness dari Chili yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada Rabu, 18 Agustus 2021, menunjukkan bahwa vaksin Sinovac 65,9 persen efektif melawan COVID-19, 87,5 persen efektif mencegah rawat inap, dan 86,3 persen efektif mencegah kematian.

Tetapi sedikit data yang tersedia tentang seberapa baik vaksin tersebut melawan varian Delta.

Wakil Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Feng Zijian mengatakan kepada media pemerintah China bulan lalu bahwa antibodi yang dipicu oleh dua vaksin COVID-19 buatan China kurang kuat terhadap varian Delta dibandingkan dengan strain lain.


Kemungkinan Penurunan Efektivitas Vaksin

Di sisi lain, Jin Dong-Yan, seorang profesor di Fakultas Ilmu Biomedis Universitas Hong Kong, mengatakan penting untuk mempelajari seberapa baik Sinovac bekerja melawan varian Delta.

“Secara umum diyakini bahwa untuk semua perlindungan vaksin akan turun sedikit,” kata Jin, menunjuk pada data yang diumumkan oleh otoritas kesehatan Israel yang mengatakan efektivitas vaksin Pfizer turun dari lebih dari 90 persen menjadi 64 persen.

“Pasti keefektifan Sinovac akan turun, pertanyaannya adalah seberapa banyak,” kata Jin.

Kepala Sinovac Yin Weidong mengatakan, sukarelawan uji klinis yang menerima suntikan Sinovac ketiga setelah tiga dan enam bulan menunjukkan peningkatan antibodi sepuluh kali lipat. Peningkatan terjadi setelah satu minggu dan penelitian lebih lanjut sedang dilakukan. Pihak Sinovac sendiri tidak menanggapi permintaan komentar melalui email tentang kasus-kasus di Indonesia.


Menjawab Keraguan

Keraguan-keraguan di atas akhirnya terjawab dengan kedua penelitian yang telah disebutkan.

Penelitian pertama terkait efektivitas diterbitkan pada 5 Agustus 2021. Hasilnya, efektivitas vaksin Sinovac dan Sinopharm mencapai 69.5 persen dalam mencegah pneumonia akibat COVID-19. Serta, 100 persen mencegah COVID-19 gejala berat.

Peneliti juga menuliskan persentase vaksin Sinovac dan Sinopharm yang digunakan pada penelitian tersebut. Yakni, Sinovac sebanyak 51,29 persen dan Sinopharm sebanyak 48,69 persen.

 Sedang, penelitian kedua diterbitkan secara daring di laman tandfonline.com pada 14 Agustus 2021. Hasilnya, vaksin inaktif 59,0 persen dapat mencegah COVID-19 bergejala, 70,2 persen mencegah COVID-19 gejala sedang, dan 100 persen mencegah COVID-19 gejala berat.

Vaksin Sinovac yang digunakan pada penelitian tersebut sebanyak 61,3 persen dan Sinopharm sebanyak 27,5 persen.


Infografis Perbandingan Vaksin COVID-19 Sinovac dengan AstraZeneca

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya