Usulan Dubes Arif Havas Oegroseno Gaet Startup Jerman Bekerja Sambil Liburan di Indonesia

Strategi menggaet startup Jerman dengan menyediakan paket akomodasi untuk bekerja sambil berlibur di tempat wisata itu lebih dulu gencar dipromosikan Vietnam.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 23 Agu 2021, 10:01 WIB
Ilustrasi Hotel Mewah | unsplash.com/@kkmachado

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno melontarkan ide menarik soal pengembangan pariwisata Indonesia, terutama di Bali. Ia mengusulkan agar ada paket menginap khusus yang dirancang untuk mengakomodasi para pelaku startup Jerman bekerja sembari berlibur di Indonesia.

"Bayangannya bagaimana bila anak-anak startup Jerman bekerja sama dengan pelaku startup Indonesia, while they stay in Bali. Seperti konsep Silicon Valley tapi di Bali," kata Dubes Havas dalam Weekly Press Briefing, Senin, 16 Agustus 2021.

Konsep serupa lebih dulu gencar ditawarkan Vietnam kepada warga Jerman. Menurut Havas, negara tetangga Indonesia itu sedang berusaha meningkatkan daya tarik wisatanya dengan menjual tempat istirahat, terutama di pinggir pantai, untuk bisa dimanfaatkan perusahaan programing di Eropa dan berkoalisi dengan orang lokal.

Namun, sambung dia, beberapa anggota parlemen Jerman lebih tertarik bila paket tersebut terealisasi di Indonesia. Durasinya menginapnya minimal enam bulan. "Ketika saya tanya kenapa Indonesia, mereka bilang Vietnam kan komunis, Indonesia kan demokrasi. We're a bit leader," sambung Havas.

Di sisi lain, Indonesia diminta lebih agresif mempromosikan diri sebagai episenter ekonomi digital di Asia Tenggara. Meski data menunjukkan bahwa Indonesia lebih unggul dalam hal pengembangan startup, hal itu masih disangsikan warga Eropa, terutama Jerman. 

"Brand Indonesia kalau saya tanya ke beberaapa mitra kita, jawabnya tempat pariwisata, liburan. Kalau apakah Anda tahu kita adalah technology provider terbesar di Asia Tenggara, mereka bengong. 'Really?'," ujar dia seraya menyebut pasar digital Indonesia bernilai antara 40--44 miliar dolar AS.

"Menurut saya, ini jadi tantangan tersendiri bagi kita semua untuk membuat brand yang bagus, yang baru. Selain tempat berwisata, juga technology provider," imbuhnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Siap Promosikan

Ilustrasi tebing Uluwatu, Bali. (dok. Rohitink/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Dubes Havas mengaku siap membantu mempromosikan brand baru Indonesia itu ke warga Eropa. Untuk itu, perlu dana promosi khusus agar bisa efektif.

"Mau enggak mau promosi needs money," sambung dia.

Ia merujuk studi Bank Dunia terkait dana promosi. Setiap satu dolar AS yang digunakan untuk promosi ekspor apapun, akan mendatangkan 87 dolar sebagai pemasukan bagi negara serta menambahkan GDP hingga 384 dolar AS.

"It's time buat strategi Indonesia ke luar sebagai provider technology," ujarnya.


Work From Bali

Ilustrasi Bali. (dok. Foto Nick Fewings/Unsplash)

Sebelumnya, Kemenkomarves sempat meluncurkan Work From Bali sebagai salah satu upaya untuk menyelamatkan ekonomi dan pariwisata Bali. Hal itu mengingat pertumbuhan ekonomi Pulau Dewata masih minus selama pandemi berlangsung.

Namun, peningkatan kasus positif Covid-19 di Indonesia memaksa program tersebut ditunda hingga situasi membaik. Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan saat situasi pandemi kondusif, wisatawan mancanegara akan mendapatkan program vaksinasi gotong-royong atau mandiri, yang tidak akan mengambil porsi vaksin yang diberikan gratis bagi masyarakat Indonesia.

"Perlu diingat bahwa wisata vaksin bukan berarti mendorong masyarakat Indonesia untuk berwisata agar mendapatkan vaksin, namun vaksin adalah nilai tambah bagi masyarakat yang ingin berwisata," ujarnya.


Aturan Pembatasan PPKM Jawa-Bali

Infografis Aturan Pembatasan PPKM Darurat Jawa Bali. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya