Mengejutkan, Presiden Erdogan (Pernah) Jadi Tetangga Kami

Cerita pernh menjadi tetangga Presiden Erdogan menjadi pengalaman yang unik dan istimewa yang akan kami bawa pulang ke Indonesia.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 23 Agu 2021, 12:52 WIB
Yolanda dan suami di depan eks rumah Erdogan (foto Yolanda)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu saya dan suami mengunjungi rumah pertama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan keluarganya pada saat pertama kalinya mereka pindah dari Istanbul ke Ankara. Erdogan pindah ke Ankara setelah terpilih menjadi perdana menteri Turki antara 2002-2003.

Lokasi rumah ini terletak di Jalan Kusadasi No.26, komplek perumahan Subayevleri, Kecioren. Rumah di mana kami tinggal masih satu komplek dengan rumah tersebut, maka tidak memerlukan waktu yang lama untuk menuju lokasi. Kira-kira hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit berjalan kaki.

Rumah lama Erdogan di Ankara ini berbentuk apartemen dupleks seluas 320 m2, milik mantan Wakil Ketua Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) Ankara, Faruk Koca. Presiden Erdogan tidak membeli apartemen tersebut tetapi dia menyewanya dan harus menyimpan uang sewa di bank seperti kebanyakan orang Turki.

Kesan pertama saat melihat rumahnya adalah bangunan apartemen yang cukup besar tetapi sederhana untuk seorang pejabat tinggi negara. Jika dibandingkan dengan komplek perumahan mewah di Ankara, rumah Erdogan ini terhitung sederhana. Dengan bangunan yang cukup besar apartemen ini cukup mencolok dengan warna krem manis, membuat orang-orang yang lewat akan mengira ini bukan apartemen biasa.

Di depan apartemen kita juga menemukan pos polisi khusus, untuk menjaga rumah tersebut. Walaupun sekarang pos polisi itu sudah kosong karena Presiden Erdogan sudah pindah ke istana negara pada tahun 2014 dan tidak tinggal di sana lagi.

Sekilas mata memandang kita bisa melihat pemandangan yang sangat bagus di balik apartemen ini. Kita bisa menikmati suasana taman besar lengkap yang indah dan dihiasi oleh jembatan seperti di kota Istanbul.

Ada juga taman yang terawat baik sebagai pelengkap eksterior dilengkapi dengan lapangan bola basker dan taman bermain untuk anak-anak. Menariknya lagi apartemen ini memiliki lahan parkir yang cukup luas berbeda dengan apartemen yang ada di sekitarnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini


Awalnya Tidak Sengaja

Eks rumah Erdogan (foto Yolanda)

Senang sekali bagi kami sebagai warga asing yang sedang belajar di Turki dapat mengunjungi langsung kediaman Presiden Erdogan dan keluarganya saat pertama kali tinggal di Ankara. Tidak semua warga asing mengetahui rumah pertama Erdogan di Ankara, kami saja baru mengetahui informasi ini setelah hampir empat tahun tinggal di Ankara sejak 2017.

Setidaknya kami mengetahuinya sebelum pulang ke Indonesia dan kami memutuskan untuk mendatanginya secara langsung. Sayang sekali jika kami tidak mengunjungi rumah ini, apalagi setelah tahu rumah bersejarah ini satu komplek dengan rumah kami tinggal di Perumahan Subayevleri.

Kejadian tidak sengaja yang akhirnya membawa kami mengetahui info rumah ini adalah pada saat suami saya sedang membantu rekan kerjanya untuk mencari infomasi kampus-kampus yang ada di Ankara. Pada momen inilah dia bertemu dengan seorang mahasiswa Turki yang mengatakan kalau Presiden Erdogan pernah tinggal di Subayevleri, Kecioren.

Berawal dari menanyakan di manakah kami tinggal, kemudian mahasiswa Turki tersebut memberitahu jika kami tinggal satu komplek dengan apartemen Presiden Erdogan saat pertama kali datang ke Ankara.

Mendengar hal itu, suami saya dengan senang hati menceritakan tentang rumah Erdogan tersebut kepada saya. Kami akhirnya memutuskan untuk mencari info kebenaran rumah Erdogan melalui internet dan ternyata benar. Kami kemudian juga bertanya dan memastikan letak persis apartemen ini kepada sopir taksi di pangkalan taksi sekitaran komplek rumah kami dan ternyata dia bilang semua orang di Komplek Subayevleri tahu kalau Presiden Erdogan memang pernah tinggal di sini.

Menurut si sopir taksi ini mengatakan bahwa ketika Erdogan tinggal di lingkungan ini, kondisi kehidupan tetap berjalan wajar dan tidak adanya pengamanan yang berlebihan, hanya ada pos polisi di depan gedung apartemen.

Selanjutnya setelah kami mengetahui persis letak apartemen tersebut, kami langsung datang ke sana untuk melihat secara langsung. Ternyata apartemen itu terlihat sama persis dengan gambar yang ada di internet, hanya bedanya pada saat Presiden Erdogan tinggal di sana terdapat baliho bendera Turki dan fotonya dengan ukuran sangat besar yang menjuntai dari atas apartemen.

 


Erdogan di Mata Tetangga

Nomor rumah Erdogan (Foto: Yolanda)

Beberapa pemberitaan tahun 2014 di media massa Turki menggambarkan bagaimana hubungan Erdogan dengan para tetangganya di Subayevleri. Presiden Erdogan pindah dari rumahnya di Subayevleri pada 2014, tempat dia tinggal selama 12 tahun sejak 2002. Erdogan kemudian pindah ke istana negara setelah terpilih menjadi presiden Turki.

Walikota Kecioren, Mustafa Ak, menyebutkan bahwa ketika warga Subayevleri membuka pintu dan jendela rumahnya mereka melihat kehadiran Erdogan di lingkungan tersebut, warga merasa dekat dengannya.

Hubungan Erdogan dengan lingkungannya sangat dekat. Ketika salah seorang tetangganya mengundangnya untuk minum teh, dia akan menjawabnya. Ia akan berhenti dan mengobrol sejenak dan kemudian menerima mereka pada hari libur.

Jika ada pemakaman, dia akan datang dan menyampaikan belasungkawa. Itulah mengapa para tetangga dekatnya merasa sedih dengan kepergian Erdogan. Mustafa Ak menegaskan bahwa Subayevleri dan Kecioren akan selalu mengingat Erdogan dengan rasa hormat dan cinta (Hurriyet, 2014).

Ali Osman Cibir yang berusia 78 tahun saat itu, salah seorang jamaah masjid di komplek Subayevleri menyatakan bahwa para jamaah sering melihat Erdogan turut melaksanakan shalat berjamaah di masjid (Hurriyet, 2014).

Para sopir taksi di lingkungan tersebut juga sering melihat Erdogan, salah satunya adalah Osman Sariyildiz yang menyebutkan bahwa Erdogan sangat dekat dengan masyarakat dan bahkan mereka bisa berbincang dan menceritakan masalah kepadanya. Beberapa kali Erdogan juga menyapa para sopir taksi tersebut ketika dia melewati pangkalan taksi Subayevleri (Sabah, 2014).

Faruk Koca, anggota AKP dan pemilik rumah menyatakan bahwa Presiden Erdogan adalah seseorang yang tidak merindukan kemegahan dan kemewahan. Meskipun telah berada di puncak kehidupan politik selama 20 tahun, tetapi ia selalu hidup di lingkungan di mana 90-95 persen masyarakat Turki tinggal. Rumah di Subayevleri Kecioren adalah lingkungan perumahan tempat tinggal para pegawai negeri, pekerja, dan pemilik toko di Ankara (Sabah, 2014).

 


Pertemuan Penting di Rumah Subayevleri

Pemandangan di sektar eks rumah Erdogan (Foto Yolanda)

Selain itu rumah Subayevleri juga pernah jadi saksi pertemuan penting antara Erdogan dengan pejabat pemerintahan lainnya. Pada 18 Maret 2012, Erdogan mengadakan pertemuan dengan Kepala Badan Intelijen Nasional (MIT) Hakan Fidan di rumah kediamannya.

Wakil Perdana Menteri Bekir Bozdag, Menteri Kehakiman Saullah Ergin, Ketua Fraksi Kelompok Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) Mahir Unal, Wakil Ketua Umum AKP Omer Celik dan Sekretaris Jenderal AKP Haluk Ipek juga hadir dalam pertemuan tersebut.

Setelah bertemu dengan Fidan, Erdogan melanjutkan pertemuannya dengan para menteri dan pengurus partai AKP. Pertemuan tersebut berlangsung hingga malam hari.

Erdogan yang pada saat itu baru menjalani operasi tinggal di Ankara selama akhir pekan setelah istirahat panjang. Erdogan yang juga melaksanakan Shalat Jumat di Ankara setelah istirahat pasca operasi kemudian juga beristirahat di rumah Subayevleri.

Namun kondisi demikian tidak membuatnya berhenti bekerja, disebutkan bahwa pertemuan tersebut membahas agenda pemerintahan, perkembangan terbaru dalam terorisme, laporan intelijen mengenai Suriah terkait masalah perbatasan dan buffer zone (Vatan, 2012).

Begitulah kisah kami mengunjungi rumah pertama Erdogan di Ankara. Membayangkan bahwa dahulu Erdogan dan keluarganya pernah tinggal di lingkungan yang sama dengan rumah kami, pernah berjalan di jalanan yang kami lewati, pernah mendatangi minimarket yang juga kami datangi dan pernah beribadah di masjid yang sama, membuat kami senang dan bangga.

Cerita ini menjadi pengalaman yang unik dan istimewa yang akan kami bawa pulang ke Indonesia.

Yollanda Vusvita Sari, M.Pd, diaspora Indonesia menetap di Ankara Turki, peserta kelas jurnalistik Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya