Venesia Kerahkan Petugas Bersenjata untuk Atasi Kepadatan Wisatawan

Wisatawan yang memadati Venesia telah mencapai 80 ribu orang.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Agu 2021, 14:05 WIB
Turis, yang mengenakan masker, duduk di atas vaporetto atau bus air di Venesia pada 20 Mei 2021. Wisatawan kembali berdatangan menikmati keindahan Venesia, yang sering dijuluki kota paling romantis di dunia, setelah Italia menghapus kewajiban karantina bagi pendatang. (Marco Bertorello/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Potret kesunyian Venesia di tengah aturan penguncian wilayah sempat beredar dan membuat heboh di awal pandemi COVID-19. Para turis berjanji kembali ke kota yang tercatat sebagai wilayah jalur sutra tersebut setelah aturan perjalanan dilonggarkan.

Janji itu pun dipenuhi musim panas tahun ini. Sejak pembukaan pariwisata bagi warga Amerika Serikat, ditambah publik Eropa yang ingin bepergian menggunakan mobil, para wisatawan kembali memenuhi Venesia.

Kepadatan ini dapat dilihat dari panjang antrean di destinasi-destinasi wisata populer. Pada akhir pekan dan hari libur, antrean wisatawan ke dan dari destinasi populer jumlahnya bisa mencapai ratusan. Melansir CNN, Senin (23/8/21), minggu ini, Venesia dikunjungi 80 ribu pengunjung.

Antrean panjang ini telah jadi masalah, sehingga para petugas bersenjata dikerahkan untuk "mengendalikan padatnya wisatawan." Sejak akhir Juni, para petugas ditempatkan di halte vaporetto (waterbus) ketika hari kerja.

Kenaikan jumlah turis secara tiba-tiba membuat ketegangan di awal musim panas ini, usai Venesia terbiasa dengan jumlah wisatawan yang sedikit selama pandemi. Salah satunya tentang pembatasan jumlah penumpang angkutan umum.

Ketika turis mulai kembali ke Venesia, antrean panjang turis yang ingin kapal terjadi. Mereka pun sempat bentrok dengan personel kapal yang berusaha mengikuti peraturan kapasitas dan tidak mengizinkan turis untuk naik.

"Pengunjung melampiaskan kekesalan mereka pada para pekerja. Beberapa pekerja diserang secara fisik, ada yang diludahi, dihina, bahkan ditinju," ujar Danilo Scattolin, perwakilan legal untuk wilayah Veneto dari serikat pekerja Sindacato Generale di Base (SGB) yang mewakili beberapa pekerja ACTV (transportasi umum).

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Titik-Titik Penjagaan

Seorang gondolier mendayung gondola di dekat gereja Santa Maria della Salute di Venesia pada 20 Mei 2021. Turis kembali berdatangan menikmati keindahan Venesia, yang sering dijuluki kota paling romantis di dunia, setelah Italia menghapus kewajiban karantina bagi pendatang. (Marco Bertorello/AFP)

Para petugas kemudian didatangkan atas permintaan para pekerja. Walau tidak diwajibkan membawa senjata, mereka yang berizin akan membawa senjatanya.

Penjagaan dengan personel bersenjata tersebar di vaporetto, seperti Ca' d'Oro dan Rialto di Grand Canal, San Zaccaria (St. Mark's Square), Piazzale Roma (pintu gerbang ke arah Italia), dan San Basilio di distrik Dorsoduro. Selain itu, tampak penjaga di Pulau Murano dan Lido, titik antrean wisatawan yang ingin menaiki perahu.

"Sungguh pemandangan yang mengejutkan ketika melihat orang berjaga-jaga membawa senjata," ujar Caroline Jones, salah seorang warga Venesia.

 


Bukan Hal Baru

Wanita dan anak kecil melihat anggota asosiasi pelayaran budaya berlayar dalam acara Regatta Merah di Venesia, Italia, Minggu (20/6/2021). Acara ini untuk merayakan tradisi bahari Venesia kuno dan untuk meningkatkan kesadaran tentang keseimbangan antara kota dan laut. (MARCO BERTORELLO/AFP)

Menurut Jones, kehadiran petugas bersenjata merupakan satu-satunya tindakan untuk mengurangi kerumunan jika sewaktu-waktu terjadi kerusuhan. "Kehadiran seorang penjaga mungkin merupakan ide yang bagus ketika banyak orang marah-marah karena ruang kapal sedikit," ucapnya.

Menurut Thea Hawlin yang bekerja di Pulau Murano, antrean panjang ini sebenarnya bukanlah hal baru di Venesia. Sebelum pandemi COVID-19, penduduk setempat telah memotong jalan dan masuk melalui pintu keluar.

"Sekarang sudah kembali seperti dulu, tapi dengan adanya (pandemi) COVID-19 ini lebih membuat stress dan para pekerja tidak siap mengendalikan massa," ujar Hawlin. (Gabriella Ajeng Larasati)


Infografis Jangan Lengah Protokol Kesehatan COVID-19

Infografis Jangan Lengah Protokol Kesehatan Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya