Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyatakan bahwa Ibu Kota telah memasuki zona hijau.
"Alhamdulillah Jakarta sudah masuk zona hijau," kata Riza di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (22/8/2021).
Menanggapi pernyataan tersebut, Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan bahwa status hijau, kuning, oranye, merah adalah soal status level epidemiologi pandemi.
Hal ini dapat dilihat dari SK Menteri Kesehatan tanggal 30 Juni tahun 2021. Dalam SK tersebut sudah ada angka-angka yang mengatur suatu wilayah masuk zona hijau, kuning, oranye, atau merah.
Namun, untuk Jakarta sendiri ia tidak bisa memberi keterangan apakah memang masuk zona hijau COVID-19 atau zona lainnya.
Baca Juga
Advertisement
“Masalahnya kan saya tidak punya angkanya. Yang selalu ada angka di media kan angka nasional. Saya enggak tahu angka per provinsi itu berapa. Tapi itu mungkin, kalau ada angkanya tinggal dimasukkan ke rumusnya saja,” ujar Tjandra kepada Health Liputan6.com Senin (23/8/2021).
“Belum bisa diputuskan oleh saya karena saya tidak punya angkanya, tapi bagi yang punya angkanya tentu mereka bisa masukkan dalam perhitungannya.”
Capai Herd Immunity
Terkait vaksinasi, Riza juga sempat menyampaikan bahwa target vaksinasi di Jakarta dinaikkan menjadi 11 juta warga. Sebab, 40 persen orang yang menerima vaksinasi merupakan warga non-DKI.
Banyaknya warga non-DKI yang menerima vaksinasi menjadi alasan target vaksinasi yang awalnya 8,8 juta dinaikkan menjadi 11 juta.
"Alhamdulillah, vaksin di DKI sudah mencapai dosis satu 9.319.191," ucap dia.
Riza juga menyatakan bahwa Jakarta sudah mencapai kekebalan kolektif atau herd immunity. Sejauh ini masyarakat telah menerima 9,3 juta dosis pertama dan 4,7 juta dosis kedua vaksin COVID-19.
"Dosis 1 dan 2 sudah lebih dari 14 juta. Kita sudah melebihi target jauh dari 8,8 juta," jelasnya.
Advertisement
Tanggapan Tjandra
Menanggapi pernyataan tersebut, Tjandra turut menjelaskan bahwa perhitungan untuk menentukan herd immunity memiliki rumus tersendiri.
Untuk menentukan bahwa kabar herd immunity tersebut benar atau tidak, ia membutuhkan angka termasuk data terkait efikasi vaksin yang digunakan. Mengingat, herd immunity ini salah satunya dipengaruhi oleh efikasi vaksin.
Terlepas dari hal itu, Tjandra mengingatkan ada tiga hal yang perlu diperkuat dalam penanganan COVID-19 di masa sekarang.
Ia mengakui bahwa ada penurunan kasus positif, tapi kasus meninggal masih tinggi, maka dari itu yang perlu dikuatkan adalah:
-Menurunkan angka kematian.
-Peningkatan jumlah tes hingga target 400 ribu, 17 Agustus lalu jumlah tes malah turun, katanya.
-Menemukan 15 orang dari setiap kasus, ini belum terwujud sampai sekarang jadi itu harus diwujudkan, pungkasnya.
Infografis Vaksin COVID-19 Terbukti Efektif Kurangi Tingkat Kematian
Advertisement