Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim memastikan realokasi dan refocusing anggaran di kementeriannya tidak berdampak pada program prioritas.
"Refocusing APBN Kemendikbudristek berdampak pada pengurangan honor, anggaran rapat, perjalanan dinas, serta sasaran kegiatan, tapi refocusing tidak berdampak pada prioritas utama Kemendikbudristek, yakni pembiayaan pendidikan yang sangat diperlukan di masa pandemi," ujar Nadiem dalam keterangan tulis, Selasa (24/8/2021).
Advertisement
Ia juga menyampaikan contoh-contoh program yang tidak terdampak refocusing anggaran. Misalnya, Program Indonesia Pintar (PIP) tetap diberikan kepada 17,9 juta siswa dengan anggaran Rp 9,6 triliun serta Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah untuk 1,1 juta mahasiswa dengan anggaran Rp 9,4 triliun.
"Selanjutnya, Beasiswa Afirmasi Pendidikan (ADik) untuk 7.382 mahasiswa dengan anggaran Rp 139M juga tidak terdampak," ucap Nadiem.
Lalu, lanjut dia, Beasiswa ADik merupakan beasiswa yang diberikan Kemendikbudristek untuk siswa asal Papua dan Papua Barat, daerah Khusus atau terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T), dan siswa anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
"Selain itu, aneka tunjangan untuk 364.573 guru dengan anggaran Rp 7,3T juga diperjuangkan Kemendikbudristek untuk tidak terdampak refocusing anggaran," papar Nadiem.
Hal tersebut sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo yang disampaikan dalam pidato Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2022 pada Senin 16 Juli 2021 lalu.
"Pemerintah tetap berkomitmen untuk memperkuat investasi di bidang pendidikan, antara lain mendukung perluasan program beasiswa," kata Jokowi kala itu.
Program Prioritas Kemendikbudristek
Karenanya, Nadiem menggarisbawahi prioritas Kemendikbudristek yakni untuk mengedepankan pembiayaan pendidikan yang paling diperlukan peserta didik, pendidik, dan orangtua di masa pandemi, sehingga beberapa program menjadi terdampak refocusing anggaran.
"Tentu ada kesedihan di pihak kami bahwa ada beberapa program yang dihadirkan dengan semangat gotong royong yang terdampak refocusing, Kemendikbudristek telah memperjuangkan anggarannya semaksimal mungkin dan akan terus mengakselerasi program-program tersebut," tekan Nadiem.
Beberapa contoh program yang terdampak refocusing adalah Program Organisasi Penggerak sasarannya tetap pada 20.438 orang, tapi anggaran turun dari Rp 320,4M ke Rp 209,4M.
Kemudian Program Guru Penggerak sasarannya turun dari 36.769 ke 29.269 orang, dengan anggaran turun dari Rp 689,68M ke Rp 551,85M.
Lalu pendampingan guru Sekolah Penggerak sasarannya turun dari 61.000 ke 23.145 orang, dengan anggaran turun dari Rp 389,3M ke Rp 247,7M.
Ada pula satuan pendidikan aman bencana sasarannya turun dari 1.530 Lembaga ke 1.290 lembaga, dengan anggaran turun dari Rp 152,1M ke Rp 115,9M.
Serta target desa pemajuan kebudayaan berkurang dari 359 desa ke 270 desa, dengan anggaran yang berkurang dari Rp 36,9M ke Rp 27M.
Lebih lanjut Mendikbudristek menjelaskan bahwa refocusing anggaran di Kemendikbudristek telah melalui empat tahapan yang berdasarkan surat Menteri Keuangan.
Pada tahap pertama, ada penyesuaian anggaran untuk bantuan kuota data internet sebesar Rp 2,52T yang dibiayai secara berbagi biaya Kemendikbudristek sebesar Rp500M dan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA-BUN) Rp 2,02T.
Tahap kedua sebesar Rp 271,58M, tahap ketiga sebesar Rp2,157T, dan tahap keempat sebesar Rp 1,181T.
Advertisement