Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan, kasus COVID-19 di Surabaya dipengaruhi perkembangan kasus wilayah aglomerasi, seperti Sidoarjo dan Gresik.
"Artinya, kasus di kabupaten sekitar dapat berimplikasi terhadap meningkatnya COVID-19 di Surabaya," kata Surabaya, Selasa (24/8/2021), seperti dikutip dari Antara.
Advertisement
Berdasarkan hasil evaluasi PPKM, saat ini kasus COVID-19 di Kota Pahlawan sudah turun. Namun ia juga menyadari hal ini tentu dapat dipengaruhi terhadap kasus di wilayah aglomerasi.
"Semua sudah kami lakukan evaluasi dan sekarang memang Surabaya kalau ngomong zona sudah turun," ujarnya.
Selain itu, pemerintah pusat telah memberikan kebijakan relaksasi usaha secara bertahap, salah satunya adalah memperbolehkan pusat perbelanjaan atau mal beroperasi dengan kapasitas 50 persen. Ini sebagaimana tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) terbaru Nomor 34 Tahun 2021 tentang PPKM Level 4, 3 dan 2.
"Ketika masih level 4 tapi sudah mulai 50 persen dibuka semua. Sehingga tujuannya meskipun sudah menurun, tapi pembukaan dilakukan secara bertahap," katanya.
Menurutnya, pembukaan sektor usaha secara bertahap dilakukan untuk menghindari euforia masyarakat yang dapat menyebabkan meningkatnya kembali kasus COVID-19. Langkah tersebut dinilainya agar masyarakat tetap menjaga kehati-hatian karena masih di tengah pandemi.
"Karena itu pusat melakukan (pembukaan) secara bertahap, dari 25 persen ke 50 persen, nanti 75 persen. Sehingga tidak euforia, tapi masih mengingat bahwa kita masih dalam masa pandemi dan masih dalam tahap kehati-hatian," ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Angka Sembuh Meningkat
Dia menyebut, saat ini jumlah kesembuhan di Surabaya lebih besar daripada penambahan kasus COVID-19. Bahkan, jumlah pasien terkonfirmasi juga turut berkurang dan angka kematian menurun.
"Angka kematian Insya Allah juga jauh turun di Kota Surabaya. Yang awal dulu tinggi sekali, sekarang yang dimakamkan secara prokes (protokol kesehatan) sekitar delapan per hari ini," katanya.
Walaupun kasus di Surabaya telah menurun, Wali Kota Eri bersama Forkopimda tetap berkomitmen untuk berjuang mati-matian memutus mata rantai pandemi COVID-19. Tentu penanganan COVID-19 yang dilakukan ini seiring dengan upaya menggerakkan roda perekonomian masyarakat.
"Bagaimana (kasus) Surabaya cepat turunnya dan kita bisa menggerakkan ekonomi. Karena ini kami sudah berdiskusi menurunkan Surabaya jadi zona kuning. Jadi penanganan tidak hanya fokus pada COVID-19 saja, karena kalau cuma ngatasi COVID-19, ekonomi tidak bisa jalan ngegas (cepat)," ujarnya.
Advertisement